NovelToon NovelToon
DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Office Romance
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marsshella

“Sakitnya masih kerasa?”
“Sedikit. Tapi bisa ditahan.”
“Kalau kamu bilang ‘bisa ditahan’ sambil geser duduk tiga kali … itu artinya nggak bisa, Dhifa.”
“Kamu terlalu kasar tadi pagi,” batin Nadhifa.
***
Renzo Alverio dan Nadhifa Azzahra saling mencintai, tapi cinta mereka dibatasi banyak hal.
Renzo, CMO Alvera Corp yang setia pada gereja.
Nadhifa, CFO yang selalu membawa sajadah dan mukena ke mushola kantornya.
Hubungan mereka tak hanya ditolak karena beda keyakinan, tapi juga karena Nadhifa adalah anak simpanan kakek Renzo.
Nadhifa meski merasa itu salah, dia sangat menginginkan Renzo meski selalu berdoa agar dijauhkan dari pria itu jika bukan jodohnya
Sampai akhirnya suatu hari Renzo mualaf.
Apakah ada jalan agar mereka bisa bersatu?
*
*
*
SEKUEL BILLIORAIRE’S DEAL : ALUNALA, BISA DIBACA TERPISAH

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsshella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

06. RENZO MABUK

Sinar matahari siang menerangi meja kerja Nadhifa yang rapi. Di atas meja, terbuka sebuah kotak makan berwarna biru berisi nasi goreng spesial dengan tambahan telur mata sapi dan irisan timun. Wanginya menggugah selera. 

Sementara rekan-rekan sekantornya sudah ramai pergi ke kafetaria atau keluar kantor untuk makan siang, Nadhifa memilih bertahan. 

Selain malas berjalan dan antre, dia memang tidak suka meninggalkan pekerjaan yang belum benar-benar selesai. Baginya, istirahat harus benar-benar tenang, tidak dengan pikiran yang masih tertinggal di spreadsheet.

Dia baru saja menyendok sesuap nasi goreng ketika bayangan tinggi muncul. Nadhifa tidak perlu menengok. Dadanya sudah berdebar-debar, dan jarinya refleks memegang sendok lebih erat sambil beristighfar dalam hati.

“Lo masih suka makan sendirian, Dhif!”

Suara itu.

Dalam dan berkarakter, dengan cengiran khas yang selalu berhasil mengacaukan konsentrasinya. 

Renzo berdiri di ambang pintu, bersandar pada kusennya. Dia mengenakan kemeja lengan pendek yang membuatnya terlihat lebih muda dan lebih santai.

“Aku bawa bekal, Mas Renzo,” jawab Nadhifa, berusaha tenang sambil menunjuk kotak makannya.

Renzo mendekat, matanya menyapu kotak makan itu sebelum kembali menatap Nadhifa. “Ayam bakar di kafetaria hari ini spesial. Gue sudah pesan untuk kita berdua, plus lalapan dan sambal terasinya. Ayo.”

“Aku lagi makan, Mas,” bantah Nadhifa lembut, menyendok nasi gorengnya sekali lagi sebagai bukti.

Renzo tak menyerah. Dia menarik kursi di seberang meja Nadhifa dan duduk, mendekatkan wajahnya. “Lo masih punya utang, ingat? Utang ‘pamit’. Dan utang itu harus dilunasi. Sekarang juga.”

“Lunasi dengan cara apa?”

“Dengan nemenin gue makan siang. Atau…” Renzo membuat ekspresi jahil. “...gue akan lunasi dengan cara yang lebih hot. Gue nekad sebarkan hoax ke seluruh kantor bahwa Nadhifa Azzahra, si gadis alim berhijab, sudah resmi jadian sama Renzo Alverio.”

Nadhifa menghela napas panjang. “Mas Renzo, itu ... itu kekanakan sekali.”

