NovelToon NovelToon
Ibuku Selingkuhan Suamiku

Ibuku Selingkuhan Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: rafizqi

“Dikhianati suami, ditikam ibu sendiri… masihkah ada tempat bagi Andin untuk bahagia?”

Andin, seorang wanita sederhana, menikah dengan Raka—pria miskin yang dulu ia tolong di jalan. Hidup mereka memang pas-pasan, namun Andin bahagia.

Namun kebahagiaan itu berubah menjadi neraka saat ibunya, Ratna—mantan wanita malam—datang dan tinggal bersama mereka. Andin menerima ibunya dengan hati terbuka, tak tahu bahwa kehadiran itu adalah awal dari kehancurannya sendiri.

Saat Andin mengandung anak pertamanya, Raka dan Ratna diam-diam berselingkuh.

Mampukah Andin menghadapi kenyataan di depannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Hari itu, adalah hari ulang tahun pernikahan mereka. Namun, Raka sepertinya melupakan hari bahagia itu.

Andin pergi ingin memberi kejutan kecil untuk suaminya.

Perutnya yang kini membesar membuat langkahnya pelan, tapi semangatnya tak surut.

Ia membawa dua kotak kecil berisi sup ayam dan kue kesukaan Raka.

Dalam pikirannya, ia sudah bisa membayangkan wajah suaminya tersenyum senang saat melihatnya datang tanpa kabar.

Namun langkah itu berhenti di depan toko.

Matanya mencari sosok Raka di antara para karyawan yang sibuk, tapi pria itu tak terlihat di depan kasir.

“Mas Raka-nya di mana, Mbak?” tanya Andin lembut kepada salah satu pegawai.

“Oh, tadi di kamar belakang, Bu. Lagi bantuin Ibu Ratna katanya.”

Senyum di wajah Andin perlahan memudar.

Suara kecil di dalam hatinya berbisik sesuatu yang membuat dada terasa berat.

Namun ia berusaha menepis pikiran buruk itu. Ah, mungkin Ibu butuh bantuan. Mungkin cuma itu…

Langkahnya menuju kamar belakang semakin pelan.

Tangannya memegang kotak makanan erat-erat, tapi getaran halus di jemarinya tak bisa disembunyikan.

Saat tiba di depan pintu, Andin mendengar suara samar—suara lembut Raka dan rintihan kecil Ratna.

“Pelan… Mas Raka…akhhh...sakitnya masih agak terasa,” Ratna berucap dengan nada lirih, nyaris seperti bisikan.

“Maaf, Bu. tahan aja dulu, sedikit lagi ini" jawab Raka, suaranya rendah dan lembut, nyaris bergetar.

Andin membeku.

Tanpa sadar, jemarinya mendorong pintu yang tidak tertutup rapat.

Dan di detik berikutnya, dunia Andin seolah berhenti.

Di depannya—Raka berlutut di depan ibunya, memegang kaki Ratna dengan lembut.

Ratna duduk di kursi dengan posisi sedikit condong, wajahnya menunduk, rambut tergerai berantakan, dan pakaian rumahnya agak terbuka di bagian bahu.

Cukup satu detik bagi otaknya untuk memproses semuanya.

Namun rasa yang meledak di dadanya jauh lebih cepat dari logika.

Kotak makanan di tangannya jatuh.

Suara “plek” membuat keduanya menoleh bersamaan.

“Andin?”

Raka langsung berdiri dengan wajah terkejut.

“Sayang! Ini bukan seperti yang kamu pikir!”

Andin menatap keduanya bergantian. Matanya bergetar, bibirnya kaku.

“Seperti apa yang aku pikir, Raka?” suaranya bergetar, tapi tenang… terlalu tenang untuk seorang istri yang hatinya baru saja retak.

Ratna buru-buru bicara, “Andin… Ibu jatuh di dapur tadi, kaki Ibu keseleo. Raka cuma bantuin oles salep, itu aja.”

Andin menatap ibunya lama.

Dari raut wajahnya, tak ada yang tampak bersalah—justru ada ketenangan yang aneh.

Sementara Raka mendekat, mencoba menyentuh bahu istrinya.

“Aku janji, Din. Aku nggak ngelakuin apa-apa. Aku cuma bantu Ibu, sumpah.”

Andin menarik napas dalam-dalam, menatap mata suaminya yang penuh panik.

Dan di tengah rasa perih yang tiba-tiba mengalir, ia memaksa tersenyum.

“Aku tahu, Raka… Aku percaya.”

Tapi air matanya jatuh juga.

Bukan karena ia tidak percaya… tapi karena hatinya mulai takut— entah kenapa hatinya merasa takut sesuatu yang lain mungkin akan terjadi.

Andin berbalik pergi tanpa sepatah kata lagi.

Raka hanya bisa menatap punggungnya menjauh, sementara Ratna duduk diam dengan tatapan yang sulit dibaca. Ada senyum samar yang terlukis di sudut bibirnya.

Beberapa hari berlalu sejak kejadian itu.

Namun suasana di rumah tak lagi sama.

Mungkin bagi orang lain segalanya masih tampak baik-baik saja, tapi bagi Andin — kehangatan yang dulu ia rasakan dari Raka kini terasa berbeda.

Dulu, setiap pagi Raka selalu memeluknya sebelum berangkat ke toko.

