Klarissa anak kandung dari keluarga yang cukup kaya raya, namun sejak sepupunya datang dan di angkat sebagai anak angkat oleh kedua orang tuanya, Klarissa Tersisikan.
Kedua orang tuanya mengabaikan dan tidak peduli, saudara-saudara kandungnya, pacarnya bahkan sahabatnya tidak ada yang peduli pada Klarissa bahkan mengabaikannya.
Mampukah Klarissa hidup dalam keterabaian dari orang-orang terdekatnya??...
Apakah masih ada yang peduli pada Klarissa?...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia Papendang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Harry marah besar sesampainya dirumah, menampar Klarissa dengan keras hingga sudut bibir Klarissa keluar darah "Papa tidak tau lagi harus bagaimana Klarissa... Sekolah itu sekolah terfavorit sekarang malah kamu keluar dari sekolah itu, mau sekolah dimana kamu haaa?" Teriak Harry
"Dimana saja asalkan tidak ada pengacau!" Jawab Klarissa
Harry lagi-lagi menampar Klarissa "Sekarang terserahmu, papa akan menyerahkan semua hidupmu sendiri, urus semuanya sendiri!" Ujar Harry
"Iya saya akan mengurusnya sendiri, bukannya sejak ada Karina kalian tidak perduli lagi denganku, dimana kalian sejak saya membutuhkan kalian... kalian nggak ada, kalian terlalu sibuk dengannya hingga mengabaikanku, kalian ingat tidak saat saya mengikuti lomba puisi hanya bik narti yang datang, kalian ingat tidak saya mengikuti lomba menulis cerpen bahkan menang waktu itu, kalian tidak datang hanya bik narti yang menemani saya, terus kalian dimana saat ulang tahun saya kalian melupakan itu hanya bik narti yang menemani saya bahkan kalian tidak mengirim pesan ucapan hanya membuatku tersenyum bahwa kalian masih perduli denganku tapi saya salah kalian sudah tak perduli lagi, sebenarnya aku anak kandung apa anak pembantu?" Tutur Klarissa lalu pergi ke kamarnya
Harry memegang kepalanya yang terasa berat mengingat semuanya "Anak itu membuatku semakin pusing saja, dia kan sudah tau jawabannya kalau kita tak datang Karina lagi sakit hingga dirawat dirumah sakit!"
Gumam Harry
"Sudahlah pa... Mungkin Klarissa masih tidak Terima karena dari kecil Klarissa selalu diperhatikan tapi sekarang ada Karina yang harus diperhatikan juga, mama juga pusing dengan kelakuan Klarissa sekarang, mungkin setelah Klarissa pindah sekolah Klarissa akan berubah pa!" Ujar Jesika
"Tapi sekolah itu sekolah terbaik di kota ini ma, dia malah membuat kepala sekolah mengeluarkannya!" Ujar Harry
Jesika mengelus pundak Harry, sedangkan dikamar Klarissa merebahkan dengan seragam yang menempel di badannya "Ya allah... Kenapa jalanku begitu sulit!" Klarissa meneteskan air matanya.
Dari luar bik narti masuk kedalam kamar Klarissa "Non Klarissa... Hiks... Hiks...!" Ujar bik narti menangis "Nggak usah nangis bun... Klarissa nggak apa-apa!" Ujar Klarissa
Bik narti memandang lekat Klarissa yang dirawatnya dari bayi "Bibik kompres ya non?"
Tanya bik narti melihat sudut mulutnya berdarah.
Klarissa"Nggak usah bun, nggak sakit kok!" Ujar Klarissa
Bik narti kekeh tetap mengompres sudut mulut Klarissa, Klarissa diam menatap bik narti.
"Padahal dia tidak ada ikatan darah denganku, tapi dia sangat sayang padaku tapi papa, mama dan kakak-kakakku tak perduli... Shitt kehidupan macam apa ini!" Batin Klarissa
Setelah mengompres "Non... Bibik ambilkan makanan ya, tadi pagi Non nggak makan!" Ujar bik narti
"Klarissa kenyang bik... Tadi sudah makan dikantin waktu istirahat!" Ujar Klarissa
Bik narti mengangguk tidak mau memaksa Klarissa "Bibik keluar dulu ya Non...
Bibik mau bersih-bersih dulu!" Ujar bik narti
Klarissa mengangguk, lalu Klarissa merebahkan tubuhnya dikasur lalu tak terasa ketiduran.
