•Sinopsis
Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?
Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.
Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.
Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?
Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Eh eh.. liat deh cowok yang lagi ngantri itu. Duh ganteng banget..." Ujar seorang wanita yang memakai pakaian seksi nya.
"Yang mana sih? Antrian ke berapa?" Tanya temannya.
"Itu loh, antrian ke lima. Yang pake kaos putih sama celana pendek. Duh maco banget, otot-ototnya juga keliatan." Jawab wanita pertama.
"Wah.. bener banget. Dia keliatan nya udah dewasa sih, tapi badan nya mantep banget. Ototnya itu loh.. keliatan keras." Ujar wanita ketiga yang menggunakan pakaian paling seksi dan menonjol dari kedua teman nya.
"Duh.. gimana ya kalo gue meluk badannya.. pasti keras banget. Aahh.. gue jadi ngebayangin kalo gue ada di bawah Kungkungan nya, pasti mantep banget" lanjutnya.
"Lo kebiasaan deh, pikiran nya suka traveling" ucap wanita kedua.
"Ya realistis aja sih.. semua cewek juga pasti suka sama yang keras-keras. Lo juga pastinya termasuk kan?" Balas wanita ketiga.
Mendengar ucapan demi ucapan dari mulut ketiga wanita yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk, membuat hati Viona terasa terbakar oleh api amarah.
Bukan cemburu, ia hanya kesal saat mendengar suaminya yang menjadi bahan fantasi para wanita haus belaian.
Ia memperhatikan Michael yang tengah berdiri tegap menunggu antrian kasir dengan memainkan ponsel genggamnya.
Keren sih.. macho juga. Viona mengakuinya, tapi ia tidak mau jika Michael sampai di jadikan bahan obrolan yang mengarah kepada hal-hal sensitif.
Ia kesal. Dan kekesalan nya bertambah saat melihat hampir semua wanita yang berjalan melewati Michael selalu memperhatikan pria tersebut dengan pandangan kagum dan memuja.
Dengan kekesalan yang memuncak, ia bangkit dari duduknya dan berjalan dengan cepat ke arah Michael.
Sesampainya ia di sebelah Michael yang masih fokus pada ponselnya, ia langsung menarik tangan Michael yang menganggur untuk ia bawa ke pelukannya.
Michael tersentak saat merasakan tangan kirinya di tarik dan di peluk oleh seseorang.
Alisnya mengernyit saat melihat bahwa orang yang kini tengah memeluk lengannya adalah Viona. Gadis dengan tinggi yang hanya mencapai dadanya.
Merasa di perhatikan, Viona akhirnya mendongak menatap Michael yang kini juga menatapnya dengan pandangan seolah bertanya 'Kenapa?'.
"Takut om nya di gondol cewek-cewek. Ntar belanjaannya gak ada yang bayarin kalo om nya gak ada" ujar Viona santai sambil memalingkan wajahnya yang mulai memerah, enggan menatap Michael.
Mendengarnya alasan tersebut, Michael mengangkat wajahnya dan mengedarkan pandangannya mengamati sekitar.
Ia menyunggingkan senyumnya saat matanya menangkap banyak wanita yang menatapnya dengan tatapan terkagum-kagum. Bahkan dia juga mendengar ada beberapa wanita yang membicarakan secara terang-terangan.
Ia menunduk melihat Viona yang masih setia memeluk lengannya. Dengan segera ia menarik lengan kirinya yang di peluk oleh Viona.
Viona mendongak dan bersiap mengeluarkan suaranya saat Michael menarik lengan yang tengah ia peluk. Namun suaranya yang belum keluar kembali tertelan saat Michael justru melingkarkan tangannya pada pundak Viona.
Tanpa memperdulikan kondisi jantung Viona yang berdetak dengan kencang, Michael kembali sibuk dengan ponsel di tangan kanannya dan tangan kiri yang tetap melingkar pada bahu Viona sambil sesekali mengusap bahu Viona dengan lembut.
Mendapat perlakuan demikian, Viona segera memalingkan wajahnya merasa malu. Jujur saja, ia baru pertama kali mendapatkan perlakuan seperti ini dari lawan jenis selain dari Alexander dan Nathan yang notabenenya adalah keluarganya sendiri.
Keduanya tetap berdiri tanpa ada obrolan. Hingga akhirnya, antrian di depan mereka sudah kosong.
