NovelToon NovelToon
Dear Alvin

Dear Alvin

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Murid Genius / Keluarga / Bad Boy
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fantastic World Story

"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari

rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku

nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.

membuat Alvin yang sedang melamun

segera terperanjat.

"Berhenti bicara yang tidak-tidak

Ela!!" hardik pak Rohman.

"Kamu pilih aku dan anak anak yang

keluar apa anak sialanmu ini yang keluar

pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.

Beliau tak pernah berfikir akan

dihadapkan pada situasi se rumit ini.

"Alvin yang akan keluar pak buk"

ucap Alvin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6 Gerobak Baru

Flashback

3 tahun yang lalu.

"Jadi total belanjaannya delapan ratus

enam puluh lima ribu rupiah ya Bu" ucap

seorang kasir super market.

"Iya mbk, sebentar ya" jawab Bu Rosa

seraya mengaduk-aduk isi dalam tas nya.

"Bagaimana Bu? Itu yang dibelakang

ibu sudah menunggu" tanya kasir tersebut,

setelah beberapa menit Bu Rosa masih

belum melakukan pembayaran.

"Sepertinya dompet saya tertinggal di

mobil mbk, tolong nitip sebentar ya, saya

ambil dulu. Abis itu saya kesini buat bayar

ini" ujar Bu Rosa sedikit panik.

"Kalau emang gak punya uang jangan belanja bu, pake alasan dompet ketinggalan segala. Lagu lama itu. Udah

mbk jangan dilayanani!" sahut seorang

yang mengantri di belakang Bu Rosa,

disusul dengan keluhan serupa dari orang

yang mengantri lainnya.

"Mbak, saya nitip dulu boleh ya. Saya

pasti bayar kok. Ini saya taruh hp saya

sebagai jaminan, bentar lagi saya kesini

lagi" ujar Bu Rosa meminta pengertian.

"Kalau ibu tidak ada yang tunai, bisa

bayar pakai qris Bu" ujar kasir tersebut

mencoba memberi solusi.

"Maaf mbak, hp saya yang ini gak ada

saldonya" jawab Bu Rosa.

"Udah mbk, suruh ambil dompetnya

aja dulu. Ini antrian makin panjang loh"

teriak salah satu pelanggan.

"Baiklah Bu, tapi kalau sampai sore

hari ibu tidak kembali, belanjaan dan hp

ibu jadi milik sini ya" ujar kasir tersebut

pada akhirnya.

Bu Rosa pun segera keluar dari

supermarket, beliau menuju ke tempatnya

memarkir mobil di seberang jalan, sebab

beliau tadi sebenarnya hanya berniat

belanja di toko depan super market

tersebut.

Dengan panik Bu Rosa segera

membuka mobil dan memeriksanya.

Namun nihil, dompetnya tak ada di

manapun. Beliaupun mulai mengingat lagi

dan seingat beliau, dompetnya sudah

beliau masukkan ke dalam tas.

Sementara Alvin yang baru saja

membantu mengeluarkan sepeda motor

orang yang parkir, baru melihat jika Bu

Rosa telah kembali ke dalam mobilnya.

Perlahan Alvin mengetuk pintu kaca

mobil Bu Rosa.

"Maaf mas, saya belum mau pergi.

Jangan di tarik dulu ongkos parkirnya"

jawab Bu Rosa seraya membuka kecil kaca mobilnya.

"Oh tidak tante, saya cuma bertanya.

Apakah tante kehilangan dompet?" tanya

Alvin membuat Bu Rosa menoleh dan

segera membuka pintu mobilnya.

"Iya, darimana kamu tahu kalau saya

kehilangan dompet, jangan-jangan kamu

yang ambil ya!" tuduh Bu Rosa, bukan

tanpa sebab Bu Rosa menuduh Alvin

demikian, sebab saat itu memang marak

kasus pencurian dan penipuan.

"Bukan tante, tadi saya

menemukannya di bawah mobil ini.

kebetulan saya tukang parkir di depan

toko ini" jawab Alvin menjelaskan

seraya memberikan dompet Bu Rosa.

Bu Rosa pun meraih dompetnya,

beliau segera mengecek isi dan

kelengkapan dompet tersebut, syukurnya

tak ada satupun yang hilang. Membuat

beliau menghela nafas lega.