Sekarang, pelukan itu hanya sekadar singgungan singkat.

Ciuman di kening terasa seperti rutinitas, bukan lagi kasih sayang.

Andin menatap punggung suaminya yang sibuk mengenakan jaket.

“Mas… kamu nggak sarapan dulu?” tanyanya lembut.

Raka tersenyum samar tanpa menatapnya.

“Nggak usah, nanti Ibu udah bikinin roti. Aku makan di toko aja, ya.”

Andin terdiam.

Ada rasa sesak yang tak bisa dijelaskan.

Dulu, Raka tak mau makan buatan siapa pun selain dirinya. Tapi kini, nama Ratna selalu menjadi alasan.

“Ibu udah bikinin roti… Ibu nyiapin bekal… Ibu masak ini, itu…”

Semuanya tentang ibu.

Begitu Raka pergi, Andin duduk di kursi ruang makan, memegangi perutnya yang semakin besar.

“Anakku…” bisiknya pelan, “semoga ayahmu nggak berubah…”

---

Sementara itu, di toko kue, Ratna tampak sibuk — bukan karena pekerjaan, tapi karena mencari cara untuk selalu dekat dengan Raka.

“Mas, bisa bantuin Ibu buka tutup toples ini? Keras banget,” katanya manja, meski jelas-jelas toples itu ringan.

Raka menatapnya sekilas, ragu. Tapi akhirnya tetap mendekat, mengambil toples itu.

“Ibu harusnya minta tolong karyawan lain aja.”

Ratna tersenyum lembut.

“Ah, Ibu kan cuma pengen ngobrol sebentar sama menantu sendiri. Lagian cuma kamu yang ngerti cara Ibu ngomong.”

Raka terdiam. Tak tahu harus menjawab apa.

Dari luar, karyawan mereka menatap dengan ekspresi bingung — hubungan keduanya terlihat terlalu dekat untuk ukuran mertua dan menantu.

---

Malamnya, Andin menunggu di ruang makan.

Sup ayam di depannya sudah dingin.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi Raka belum pulang.

Saat pintu rumah akhirnya terbuka, Raka tampak kelelahan — tapi wajahnya juga menunjukkan sesuatu yang lain: kehangatan yang tak lagi ditujukan padanya.

“Kamu lembur lagi?” tanya Andin pelan.

Raka mengangguk. “Iya, toko rame. Ibu juga minta bantu hitung stok bahan, jadi pulang agak malam.”

Andin hanya mengangguk pelan, menunduk.

“Mas makan dulu. Aku udah masak.”

Namun Raka berkata ringan, “Aku udah makan sama Ibu di toko tadi. Ibu maksa aku nyobain kue baru.”

Kata-kata itu seperti duri kecil yang menancap di dada Andin.

Ia memaksa tersenyum, meski hatinya mulai goyah.

Dan malam itu, saat Raka sudah tidur lelap, Andin duduk sendirian di pinggir ranjang.

Cahaya lampu temaram memantulkan bayangan wajahnya yang muram di cermin.

Ia mengelus perutnya sambil berbisik pelan,

“Dulu ayahmu selalu memelukku sebelum tidur… sekarang, bahkan pandangannya pun bukan lagi untukku.”

Sementara di kamar sebelah, Ratna berbaring di tempat tidurnya sendiri — tersenyum kecil sambil memandangi foto keluarga Andin yang tergeletak di meja.

Sesaat, pintu kamar Ratna terbuka. Sosok laki-laki tegap berdiri disana. Ratna tersenyum menggoda, menatapnya, lalu melangkah ke arahnya.

.

.

.

Bersambung.

1
Asyatun 1
lanjut
Ambu Purwa
janga2 anak andin ga meninggal
Ambu Purwa
laki2 yg biadab itu adalah si raka pas berteman clara yg notabennya pecundang
Ambu Purwa
babak.cerita yg bikin jengkel
Ambu Purwa
ko sekilat tulisan lipstik.langsung bersih,pasti mengira andin sedikit gila
Ambu Purwa
orang yg berbuat jahat ga mungkin selalu mulus pasti alan tersandung juga
Ambu Purwa
kereeen andin
Ambu Purwa
bagus andin laki2 licik hanya unruk wanita picik kaya ibunya
Ambu Purwa
andin jangan mau dimbodohin apalagi di ladalin usir3
Ambu Purwa
dasar laki2 picik and licik
Ambu Purwa
siapa pula yg mau merebut si raka kampret makan tu wanita sundel
Ambu Purwa
kmealah menuesal.kenapa saat mengusir dan menyebut anakmu mati ga sadar.jangan sampai mau kembali
Ambu Purwa
maumu apa nene sihir
Ambu Purwa
tetap baik ya jangan pernah berubah
Ambu Purwa
si clara mulai berekting
Ambu Purwa
penolong yg tepat
Ambu Purwa
goood andi maju terus jadi wanita terhormat
Ambu Purwa
jangan sampai salah jalan walau masuk.ke dunia artis tetep hodup terhormat ya andin
Ambu Purwa
berjuang secara elegan perlihatkan sama penghianat itu awas kalau masi mengakui ibumu
Ambu Purwa
bereskan dulu dengan di raka penghianat baru dengan hans
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!