Michael segera mendorong troli belanjaan milik mereka dan menyerahkannya pada kasir untuk di hitung.
"Total nya jadi dua juta tujuh ratus lima puluh dua Mas. Ada tambahan?" Ucap kasir setelah selesai menghitung jumlah harga belanjaan milik Michael.
"Enggak kak makasih."
Bukan Michael yang menjawab, tetapi Viona yang menjawab sembari memasang wajah datarnya. Bukan tanpa alasan ia memasang wajah datarnya, namun karena ia melihat sang kasir wanita tersebut yang sedari tadi terus memandangi Michael tanpa menganggap keberadaan Viona yang berdiri di samping pria yang sedari tadi di pandanginya.
Dengan segera ia mengeluarkan ponselnya hendak melakukan pembayaran transfer melalui aplikasi bank miliknya.
Namun sebelum Viona melakukan maksudnya, Michael lebih dulu mengeluarkan black card miliknya dan menyodorkannya pada kasir untuk membayar belanjaan milik mereka.
Viona melirik ke arah Michael. "Biar gue yang bayar, kan Om juga udah ngirim uang buat belanja" ucap nya.
"Selama kamu keluar dengan saya, kamu gak perlu mengeluarkan uang yang sudah masuk ke rekening kamu" balas Michael.
Viona akhirnya membiarkan Michael membayar belanjaannya.
Setelah transaksi selesai, keduanya berjalan meninggalkan supermarket dengan tangan Michael yang penuh dengan kantong belanjaan.
Keduanya memilih untuk langsung pulang ke rumah, karena memang mereka tidak memiliki agenda untuk terus berada di luar rumah.
Sesampainya di rumah, Viona segera membereskan barang belanjaannya yang sudah di letakkan oleh Michael di atas pantri dapur.
Sedangkan Michael sendiri, ia langsung naik ke lantai atas dan masuk ke ruang kerjanya.
\=°°°•°°°\=
Tak terasa, waktu terus berlalu dan seminggu telah terlewati tanpa ada yang mengganggu.
Michael dan Viona menjalani hari-hari layaknya orang asing yang tinggal di satu atap yang sama.
Meraka hanya bertemu saat waktunya makan, dan setelah menyelesaikan acara makannya.. mereka akan langsung pergi ke habitatnya masing-masing. Seperti Michael yang setia berada di ruang kerjanya dan Viona yang selalu menempel pada kasur ternyaman nya.
Berbeda dari hari-hari sebelumnya, pagi ini keduanya sudah bersiap dengan pakaian nya masing-masing.
Viona yang sudah menggunakan seragam sekolahnya, kini tengah berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk nya dan Michael.
Saat ia sedang menata makanan di atas meja makan, Michael tampak turun dengan menjinjing tas kerjanya dengan setelan kantoran yang di kenakan oleh nya.
Tanpa berbicara, keduanya memulai sarapan yang terasa hening dan dingin. Tak ada obrolan yang terjadi selama mereka berada di meja makan.
Hingga akhirnya Michael yang sudah lebih dulu menyelesaikan acara makan nya segera bangkit dari kursinya.
"Saya tunggu di mobil" beritahu Michael sambil melenggang meninggalkan Viona yang masih memakan sarapannya.
"Kirain bakal lupa kalo mau antar jemput gue" gumam Viona.
Tak mau di marahi karena terlalu lama, akhirnya Viona menyudahi sarapan nya dan menyusul Michael setelah ia meraih tas dan ponselnya.
Viona segera masuk ke dalam mobil Michael yang sudah menunggunya dengan mesin yang menyala.
Saat ia sudah duduk di kursi penumpang samping kemudi dan memakai sabuk pengamannya, Michael segera menginjak gas dan melajukan mobilnya menuju sekolah Viona terlebih dahulu.
Karena merasa bosan, Viona mengeluarkan ponselnya dan memeriksa pesan. Siapa tahu ada yang mengirimkan pesan padanya.
Dan benar saja, satu pesan muncul saat ia menghidupkan data ponselnya.
Flora, sahabatnya itu menanyakan apakah ia akan pergi sekolah hari ini atau tidak.
Viona menjawab jika ia sudah dalam perjalanan menuju sekolah dan menyuruh Flora untuk menunggunya di dekat gerbang.