"Maaf yah nak, tante sudah menuduh kamu tadi, maklum saat ini kita gak boleh

gampang percaya sama orang" ujar Bu

Rosa pada Alvin yang hanya bisa

mengangguk.

"Oh ya, ini buat kamu" ucap Bu Rosa

seraya mengeluarkan 2 lembar uang

seratus ribuan.

"Waduh kebanyakan tante, kalau

parkir disini cuma seribuan, kalau mobil

paling banyak juga 5 ribu' tolak Alvin,

membuat Bu Rosa tersenyum.

"Nama kamu siapa nak?" tanya Bu

Rosa.

"Saya Alvin Tante" jawab Alvin.

"Baiklah Alvin, ini bukan uang

parkir, karena Tante memang belum mau

pergi. Ini sebagai imbalan buat kamu

karena sudah melindungi dompet tante"

ujar Bu Rosa seraya memaksa

menyerahkan uang tersebut pada saku

kemeja seragam SD lusuh yang dipakai Alvin.

Tanpa menunggu jawaban dari

Alvin, Bu Rosa pun segera berlalu

hendak membayar belanjaan yang beliau

tinggalkan tadi.

Alvin yang saat itu baru kelas 1 SMP,

mendapatkan nominal uang paling besar

di Indonesia secara instan, apalagi

sebanyak 2 lembar. Tentu saja merasa

kegirangan.

Tanpa menunggu lama ia memilih

segera pamit pulang pada tukang parkir

seniornya, sebab jika ketahuan oleh

tukang palak, sudah pasti yang yang ia

miliki saat itu pasti berkurang.

Flashback end.

"Jadi begitulah kejadiannya,

bagaimana mama bisa kenal sama

Alvin" jawab Bu Rosa ketika Alex

menanyai tentang bagaimana beliau bisa mengenal Alvin.

"Wah pasti kesenangan itu si Alvin,

baru ketemu sudah mama kasih uang

sebanyak itu. Pasti salama ini mama juga

sering ngasih uang ke Alvin ya?" ujar

Alex yang masih mengorek informasi.

Dirinya masih sulit menerima jika di masa

kini masih ada orang yang benar-benar

jujur.

"Eh jangan salah Lex, seminggu

setelah kejadian itu. Mama kan belanja

lagi tuh di toko tempat Alvin markir itu,

Alvin langsung nyamperin mama loh,

kamu tahu gak ngapain?" Bu Rosa mnalah

mengajak Alex tebak-tebak.

"Pasti mau minta uang lagi!" tebak

Alex.

"Awalnya mama juga mikir gitu, tapi

ternyata enggak lex. Alvin justru balikin

uang yang sebelumnya mama kasih.

Katanya setelah menerima uang tersebut ia

malah dimarahi bapaknya, katanya gak

boleh pamrih kalau mau nolong orang.

Kalau emang niat bantu gak usah mau

kalau dipaksa nerima imbalan. Dan yang

lebih bikin mama makin salut lagi, selama

seminggu itu Alvin nungguin mama,

karena bapaknya selalu marahin dia

perihal uang tersebut" ungkap mama Rosa

yang dengan antusias menceritakan

tentang Alvin.

Kemudian mengalirlah segala cerita

tentang Alvin yang Bu Rosa tahu, mulai

dari kehidupan miskinnya, peringkat

disekolahnya, hingga Alvin yang kerap

kali menolak bantuan pendidikan yang

ingin Bu Rosa berikan. Membuat Alex

diam-diam ikut menyimpan kagum pada

Alvin.

Melihat selembar uang kertas seratus

ribuan ditangan, membuat Alvin

mengucap syukur, kalo ini ia akan mulai

menabung sendiri uang lebih yang ia

terima.

Perkara nanti ibu tirinya akan memarahinya, tak terlalu membuat

Alvin kepikiran, karena hal itu sudah

terlalu biasa.

"Kok jam segini udah pulang kamu

Vin" sapa Bu Eleanor begitu melihat Alvin

pulang.

"Mulai hari ini Alvin berhenti jadi

tukang parkir buk" jawab Alvin seraya

meraih tangan Bu Eleanor untuk diciumnya.