Tiba-tiba Klarissa bangun saat sudah malam karena bik narti mengetuk pintu "Non...!" Panggil bik narti
"Masuk bun!" Jawab Klarissa dengan suara serak
Bik narti masuk "Dipanggil tuan Non... Katanya Non harus makan malam karena sudah ditungguin sama yang lain!" Tutur bik narti
"Aku nggak mau gabung sama mereka bun, lebih baik aku makan disini!" Ujar Klarissa
"Saya mohon Non turuti perintah tuan, bibik nggak mau tuan bertindak kasar lagi!" Terang bik narti
"Biarinlah bun, saya sudah tidak perduli lagi mau dibunuh sekalian saya tidak apa-apa!" Jawab Klarissa
Bik narti menangis mendengar perkataan Klarissa "Bunda... Kenapa menangis, iya-iya sekarang Klarissa turun, sudah jangan nangis lagi ntar cantiknya hilang!" Kekeh Klarissa
Bik narti menghapus air matanya dengan tersenyum, sedangkan Klarissa ke toilet untuk mencuci mukanya biar kelihatan fresh tapi Klarissa tidak mengganti seragam sekolahnya agar tidak terlalu lama.
Klarissa keluar dari kamarnya menuruni tangga hingga sampailah dimeja makan, semua pasang mata menatap Klarissa sedangkan Klarissa langsung duduk di sudut kursi kini jarak Klarissa menjauh dari orangtuanya dan kakak-kakaknya, Klarissa langsung mengambil nasi dan lauknya lalu memasukkan kedalam mulutnya. Tidak ada obrolan yang dilontarkan Klarissa, dia mempercepat menghabiskan makanannya lalu mau beranjak dari meja makan tapi Harry menghentikannya "Klarissa... Duduk dulu papa mau bicara!" Titah Harry
Klarissa duduk menunggu papanya selesai makan, kakak-kakaknya menatap Klarissa "Lo dikeluarin dari sekolah?" Tanya Panji
"Gue keluar sendiri bukan dikeluarin!"
Jawab Klarissa
"Ck... Mau sekolah dimana lo disana sekolah terbaik di kota ini!" Ujar Dino
"Mau gue sekolah dimana itu urusan gue, sekarang nggak usah ngurusin hidup gue!"Jawab Klarissa
BRAKKK... Harry menggebrak meja
"Cukup Klarissa... Cukup... Kamu kenapa Klarissa buat papa semakin pusing saja dengan tingkahmu!" Tutur Harry
"Kenapa harus pusing, bukannya anda bilang tadi saya harus jalani hidup saya sendiri, jangan pernah urus saya lagi saya bisa mencari sekolah dimanapun yang saya mau!" Terang Klarissa
Harry menatap lekat Klarissa"Kamu masih marah sama papa soal ulang tahunmu itu... Oke papa minta maaf papa nggak ingat hari ulang tahunmu!" Tutur Harry
"Heemmm... Kalau tidak ada yang mau diomongin lagi saya kekamar mau mandi!"
Tutur Klarissa
"Iya... Besok papa kan masukkan kamu ke SMA xxx!" Tutur Harry
"Heemm!" Singkat Klarissa
"Klarissa maafkan aku telah membuatmu keluar dari sekolah!" Ujar Karina
"Iya nggak apa-apa gue udah nggak betah disana, mungkin setelah keluar sekolah gue akan keluar juga dari rumah ini!" Tutur Klarissa
Mereka menatap Klarissa "Kamu jangan main-main ya Klarissa!" Tutur Harry
Klarissa tersenyum sinis lalu berjalan menaiki tangga ke kamarnya. Sedangkan Karina tersenyum dalam hatinya "Kamu juga akan keluar dari rumah ini Klarissa, tinggal nunggu waktu hanya aku yang akan menjadi putri satu-satunya dirumah ini!" Batin Kirana
Jesika mengelus punggung Kirana "Sudah jangan fikirkan perkataan Klarissa, maafkan Klarissa ya Karina?" Ujar Jesika
Karina tersenyum mengangguk "Iya ma... Karina sayang sama Klarissa, apapun perlakuan Klarissa pada Karina, Karina akan selalu memaafkan Klarissa!" Tutur Karina
Aldy tersenyum "Kamu memang baik dek, kita sayang kamu!" Tutur Aldy
Karina tersenyum "Bagus... Mereka sepenuhnya percaya denganku tinggal bik narti orang yang masih berpihak pada Klarissa, aku akan membereskan bik narti jika dia tidak mengubah mendukungku!" Batin Karina
Sementara dikamar Klarissa mencari tau soal sekolah barunya. Matanya membulat ada jurusan sastra "Sastra.... I'am coming!" Gumam Klarissa
Klarissa suka menulis puisi, cerpen dan dia ingin menulis novel, Klarissa bercita-cita ingin menjadi seorang penulis terkenal. Bagi Klarissa sastra adalah nyawanya, Klarissa senang menulis sejak SMP. "Gue harus betah disekolah baru apalagi ada jurusan sastra, semoga teman-teman disana baik-baik, jadi nggak sabar nunggu hari esok!" Klarissa tersenyum sendiri.