Berbeda dengan Viona yang tampak asyik berbalas pesan dengan sahabatnya, Michael tampak diam dan fokus pada jalanan di depannya dengan ujung matanya yang sesekali melirik Viona.
Sesampainya di depan gerbang sekolah Viona yang masih terbuka dengan lebar, Michael menghentikan mobilnya.
"Makasih Om" ucap Viona sambil membuka pintu mobil di sebelahnya.
"Nanti saya jemput" ujar Michael.
Viona menghentikan pergerakan kakinya yang hendak turun dari mobil dan menoleh ke arah Michael.
"Gak usah. Om juga pasti sibuk abis ambil cuti lama" balas Viona menolak.
"Tidak ada bantahan. Turun dan belajar dengan benar" ucap Michael tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan di depannya.
Viona menghela nafasnya, ia ingin melayangkan protes, namun rasanya akan percuma saja. Jadi biarkan saja Michael melakukannya, lagian dia juga gak rugi kan?
Tanpa berbicara lagi, Viona turun dan menutup pintu mobil.
Setelah pintu tertutup, Michael langsung melajukan mobilnya meninggalkan Viona yang masih berdiri memandangi mobilnya.
Setelah mobil Michael menghilang dari pandangan nya, Viona berbalik dan berjalan menuju gerbang.
Namun langkahnya terhenti saat telinganya mendengar suara teriakan yang menyerukan namanya.
"VIONA... UDAH DI TUNGGUIN MALAH NINGGALIN LO!"
Teriakan tersebut mengundang beberapa mata terpusat pada Flora yang meneriakinya.
Viona menepuk dahinya sendiri merasa malu melihat kelakuan sahabat satu-satunya itu.
Flora yang berlari menuju Viona akhirnya berhenti saat ia sudah sampai pada tujuannya. Merasa nafasnya tersengal, Flora membungkukkan badannya dan menyangganya dengan tangan.
"Ngapain teriak-teriak sih Flo? Gak malu apa?" Kesal Viona.
"Hhee.. abis nya lo gue tungguin di sisi gerbang juga bukannya manggil gue malah mau masuk dan ninggalin gue. Ya udah gue panggil aja" jawab Flora.
"Itu bukan manggil ogeb, lo neriakin nama gue ampe semua orang natep lo keheranan" sinis Viona sembari berjalan hendak meninggalkan Flora di luar gerbang.
Tak mau di tinggalkan, Flora segera berjalan menyusul Viona fan menyamakan langkahnya.
"Eh Vi, tumben lo gak bawa motor kesayangan lo, masuk bengkel ya?" Tanya Flora yang merasa penasaran. Karena memang biasanya Viona tak akan menggunakan mobil untuk pergi ke sekolah jika motor sport kesayangannya tidak masuk bengkel.
"Enggak. Dia masih sehat walafiat di dalem garasi" jawab Viona tanpa menghentikan langkahnya.
Flora mengernyit merasa bingung.
"Terus kenapa lo pake mobil? Mobilnya juga kayaknya bukan mobil bokap lo deh, iya kan? Apalagi gue liat.. yang bawa tuh mobil bukan sopir keluarga lo. Yang tadi itu keliatan lebih berwibawa dan cool, kayak tokoh-tokoh yang ada di dalem drakor yang sering gue tonton" ujar Flora.
Jujur saja, ia merasa sangat penasaran dengan orang yang mengantarkan Viona ke sekolah. Memang sih ia tidak melihatnya dengan jelas karena kaca mobilnya juga agak gelap. Tapi ia berani bertaruh, jika pria tersebut memiliki wajah yang pastinya sangat-sangat tampan dan berkharisma.
Apalagi stelan yang di kenakan pria tersebut sudah menyerupai seorang CEO yang tak tersentuh.
Viona yang mendengar pernyataan dari Flora merasa jantungnya berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasanya. Ia tak menyangka jika sahabatnya itu melihat suaminya yang mengantarkannya ke sekolah.
Langkahnya terhenti dengan otak yang terus berjalan mencari jalan keluar dan mencari kata-kata yang pas untuk di ucapkan oleh nya.
Ia bingung akan mengatakan apa. Apakah sekarang ia harus berkata jujur dan mengatakan kalo dia sudah menikah karena perjodohan?