“Tapi efektif, bukan?” sahutnya dengan senyum penuh kemenangan, melihat reaksi Nadhifa yang sudah mulai luluh.

Akhirnya, dengan menghela nafas pasrah, Nadhifa menutup kotak makannya. “Tapi aku habisin ini dulu ya, cuman dikit kok, sayang sekali kalo dibuang.” Dia menyantap beberapa suap lagi dengan cepat sebelum membereskan meja dan berdiri.

Beberapa menit kemudian, mereka duduk berhadapan di sebuah meja di sudut kafetaria. Di atas nampan, dua piring nasi hangat dengan ayam bakar yang masih mendesis, sepiring besar lalapan segar, dan mangkuk kecil sambal terasi yang harum.

Nadhifa langsung mencuci tangannya di wastafel kecil di dekat meja. “Makan ayam bakar enaknya langsung pakai tangan,” katanya malu-malu saat kembali.

Renzo, yang biasanya makan dengan sendok garpu dan pisau malah terlihat tertarik. Dia ikut mencuci tangannya dan duduk kembali.

Tanpa pikir panjang, Renzo langsung menyambar sepotong ayam. Tapi sebelum makanan itu sampai ke mulutnya, Nadhifa menghentikannya dengan suara lembut.

“Mas Renzo,” bisiknya, matanya penuh pertanyaan. “Kamu ... kalau makan nggak doa dulu?”

Pertanyaan itu membuat Renzo terhenti. Dia menatap Nadhifa sejenak, lalu perlahan menarik kembali tangannya. Sebuah ekspresi serius melintas di wajahnya. “Oh. Iya.”

Dengan tenang, dia meletakkan potongan ayam itu kembali di piring. Lalu, tangan kanannya bergerak membentuk pola salib di dada dan dahinya dengan cepat dan khidmat, matanya terpejam sebentar.

Setelah itu, barulah dia mengambil ayam itu kembali dan mulai menyantapnya.

Sementara itu, Nadhifa sendiri, yang baru saja mengucapkan, “Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma bariklana…” tercekat.

Matanya tertuju pada leher Renzo. Saat dia membungkuk setelah berdoa tadi, sebuah kalung perak dengan bandul berbentuk salib kecil keluar dari balik kemejanya, berayun-ayun lembut. 

Biasanya, Nadhifa hanya melihat tali kalungnya saja, tersembunyi rapi. Tapi kali ini, bandulnya terlihat jelas.

Realita itu menghantamnya dengan lembut namun pasti. Selama ini, dia hanya melihat Renzo sebagai Renzo. Bos mudanya yang kekanakan, rumit, dan penuh perhatian. 

Dia tidak pernah benar-benar memikirkan latar belakang keyakinannya. Melihatnya berdoa dengan cara yang sama sekali berbeda, dengan simbol salib yang jelas tergantung di dadanya, tiba-tiba membuatnya sadar.

Dunia mereka bukan hanya berbeda dalam status sosial dan garis keturunan. Tapi juga dalam hal yang paling fundamental. Iman.

Renzo, yang menyadari tatapan Nadhifa, memasukkan kembali bandul salibnya ke dalam kemeja. “Ada apa?” tanyanya polos.

Nadhifa cepat-cepat menggeleng, mencoba menyembunyikan gejolak di hatinya. “Nggak apa-apa. Ayamnya memang enak, ya?” ujarnya, memaksakan senyum sebelum kembali makan, namun kini dengan pikiran yang jauh lebih berat dari sebelumnya. 

Setiap suapan terasa seperti pengingat akan tembok tak kasat mata yang tiba-tiba menjadi begitu nyata antara dirinya dan pria di seberangnya.

...***...

Koridor mewah dengan karpet tebal dan lampu temaram itu sunyi, hanya diterangi oleh lampu dinding yang memantulkan kilauan. Suara gerbang lift berbunyi lemah, dan dari dalamnya muncul sosok Renzo yang terhuyung-huyung. 

