Setelah bertahun-tahun hidup sendiri membesarkan putrinya, Raisa Andriana seorang janda beranak satu, akhirnya menemukan kembali arti cinta pada Kevin Mahendra duda beranak dua yang terlihat bijaksana dan penuh kasih. Pernikahan mereka seharusnya menjadi awal kebahagiaan baru tapi ternyata justru membuka pintu menuju badai yang tak pernah Raisa sangka
Kedua anak sambung Raisa, menolak kehadirannya mentah-mentah, mereka melihatnya sebagai perebut kasih sayang ayah nya dan ancaman bagi ibu kandung mereka, di sisi lain, Amanda Putri kandung Raisa, juga tidak setuju ibunya menikah lagi, karena Amanda yakin bahwa Kevin hanya akan melukai hati ibunya saja
Ketegangan rumah tangga makin memuncak ketika desi mantan istri Kevin yang manipulatif, selalu muncul, menciptakan intrik, fitnah, dan permainan halus yang perlahan menghancurkan kepercayaan.
Di tengah konflik batin, kebencian anak-anak, dan godaan masa lalu, Raisa harus memilih: bertahan demi cinta yang diyakininya, atau melepa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_Fisya08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Polisi Menemukan Petunjuk Baru Di Jasad Maya
Kevin duduk kembali ke dalam mobilnya, dengan tangan gemetar membuka file-file yang baru saja dikirim Maya, suara pertama yang ia buka adalah rekaman percakapan…
..Rekaman 1..
Suara laki-laki berat, dingin, dan penuh ancaman..
"Tidak salah lagi itu Mr X" ucapku
( “Kamu tahu konsekuensinya, Maya, selama kamu diam dan tidak macam-macam kamu aman, tapi satu saja kau buka mulut… hidupmu selesai.”)
Maya terdengar gugup:
("Saya… saya mengerti, Pak…”)
Rekaman berhenti.
Aku menahan napas, mata ku membara oleh emosi..
Rekaman kedua lebih mengejutkan, suara Desi dan Mr X berdiskusi tentang sabotase proyek.
Mr X : “Pastikan semua data mengarah ke Kevin, biar dia yang disalahkan.”
Desi :“Tenang, sayang, serahkan padaku, proposal, laporan progres, semuanya sudah ku ubah, ku pastikan proyek itu gagal dan Kevin yang akan hancur"
Aku memejamkan mata keras-keras, rasa sakit bercampur marah dikhianati, dijebak, dan nyawa jadi korban..
Sebelum emosi ku meledak, aku membuka file terakhir, poto lokasi.
Koordinat GPS samar yang otomatis terkirim dari ponsel Maya.
“Lokasi ini…” gumam ku
Tangan ku gemetar saat aku mengetik lokasi itu ke dalam GPS mobil.
Map menunjukkan titik merah di pinggir kota, sebuah bangunan tua bekas gudang.
Tanpa pikir panjang, aku menyalakan mesin mobil dan melaju kencang.
***
-- Di lokasi --
Gudang itu gelap, sunyi, dan sepi.
Aku turun dari mobil dan berjalan perlahan, setiap langkah terasa berat.
“Tuhan… semoga Maya selamat…” doa ku, lalu aku mendorong pintu gudang yang setengah terbuka, bau debu dan besi menyengat..
Lalu aku melihat-lihat, ke sudut ruangan, ada seseorang terbaring kaku.
**Maya.**
Tubuh kecil itu tergeletak, dingin, pucat, matanya tertutup seolah tertidur, tapi napasnya tak ada lagi..!
Aku tertegun, jantung ku serasa diremas..
Tidak ada luka terbuka yang jelas, sepertinya Maya dibekap atau di paksa minum racun..
Aku berjongkok di samping gadis itu, tangan ku bergetar saat menyentuh bahu Maya.
"Maya… kenapa kamu harus seperti ini…?” suara ku pecah, aku menundukkan kepala, marah, sedih dan hancur
Sedih..
Setelah beberapa detik, aku berdiri dan mengambil ponsel ku..
Dengan suara tercekat tapi tegas, aku menekan nomor polisi.
("Halo… saya Kevin Mahendra, saya menemukan seseorang yang kemungkinan besar… sudah meninggal, lokasi di bekas gudang Jalan Citra Utama. Cepat kirim tim ke sini.”)
Polisi menjawab cepat dan meminta ku tetap di lokasi sebagai saksi..
Aku menutup telepon, menatap jasad Maya sekali lagi.
Kali ini bukan hanya amarah yang menghasilkan keheningan, tapi janji dalam hati:.
"Desi… Mr X… kalian sudah kelewatan.
Aku akan bongkar semuanya.
Sampai habis.”
Beberapa menit setelah Kevin menelpon, suara sirine polisi memecah kesunyian kawasan gudang...
Tiga mobil polisi berhenti, disusul unit forensik yang langsung memasang garis kuning di sekitar tempat kejadian.
Kevin diminta berdiri sedikit menjauh, tetapi masih dalam jarak pandang.
Dua petugas forensik membungkuk memeriksa tubuh Maya, salah satu dari mereka memeriksa telinga Maya, dan menemukan sesuatu yang terselip di balik rambutnya
"Pak, sini lihat ini,” panggilnya kepada penyidik utama.
Penyidik, Kompol Darwin, mendekat.
Ia mengamati benda kecil itu, seperti potongan plastik tipis seukuran kuku jari..
"Ini… cip GPS tambahan?” ucap Kompol Darwin.
Forensik mengangguk..