"Apaa?! Kamu berhenti markir?" pekik

Bu Eleanor. Alvin pun segera

mengangguk.

"Terus kamu gak ngasih uang ke ibuk

lagi? Mau makan apa kamu Vin?" ucap Bu

Eleanor penuh emosi.

"Ada apa ini buk, anak pulang kok

malah dimarahi!" tanya pak Rohman yang

keluar dari dalam kamar setelah

mendengar keributan.

"Anakmu ini loh, berhenti markir pak!!" Sentak Bu Eleanor.

"Yah biarin toh buk, emang bukan

kewajiban si Alvin kok buat nyari uang"

jawab pak Rohman.

"Udah sama masuk le, makan dulu.

Kamu dari sore tadi belum makan kan"

ucap pak Rohman pada Alvin, membuat

Bu Eleanor semakin geram.

"Terus aja manjain anak itu pak, lama

lama jadi gak tau diri tuh anak!" marah Bu

Eleanor.

"Sudah buk, jangan marah-marah

terus" ucap pak Rohman mencoba

menenangkan sang istri, sembari

menggiringnya ke dalam kamar.

"Jangan nmarah-marah gimana, uang

dari kamu gak cukup buat makan kita

sehari-hari pak!" keluh Bu Eleanor.

"Gimana bisa gak cukup? Seratus ribu

tiap hari, dan kamu cuma masak lauk tahu

tempe telur terus, kamu kemanakan

semua uang itu buk?" sahut pak Rohman tak terima.

"Buat bayar listrik dan yang lainnya

pak, kamu mana tahu kebutuhan rumah

ini!" jawab Bu Eleanor sedikit gelagapan.

Beliau memang mengumpulkan uang

pemberian sang suami untuk kebutuhan

anak perempuannya Dina, apalagi akhir-

akhir ini merengek meminta laptop.

Sedangkan untuk belanja bahan makanan

Bu Eleanor selalu memakai uang pemberian

Alvin.

"Rumah kita kecil buk, listrik 50ribu

sebulan, kamu juga gak pernah ngasih

uang saku ke Alvin!!" hardik pak

Rohman, yang terus di jawab oleh Bu Eleanor.

Pertengkaran orang tua, membuat Dina

merasa sebal, sebab kini tangis Rafi juga

mulai ikut mendominasi suara

pertengkaran kedua orangtuanya.

Sementara Alvin sendiri memilih duduk

di depan rumahnya sembari merenung.

"Denger tuh! Bapak sama ibuk

berantem gara-gara kamu!" keluh Dina yang

juga memilih keluar dari rumah.

Sementara Alvin hanya menoleh,

selama ini Dina memang tak pernah sopan

padanya, meski selisih umur mereka

terpaut 3 tahun.

"Woy dengerin orang ngomong!"

teriak Dina kala Alvin tak meresponnya.

"Apa?" tanya Alvin.

"Kamu itu ngapain berhenti kerja,

udah tahu kebutuhan rumah banyak" ucap

Dina.

"Kebutuhan rumah apa kebutuhan

kamu?" tanya Alvin dengan tatapan

menyelidik.

"Ya kebutuhan rumah lah, kebutuhan

kamu juga kan!" jawab Dina membentak.

"Mana ada kebutuhan aku, aku aja

sekolah gak pernah di kasih uang saku sama ibuk. Semuanya buat kamu" elak

Alvin.

"Ya kamu sih, selalu bikini ibuk sebel"

ucap Dina santai.

"Iya iya terserah kamu" sahut Alvin

malas.

"Woy, kerja lagi gih, biar ibu sama

bapak gak berantem terus" bujuk Dina.

"Biar mereka gak berantem, atau biar

sakumu gak berkurang, atau biar kamu

bisa nyogok temen buat ngerjain tugas

kamu, oh ya jangan kira aku gak tau ya,

kalau kemarin kamu bisa masuk ke

sekolahmu itu lewat belakang' jawab

Alvin telak membuat Dina terdiam.

Dina sedikit kebingungan, bagaimana

mungkin Alvin bisa mengetahui hal itu.

Seingatnya selama ini Alvin tampak

cukup acuh dengan urusannya dengan

sang ibu.

