NovelToon NovelToon
Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat

Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat

Status: tamat
Genre:Fantasi Timur / Misteri / Action / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Romansa / Tamat
Popularitas:1.9M
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Terlahir kembali sebagai Tian Feng di Desa Batu Angin yang terpencil, ia merasakan keputusasaan total.

Mantan Dewa Langit, kini terperangkap dalam tubuh lemah tanpa Dou Qi, menjadi sasaran cemoohan.

Titik baliknya adalah penemuan batu hitam misterius yang ternyata menjadi wadah bagi Yao Ling, seorang ahli Dou Zun yang disegel.

Di bawah bimbingannya, Tian Feng tidak hanya melatih Dou Qi dari nol, tetapi juga melatih kembali jiwanya untuk menerima kondisi fananya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 32

Ketegangan di Paviliun Awan Puncak begitu tebal hingga seolah bisa diiris. Feng Xuan tersenyum tipis, tidak terganggu oleh nada datar Tian Feng. Ia justru tampak geli.

"Silakan duduk, Tian Feng," katanya sambil menunjuk ke kursi batu kosong di samping Han Xue. "Teh di sini diseduh dari Bunga Awan Puncak. Dikatakan bisa menjernihkan pikiran."

Tian Feng duduk tanpa basa-basi. Ia tidak menyentuh cangkir teh di hadapannya. Matanya yang tenang menatap Feng Xuan, menunggu. Ia tidak datang ke sini untuk basa-basi.

Pemuda dengan aura pedang, Jian Wuchen (Murid Inti No. 2), mendengus pelan. "Sombong sekali. Tidak menunjukkan rasa hormat pada Kakak Senior Pertama."

"Rasa hormat didapatkan, bukan diberikan karena status," jawab Tian Feng tanpa menoleh, kata-katanya ditujukan pada Jian Wuchen.

Mata Jian Wuchen menyipit berbahaya. Udara di sekelilingnya menjadi tajam. Namun, Feng Xuan mengangkat tangannya dengan lembut, dan aura tajam itu langsung lenyap.

"Jian Wuchen benar. Aku memang belum mendapatkan rasa hormatmu," kata Feng Xuan dengan tenang, senyumnya tidak berubah. "Kalau begitu, izinkan aku untuk mendapatkannya."

Ia berhenti sejenak, tatapannya kini menjadi serius. "Aku memanggilmu ke sini bukan untuk mengujimu dengan pertarungan, Tian Feng. Itu terlalu kasar dan tidak efisien. Aku ingin tahu sesuatu yang lebih penting: tujuanmu."

Ia mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kau muncul entah dari mana. Kau menunjukkan bakat yang menentang surga. Kau mendapatkan dukungan dari seorang tetua agung. Kau jelas bukan seseorang yang puas hanya menjadi murid biasa. Jadi, katakan padaku, apa yang kau inginkan dari Sekte Langit Senja?"

Ini adalah pertanyaan yang sesungguhnya. Sebuah ujian terhadap ambisi dan karakter.

Tian Feng menatap lautan awan di bawah mereka. Puncak-puncak gunung yang lain tampak seperti pulau-pulau kecil di tengah samudra putih.

"Kalian melihat sekte ini sebagai tujuan akhir," jawab Tian Feng perlahan, suaranya dalam dan membawa gema yang tidak sesuai dengan usianya. "Kalian berjuang untuk menjadi yang terkuat di kolam ini."

Ia menoleh, matanya kini menatap lurus ke Feng Xuan. "Aku melihat sekte ini sebagai sebuah kapal. Sebuah alat. Tempat untuk mengumpulkan sumber daya dan kekuatan yang kubutuhkan, sebelum aku berlayar ke lautan yang lebih luas."

Keheningan total melanda paviliun.

Jian Wuchen dan pemuda ketiga, Mo Chen, menatapnya dengan kaget. Bahkan Han Xue pun tampak terkejut. Ambisi seperti itu—menyebut seluruh sekte sebagai 'kapal'—adalah sesuatu yang belum pernah mereka dengar. Itu adalah arogansi di tingkat yang berbeda.

Feng Xuan adalah satu-satunya yang tetap tenang. Ketenangan di wajahnya perlahan berubah menjadi senyum yang tulus. Ia mulai tertawa pelan.

"Kapal..." gumamnya. "Sebuah kapal. Aku sudah lama tidak mendengar perspektif yang begitu menyegarkan."

Ia menghela napas. "Kau benar, Tian Feng. Kita semua, bahkan aku, terkadang terlalu fokus pada pertarungan di dalam kolam ini hingga kita lupa bahwa ada lautan tak berujung di luar sana."

Ia menatap Tian Feng dengan tatapan baru. Bukan lagi tatapan seorang senior pada junior, melainkan tatapan seorang penjelajah pada penjelajah lain yang menatap cakrawala yang sama.