"Sepertinya dia dipasangi pelacak oleh seseorang. Ini bukan bawaan ponsel, model begini biasa dipakai untuk… mengawasi korban.” ucap Kompol Darwin sambil menatap ku yang sudah memucat.
“Pak Kevin, anda bilang Maya sempat menelpon dan bilang dia diikuti?”
Aku hanya mengangguk tegang.
“Ya. Dia bilang dia diikuti orang-orang Mr X.”
Darwin menandai barang bukti itu.
“Berarti pelakunya tidak ingin dia kabur… mereka mau memantau setiap gerakannya.”
Forensik lain berseru lagi dari dekat tangan Maya.
“Pak! Ini ada bekas suntikan halus di lengan! Jarang terlihat, hampir tidak meninggalkan memar.”
Darwin memejamkan mata, paham betul arah kasusnya..
"Maya tidak dibunuh karena panik, dia di bisu kan" ucapku sambil mengepalkan tangan keras-keras.
***
Di sebuah apartemen kecil tempat Desi bersembunyi, Desi menyalakan TV hanya untuk memastikan kondisi kota..
Namun layar TV justru membuat lututnya langsung lemas.
**BREAKING NEWS**
(“Seorang wanita bernama Maya ditemukan tewas di gudang kosong, diduga korban terkait sebuah kasus sabotase proyek besar, dalam rekaman kamera polisi, terlihat pengusaha Kevin Mahendra berada di lokasi penemuan jasad tersebut."
Wajah Kevin muncul di layar, Desi menjatuhkan remote TV dan menutup mulutnya dengan kedua tangan..
“Tidak… tidak… tidak… Tolong bukan ini… Maya… kenapa harus mati…?” ucap Desi panik
Ia berjalan mondar-mandir, wajahnya pucat pasi dan napasnya sesak.
“Apa… apa file itu sudah sampai ke Kevin!?” gumamnya panik.
Ia buru-buru membuka laptop, dan ketika ia membuka email cadangan yang biasa ia gunakan untuk bermain kotor…
Ada email terkirim otomatis.
Folder “Terkirim” menunjukkan:
**File Audio 01 – sabotase.mp3**
**File Audio 02 – Desi dan Mr X.mp3**
**Lokasi Maya – GPS.txt**
Terkirim ke kontak: **Kevin Mahendra**.
Desi memekik kecil dan menutup wajahnya.
“Ya Tuhan… Maya benar-benar mengirim semuanya!”
Ia tersungkur di lantai, tubuhnya gemetar hebat.
“Kevin pasti sudah tahu… dia pasti membenciku… aku… aku harus kabur… aku harus sembunyi…”
Matanya melebar tiba-tiba.
**“Mr X… dia pasti marah besar!”**
Pikiran itu saja sudah membuat Desi panik saking takutnya..
Ia meraih tas, tak lupa ia berpakaian sangat tertutup agar tidak ada yang mengenalinya lalu ia memasukkan uang cadangan, beberapa baju dan langsung bersiap keluar dari apartemen persembunyiannya..
Desi langsung menuju lift dan memesan taksi, lalu ia langsung menelpon Laras dan Dewi tapi tidak di angkat-angkat..
Lalu Desi membuka Instagram miliknya dan Desi sangat terkejut ketika membuka notifikasi Instagram-nya...
Layar ponsel langsung dipenuhi puluhan, lalu ratusan pesan. DM masuk berkedip tanpa henti seperti sirine darurat..
Ia menggulir pelan dan seketika dadanya seperti ditusuk.
Video panas dirinya sedang trending, namanya naik ke daftar Top Search, wajahnya tersebar di mana-mana.
Komentar-komentar itu tajam seperti pisau:
**“Parah banget.”**
**“Gak nyangka kamu begitu.”**
**“Malu-maluin keluarga.”**
**“Pantesan selalu menghilang.”**
Notif mention dari teman lamanya muncul satu per satu, orang-orang yang dulu memuji, kini melemparkan batu.
Tapi yang paling membuat lutut Desi lemas
kemunculan nama Amel istri Raka mantan adik iparnya dulu
Desi membuka kolom komentar. Di sana, terbaca jelas:
**“Mbak Desi, tolong jelasin… ini benar kamu? Aku gak mau percaya sebelum kamu bicara sendiri, tolong.” komentar Amel**
Desi menutup mulutnya dengan tangan. Udara seperti tercerabut dari dadanya, nama Raka saja sudah cukup membuat hatinya kacau, melihat komentar istrinya muncul di tengah badai ini membuat dunia seakan runtuh sekaligus..
Ia memijit pelipis, tubuhnya gemetar.
“Kenapa semua harus melihat ini… kenapa sekarang…” suara itu pecah dalam bisikan lirih.
Satu DM masuk dari seseorang yang dulu sangat ia percaya:
**“Kalau ini benar, kamu keterlaluan kamu, Des…”**
Desi memejamkan mata kuat-kuat.
Air bening turun begitu saja tanpa bisa ia tahan..
"Semua sudah ku hancur kan termasuk ponselnya… kenapa masih ada salinannya? Bagaimana Mr X bisa menyimpannya?" Tangan yang memegang ponsel mulai dingin, kepalanya berputar, hatinya seperti diremas-remas!
Ia sadar, Mr X tidak hanya ingin mempermalukannya, ia ingin merusak hidupnya sampai ke akar, hingga semua orang yang pernah mengenalnya ikut menghakimi nya dan menjauh bahkan sekarang seluruh dunia ikut menghakimi diri nya juga..
___ Bersambung ___