Tanpa perlu orang lain bicara, Aya sangat menyadari ketidaksempurnaan fisiknya.
Lima tahun lamanya, Cahaya bekerja di kota metropolitan, hari itu ia pulang karena sudah dekat dengan hari pernikahannya.
Namun, bukan kebahagiaan yang ia dapat, melainkan kesedihan kembali menghampiri hidupnya.
Ternyata, Yuda tega meninggalkan Cahaya dan menikahi gadis lain.
Seharusnya Cahaya bisa menebak hal itu jauh-jauh hari, karena orang tua Yuda sendiri kerap bersikap kejam terhadapnya, bahkan menghina ketidaksempurnaan yang ada pada dirinya.
Bagaimanakah kisah perjalanan hidup Cahaya selanjutnya?
Apakah takdir baik akhirnya menghampiri setelah begitu banyak kemalangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28.
.
Marcel kembali menggandeng tangan Aya dan membawa gadis itu melangkah.
Nyonya Syifana berdiri di teras dengan kedua tangan terlipat di depan dada, tatapannya menyelidik. Matanya memicing melihat kedua tangan mereka yang saling bertaut.
"Dari mana saja kalian? Kenapa jam segini baru pulang?" tanyanya dengan nada dingin.
Cahaya berusaha melepas tangannya dari genggaman Marcel, namun pria itu justru menggenggamnya semakin erat. Marcel menoleh ke arah Cahaya, memberikan senyuman menenangkan, seakan ingin mengatakan, "Semua baik-baik saja, ada aku."
Wanita paruh baya itu, dalam hati tertawa geli melihat wajah Cahaya yang gugup. Namun, ia tetap bersikap dingin.
"Kami hanya jalan-jalan sebentar, Ma," jawab Marcel, berusaha bersikap santai.
"Jalan-jalan? Sampai selarut ini?" Nyonya Syifana mengangkat sebelah alisnya, masih dengan tatapan menyelidik.
"Ayo, kita masuk dulu, Ma," kata Marcel. "Biarkan kami bersih-bersih dulu. Ada yang ingin aku bicarakan dengan Mama nanti malam."
Nyonya Syifana melengos begitu saja, lalu pergi dari tempat itu, masuk ke dalam rumah mendahului mereka.
"Kak, aku takut," bisik Cahaya.
"Tidak apa-apa, percayalah padaku, semua akan baik-baik saja," ucap Marcel, menenangkan. "Sekarang kamu pergi ke kamarmu dan bersih-bersih. Kita akan bicara pada Mama nanti setelah makan malam."
Cahaya mengangguk, lalu mereka pun masuk bersama ke dalam rumah.
*
*
*
Di ruang makan, suasana terasa hening dan tegang. Marcel yang duduk tepat berhadapan dengan Nyonya Syifana dan Tuan Dirgantara hanya makan dalam diam. Tidak bercerita tentang kesehariannya seperti biasanya. Tuan Dirgantara menatap ke arah istrinya sambil mengangkat dagu. “Ada apa sih?” Mungkin bertanya seperti itu.
Namun nyonya Syifana hanya menjawab dengan kedua bahu yang terangkat.
Marvel yang melihat semua itu hanya menghela nafas lemah. Entah apa yang direncanakan oleh mama dan papanya terhadap sang adik.
"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan, Marcel?" tanya Tuan Dirgantara, memecah keheningan.
Marcel menarik napas dalam-dalam, lalu menatap kedua orang tuanya dengan tatapan serius. "Marcel ingin menyampaikan sesuatu yang penting."
Namun, belum sempat Marcel menjawab, Nyonya Syifana memotong lebih dulu.
"Oh, iya, Marcel, bagaimana dengan tawaran Mama tempo hari? Apa kamu sudah mempertimbangkan soal Amanda? Dia anak yang baik, dan Mama yakin dia bisa membuatmu bahagia. Bagaimana kalau kamu bertemu dengannya dulu?”
Marcel menghela napas berat. "Ma, Marcel sudah bilang, Marcel tidak mau dijodohkan."
"Tapi, Marcel, Mama hanya ingin yang terbaik untukmu. Putri teman Mama itu wanita yang baik, cantik, dan berasal dari keluarga terpandang. Dia juga berpendidikan tinggi, bahkan sudah menjadi wanita karir. Sangat cocok untukmu," balas Nyonya Syifana, bersikeras.
Marcel menghela napas lagi. "Kalau Mama begitu ingin segera memiliki menantu, kenapa tidak Kak Marvel saja yang Mama jodohkan?"
Marvel, yang sejak tadi hanya diam, langsung protes. "Hei! Jangan bawa-bawa aku! Aku sudah punya kekasih dan kami berencana menikah. Aku sudah pernah bilang kan? Aku akan menikah kalau kamu juga menikah.”
“Alasan macam apa itu? Usia Kakak itu lebih tua dariku, seharusnya Kakak lebih dulu menikah.” Marcel merasa kesal karena kakaknya selalu memiliki alasan.
“Suka-suka. Kekasihku saja setuju kita berdua menikah bersama. Dia oke-oke saja kok. Lagi pula itu sudah janjiku.”