Bau alkohol yang kuat menyertai setiap langkahnya yang gontai. Jasnya tergantung longgar di bahu, dasinya sudah dilonggarkan, dan rambutnya yang biasanya rapi kini berantakan menutupi keningnya.

Dia berusaha mencari kartu akses di saku jas tetapi jarinya gemetar, terus menerus meleset. Dalam keadaan setengah sadar itulah, dia mendengar suara kecil dari ujung koridor.

Seorang anak balita laki-laki dengan piyama bergambar dinosaurus sedang berlari-lari kecil dengan tertawa, diikuti oleh seorang wanita cantik dengan gaun rumah yang masih terlihat mahal. Itu adalah Aluna Valtieri, artis berwajah malaikat yang penuh skandal, yang kini telah menjadi istri Alaric dan ibu dari Arshen, putra mereka.

“Arshen, pelan-pelan sayang,” ujar Aluna lembut.

Tapi tawa Arshen tiba-tiba terhenti ketika Renzo, yang kehilangan keseimbangan, akhirnya terjatuh dengan berat di depan pintu unitnya. Suara jatuhnya membuat gaduh kesunyian malam.

Arshen kecil langsung berbalik dan lari menempel erat pada kaki ibunya, wajah mungilnya yang mirip dengan Alaric itu penuh ketakutan. Matanya yang bulat menatap lelaki yang tergeletak tak berdaya di lantai.

“Aluna? Arshen? Ada apa?”

Pintu unit seberang milik Alaric, terbuka. Alaric berdiri di sana, masih mengenakan kemeja linen putih yang sedikit terbuka di leher dan celana panjang kain yang rapi. Dia baru saja kembali dari kantor. Tatapannya langsung beralih dari istri dan anaknya ke sosok yang tergeletak di lantai.

Wajahnya berubah. Bukan marah, tapi sebuah kelelahan yang dalam, semacam ‘lagi-lagi ini’.

“Aluna, bawa Arshen masuk,” perintah Alaric.

Aluna mengangguk, cepat memeluk Arshen dan membawanya masuk. Sebelum pintu tertutup, ada momen singkat yang ditangkap Renzo dalam pandangannya yang kabur. Alaric membungkuk, mendekati Arshen yang masih ketakutan.

“Jangan takut, Sayang,” bisik Alaric, suaranya tiba-tiba menjadi sangat lembut, sebuah nada yang hampir tidak pernah Renzo dengar. “Om Renzo cuman capek. Besok dia akan baik-baik saja.” Dia mencium kening putranya sebelum Aluna membawa si kecil masuk.

Begitu pintu tertutup, aura Alaric berubah. Dia berjalan mendekati Renzo yang masih tergeletak. Dengan gerakan kasar yang penuh emosi tertahan, dia meraih kerah kemeja Renzo dan menariknya hingga berdiri, menyandarkannya ke dinding.

“Berdiri!” geram Alaric.

Renzo terlalu rapuh. Tubuhnya hanya bisa bersandar pada dinding, kepalanya tertunduk, nafasnya berat berbau alkohol. Dia terlihat hancur, jauh dari sosok bos muda yang percaya diri.

Alaric mendesah frustasi. Dia memasukkan kode akses ke panel digital di pintu Renzo. Pintu terbuka. Dengan setengah menyeret, dia membawa Renzo masuk ke dalam apartemen yang gelap dan sunyi.

Dengan kesabaran yang tersisa, Alaric membimbing Renzo ke sofa koridor membantunya duduk, lalu berjongkok untuk melepaskan sepatu boots kulitnya. Setelah itu, dia menuntun Renzo yang limbung ke kamar tidur dan mendudukkannya di tepi tempat tidur.

“Lo pikir dengan menjadi pecundang seperti ini, segalanya akan berubah?” ujar Alaric pecah di kesunyian kamar.