"Kalau begitu," kata Feng Xuan, "sebagai sesama penumpang di 'kapal' ini, izinkan aku memberimu sebuah peta kecil."

Ia menjentikkan jarinya, dan sebuah gulungan giok kecil meluncur di atas meja ke arah Tian Feng.

"Sebulan dari sekarang, Gerbang Dunia Bayangan akan terbuka. Itu adalah sebuah dimensi kuno yang terhubung dengan sekte kita, tempat para murid dalam dan inti pergi untuk berlatih dan mencari kesempatan. Di dalamnya berbahaya, tapi juga penuh dengan harta karun langka yang tidak bisa ditemukan di dunia luar."

Ia berhenti, tatapannya menjadi tajam. "Namun, kali ini berbeda. Tanda-tanda menunjukkan bahwa sebuah Bunga Jiwa Tujuh Warna yang legendaris akan mekar di sana. Bunga itu bisa secara drastis meningkatkan kekuatan jiwa, sebuah harta yang bahkan akan membuat para tetua bertarung."

Feng Xuan bersandar. "Semua jenius top dari generasi kita akan masuk ke sana. Para murid dari sekte lain di Wilayah Barat juga akan mengirim orang-orang terbaik mereka melalui gerbang rahasia mereka sendiri. Itu akan menjadi panggung yang jauh lebih besar dan lebih brutal daripada turnamen murid luar."

Ia tersenyum. "Jika kau benar-benar ingin menguji kekuatan 'kapal' yang kau tumpangi, dan mungkin menemukan beberapa 'perbekalan' berharga untuk pelayaranmu... maka tempat itu adalah tujuanmu selanjutnya."

Tian Feng mengambil gulungan giok itu. Ia tidak perlu bertanya lebih jauh. Ia tahu ini adalah undangan sekaligus tantangan.

Ia berdiri. Pertemuan ini sudah selesai. Tujuannya telah ditetapkan.

"Terima kasih atas 'peta'-nya," katanya pada Feng Xuan.

Saat ia berbalik untuk pergi, Feng Xuan berkata sekali lagi. "Tian Feng. Namaku Feng Xuan. Aku harap saat kita benar-benar berlayar ke lautan luas itu, kita berada di sisi yang sama."

Tian Feng berhenti sejenak di ambang paviliun, tanpa menoleh ke belakang.

"Laut itu luas," jawabnya. "Cukup untuk lebih dari satu kapal."

Dengan itu, ia melangkah keluar, meninggalkan empat jenius terkuat sekte di belakangnya, masing-masing dengan pikiran dan perhitungan mereka sendiri tentang naga muda yang baru saja mengumumkan ambisinya untuk menaklukkan dunia.

1
kang baca
wahhhh kakek koplak ini, meninggalkan cucunya berdua duaan dengan lawan jenis 😅🤣🤣🤣
kang baca
g jelas nih ceritanya... tian feng bukan murid sekte qing Yun tapi bisa ikut..
kang baca
tian feng awalnya hanya tamu kok tiba2 bisa ikut turnamen... g ada cerita kalau dia sudah gabung sekte tersebut
Henry Ivan R
mantap Thor
Sen Liong
memang bodoh dr awal mcnya., bawa kroco yg bikin ribet. apalagi ad betina yg egois ,jd malas ksh like.
Sen Liong
sukurin, omelin aja mc bodoh bin pandir ini, tololnya gak baik" agik jd mc.
Sen Liong
kekuatan fisik dou sheng puncak gk bisa ngalahin 5 dou zhong, ckckckckck.
Sen Liong
macam polisi india mc nya.
Sen Liong
ini baru novel paling keren, gak kayak novel sebelah, kultivasi br seupil ud bucin bucinan.
Alfa Kristanti
/Heart//Heart//Heart//Heart/
kang baca
lawan guy aja yang dou zong *9 sepele aja kok... lah ini lawan dou zong *6 mati2an... g konsisten lu thor
Parwoko Solo
miskin saja banyak gaya, emas tidak diambil, padahal butuh sumber daya yang banyak
Athoillah Ibnu Tarmidi
bagus
Dieng April
blm baca bab berikutnya ya,aku yakin nanti si guisha lolos pake retakan ruang ..
Dieng April
cerita ,kalimat dan katakatanya sama dgn saat tian peng pertama ketemu lin Qinger dulu...wkwkwk otor malas nulis cuma copy paste.trus ganti bbrp kata
Parwoko Solo
ini cerita ter aneh yang aku baca, masak perang sekte yang maju muridnya, tetuanya trus pada ngapain?
Adung Riyadi
Luar biasa
kang baca
4 thor
kang baca
masa g ada peninggalan2 yang didapat ya
kang baca
memang didalam hutan air jelek ya..??
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!