Itu memang benar. Pada saat Marcel mengalami kecelakaan, lalu beberapa waktu kemudian Selina memutuskan hubungannya dengan sang adik, Marvel melihat betapa terpuruknya adiknya. Saat itu juga ia bersumpah– jika tidak ada gadis yang ingin menikah dengan adiknya, maka seumur hidup dia juga tidak akan menikah.
"Sudah-sudah, jangan bertengkar. Marcel, Mama hanya ingin kamu mendapatkan yang terbaik."
Marcel menatap Tuan Dirgantara dengan tatapan berterima kasih. "Pa, Marcel tahu Mama hanya ingin yang terbaik untuk Marcel. Karena itu, Marcel setuju untuk segera menikah."
Nyonya Syifana tampak terkejut mendengar perkataan Marcel. "Benarkah? Kamu setuju untuk menikah dengan putri teman Mama?"
Marcel menggelengkan kepalanya. "Bukan dengan gadis pilihan Mama. Marcel punya pilihan sendiri."
Nyonya Syifana mengerutkan keningnya. "Oh ya? Siapa pilihanmu?"
Marcel tidak melirik ke arah pantry yang berdekatan dengan ruang makan. Kebetulan di sana ada Cahaya yang sedang menyiapkan sesuatu bersama dengan Mbak Tina.
Sebenarnya Nyonya Syifana pernah mengajak Cahaya untuk makan bersama di meja makan. Tetapi Cahaya yang menolak. Gadis itu mengatakan dirinya lebih nyaman makan bersama teman-temannya di belakang. Gadis itu hanya tidak mau hubungannya dengan teman-temannya semakin renggang. Walaupun sekarang Mbak Santi dan Bu Rika tidak lagi julid seperti dulu.
"Gadis itu adalah..." Marcel mengarahkan telunjuk jarinya ke arah Cahaya.
Nyonya Syifana mengikuti arah telunjuk Marcel. Matanya membulat saat melihat Cahaya berdiri di pantry.
“Cahaya,” ucap Marcel mantap.
"Cahaya?" Nyonya Syifana menatap Marcel dengan tatapan tidak percaya. "Kamu bercanda, Marcel?
“Marcel tidak pernah bercanda untuk hal seperti ini.” Marcel menatap wajah mamanya tanpa ragu.
Suasana menjadi senyap. Para pelayan yang berada di pantry, yang melihat arah yang ditunjuk oleh Tuan Muda Marcel, menutup mulutnya tidak percaya. Tuan muda Marcel ingin menikahi cahaya? Apakah mereka tidak salah dengar?
Cahaya mengantarkan dessert bersama dengan Mbak Tina, akan tetapi gadis itu tidak berani mengangkat kepala.
Suasana menjadi canggung, tidak seperti sebelumnya saat Marcel belum mengungkapkan perasaannya tentang Cahaya. Cahaya yang biasanya akrab dengan Nyonya Syifana, kini juga takut menatap wajah wanita itu.
Marcel beranjak dari tempat duduknya kemudian berdiri di samping cahaya dan menggenggam erat tangan gadis itu.
“Iya. Satu-satunya gadis yang ingin aku nikahi adalah Aya. Jika Mama dan papa tidak menyetujui hubungan kami, maka aku tidak akan menikah seumur hidupku.”
Suasana semakin hening. Tuan Dirgantara dan nyonya Syifana saling pandang. Marvel tersenyum, bangga terhadap keberanian adiknya. Hanya Cahaya yang masih berdiri dengan dada berdebar.
“Ada banyak gadis lain, yang lebih cantik dan berkelas. Kenapa harus Cahaya?” Mata Nyonya Syifana tak lepas memperhatikan Cahaya yang terus menunduk sambil meremas ujung blouse nya.
“Karena yang kucintai adalah Cahaya. Dan aku tidak butuh alasan kenapa aku mencintainya.”
“Dan kamu?” Nyonya Syifana masih menatap ke arah Cahaya. “Angkat wajahmu!”
Cahaya pun mengangkat wajahnya menatap ke arah Nyonya Syifana dengan bibir bergetar.
“Apa kamu suka mencintai putraku?” tanya Nyonya Syifana datar.
“Iya, Nyonya! Saya mencintai Tuan Muda.”
“Apa yang membuatmu mencintai putraku? Apa karena putraku adalah seorang putra konglomerat kaya raya?”
“Ma?”
“Diam, Pa. Ini adalah urusan Mama dan gadis itu. Mama tidak mau main-main untuk sesuatu yang menyangkut kebahagiaan putra kita!”
Cahaya menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Nyonya Syifana. Dalam hatinya terbersit satu hal, Nyonya Syifana memang baik. Bahkan telah mengangkat derajatnya sedemikian tinggi. Akan tetapi untuk menjadi pasangan tuan muda Marcel, mungkin dirinya tidak masuk kriteria menantu pilihan.
“Saya tidak tahu kenapa saya mencintai Tuan Muda. Tetapi saya akan tetap mencintainya meskipun beliau bukan seorang tuan muda.”
untuk keberanian marcel...
lha...baru baca dah habis aja...😂😂😂
Akhirnya terungkap juga rahasia 2 hati...
Apa yg terjadi kemudian...?
Kita tunggu up berikutnya...wkwkwkwkk