Sementara itu, suara pertengkaran kedua orangtuanya dari dalam rumah sudah

mulai berhenti, membuat Alvin

memilih untuk segera masuk ke dalam,

meninggalkan sang adik yang masih

terkejut dengan ucapan Alvin.

Tak ingin ambil pusing, Alvin pun

segera memposisikan dirinya untuk

beristirahat. Di sofa lapuk, tempatnya

biasa tidur. Di rumah itu hanya ada 2

kamar, kamar pertama ditempati oleh pak

Rohman dan Bu Eleanor tentunya, sementara

kamar yang lebih kecil ditempati oleh Dina.

Sedangkan Alvin, di ruang tamu

yang diisi oleh sofa dan meja yang sudah

lapuk. Berselimut tipis, Alvin sudah

biasa tidur disana.

Hari libur sekolah Alvin ia gunakan

untuk beristirahat dan bersih-bersih

rumah, agar sang ibu tak marah.

"Alvin, besok kamu ke rumah haji maliki le, tadi bapak ketemu sama beliau di jalan, suruh nyampein kalau besok pagi

kamu disuruh kesana" ujar pak Rohman di

sore hari, usai pulang dari ngojek.

"Iya pak" jawab Alvin.

Keesokan paginya, Alvin pun

mendatangi rumah haji Maliki, sesuai

dengan yang di sampaikan sang bapak

semalam.

"Assalamualaikum bah" sapa Alvin

sembari menciuma tangan haji Maliki,

yang sedang menimbang setoran rosok

dari pemulung.

"Waalaikumsalam, tungguen sambil

duduk disana dulu tang, tak lanjut ini

bentar" jawab haji Maliki sembari

menunjuk amben, tempat biasa haji

Maliki bersantai.

"Enggeh bah" jawab Alvin seraya

berlalu.

Tak berselang lama, haji Maliki pun menyelesaikan pekerjaannya. Beliau segera menghampiri Alvin.

"Mana sepedamu le?" tanya haji Maliki

pertama kali, karena melihat Alvin yang

datang berjalan kaki.

"Abah kan bilangnya itu buat

akomodasi ke sekolah, bukan buat yang

lain" jawab Alvin enteng.

"Loh alah, yawes pake en buat

akomodasi kamu kemana mana le, jangan

bikin sesuatu yang bisa mudah jadi susah

kamu ini" ujar haji Maliki membuat

Alvin tersenyum malu.

"Yawes jadi gini, itu gerobak sampah

baru, sudah ada seragam dan sepatu boot

baru yang bisa kamu pakai, jangan nolak.

Karena itu emang pemberian dari

kampung, besok kamu pakai" ujar haji

Maliki.

"Baik bah, siap" jawab Alvin dengan

semangat.

"Yawesss, kamu bawa aja itu yah biar

besok kalau mulai kerja gak perlu ambil

gerobak kesini dulu kamunya. Sepedanya

juga boleh dipakai buat kesana kenmari.

Asal bukan untuk hal yang buruk"

perintah haji Maliki yang memang sedang

sibuk, sehingga beliau tak menahan

Alvin lebih lama. Sebab kini di depan

rumahnya, sudah berbaris para pemulung

yang sedang antri, untuk menyetorkan

hasil pencariannya.

"Nggeh bah, kalau begitu saya pamit

pulang bah, assalamualaikum" pamit

Alvin.

"Yo, hati-hati. Waalaikumsalam"

jawab haji Maliki.

Alvin pun memandang gerobak

sampah barunya dengan mata berbinar,

segera ia mendekat dan membawanya

pulang ke rumah dengan semangat.

"Murid beasiswa di kelas ini wajib

mengikuti lomba ini, melihat nilai rapot kalian saat SMP, sudah di tentukan bawa

Alvin akan mewakili cabang fisika,

sedangkan Mingyu cabang kimia, untuk

pasangan kalian akan diumumkan nanti,

karena kemungkinan pasangan lomba

kalian berasal dari kelas lain' ujar seorang

guru yang menyampaikan informasi

sebelum jam pelajaran berakhir.

1
ラマSkuy
thor nama karakter utamanya sebenernya siapa sih thor kok kadang namanya ganti ganti dari Alvin terus Bintang?
ラマSkuy: oh boleh di spill kah thor di PF mana? hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!