Renzo menggeleng pelan, matanya tertutup. “Dia ... Nadhifa ... masih satu gedung sama gue, Bang.” Suaranya parau, tapi ada kemenangan kecil di dalamnya. “Lo pindahin dia sejauh-jauhnya, tapi kami masih berbagi udara yang sama. Sampai kapanpun ... lo nggak akan bisa benar-benar memisahkan kami.”

Alaric berdiri di sana, menatap adik sepupunya yang hancur. Wajahnya yang biasanya dingin, kali ini menyimpan kepedihan.

“Bodoh,” bisik Alaric, suaranya tiba-tiba rendah dan penuh peringatan. “Lo sama Nadhifa mungkin nggak bisa dipisahkan oleh jarak. Tapi kalian juga nggak akan pernah bisa bersatu. Itu garis yang nggak akan bisa kalian langgar. Darah yang sama mengalir dalam kalian.”

Renzo hanya tersenyum tipis, senyum getir dan masygul. Di dalam mabuknya, itu tidak menjadi halangan. “Nggak peduli ... yang penting ... gue sama Dhifa …,” ucapnya semakin tidak jelas sebelum akhirnya terjatuh ke kasur, memeluk bantalnya erat-erat seolah itu adalah penghiburnya, dan perlahan-lahan tertidur karena kelelahan dan alkohol.

Alaric berdiri lama memandanginya. Amarahnya perlahan mereda, digantikan oleh sebuah rasa sedih yang sangat dalam. Dia menghela nafas panjang, lalu hendak berbalik pergi.

Tiba-tiba, dari atas tempat tidur, terdengar suara Renzo yang menggigil. “Dingin…”

Alaric berhenti. Dia menatap Renzo yang sedang meringkuk. Dengan gerakan yang hampir otomatis, dia berbalik, mengambil selimut lembut dari kaki tempat tidur, dan dengan hati-hati menyelimuti tubuh Renzo hingga rapat.

Dia memastikan selimut itu sudah menutupi bahu Renzo yang menggigil sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan kamar. Pintu apartemen Renzo tertutup dengan lembut, meninggalkan pria itu sendirian dalam pelukan mabuk dan mimpi-mimpinya yang mustahil, sementara Alaric kembali ke apartemennya, ke keluarganya, dan ke kenyataan pahit yang harus mereka hadapi bersama.

1
Esti Purwanti Sajidin
syemangat kaka,sdh aq vote👍
Marsshella: Makasi semangatnya Kaka, makasi udah mampir ya. Selamat datang di kisah Renzo dan Nadhifa 🥰
total 1 replies
kalea rizuky
najis bgt tau mual q thor/Puke/ kok bs alarik suka ma cwok pdhl dia bersistri apakah dia lavender marrige
Marsshella: di Alunala Alaric dia udah tobat kok dan punya anak kesayangan. Ini giliran ceritanya si Renzo 😭😭😭😭😭
total 1 replies
kalea rizuky
njirr kayak g ada perempuan aja lubang ta.... *** di sukain jijik bgt
kalea rizuky
gay kah
Wina Yuliani
tah ge ing ketahuan jg brp umur.mu nak
Marsshella: dah jadi pria matang ya 😭
total 1 replies
Wina Yuliani
emangnya mereeka beda berapa tahun ya thor?
Marsshella: seumuran mereka 😄. Kakeknya Renzo tuh punya simpanan muda dan itu Nadhifa anaknya Kakek Renzo ... ikutin terus ceritanya, ya, ada plot twist besar-besaran 🥰
total 1 replies
Wina Yuliani
ternyata ada kisah cinta terlarang yg nambahin kerumitan hidup nih
Marsshella: ada plot twist ntar 🔥
total 1 replies
Wina Yuliani
baru baca tapi udah seru, keren
Marsshella: Welcome to kisah Renzo dan Nadhifa, Kak. Ikutin terus ceritanya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!