"Kau mengundang suami sah mu untuk menyaksikan istrinya dinikahi pria lain? lelucon apa yang sedang kau buat?. Dirimu, tubuhmu, bagian terdalam mu, hanya milikku. Ariana Raj Wallace." (Caesar Castillo Grayson).
Hawaii, tempat indah yang menghantarkan Ariana pada kehidupan baru. Ia mengalami kejadian apes yang membuatnya mendadak jadi istri seorang pria asing bernama Caesar selama 21 hari.
Setelah semuanya selesai, Ariana pergi tanpa memikirkan bahwa dirinya masih seorang istri dari seorang Caesar. Seiring berjalannya waktu, keduanya dipertemukan kembali. namun status pernikahannya harus disembunyikan.
.
.
Penasaran?
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Note: Dilarang mencomot karya orang/plagiasi, silahkan keluar dengan aman!.
HAPPY READING^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
BAM!..
Pintu kamar ditutupnya rapat.
Nafas Ariana tersengal, jantungnya berdetak kencang saat mengetahui fakta bahwa kiss mark yang ada pada leher Caesar adalah ulahnya semalam. Tubuh wanita itu melorot terduduk lemas di lantai.
"A-aku? Melakukan itu?."
Rasanya Ariana ingin menjerit, kenapa bisa sampai melakukan hal memalukan? Terlebih ini di hadapan Caesar langsung.
Jantungnya naik turun, Ariana meremas kuat rambutnya. Mau dikemanakan mukanya ini, setelah kejadian itu bagaimana ia menghadapi Caesar. "Hanya itu kan? Aku tidak melakukan hal gila lainnya kan?."
Ariana berusaha mengingat-ingatnya lagi. Kenapa ia jadi liar begitu?.
Sementara itu..
Caesar yang sudah siap-siap melangkah menuju dapur untuk minum, sorot matanya melirik kamar Ariana yang tertutup. Membayangkan wajah cantiknya yang merah padam akan malu, ada kepuasan di sana. Sudut bibir Caesar terangkat. "Bagaimana sekarang reaksi wajahnya? Aku jadi penasaran.."
Tok tok tok!.
Ariana tersentak saat pintu kamar di ketuk, ia merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan.
"Ada apa?."
"Sangat tidak sopan menyahut tanpa membuka pintu."
Mendengar itu Ariana meremas ujung bajunya kuat, mau tak mau daripada menambah masalah ia pun membuka pintu kamarnya.
Wanita itu berdiri dengan amat sangat menunduk, Ariana enggan adu tatap dengan Caesar. "Ada apa katakan?."
"Aku di hadapan mu bukan di bawah lutut." Sindirnya sengaja.
Ariana menghela nafas berat setelah itu ia menengadah. Tampak Caesar sudah siap-siap mengenakan pakaian khusus, sepertinya ia akan kembali bertugas di pelayaran.
Lagi-lagi mata Ariana terfokus pada lehernya yang sangat terlihat jelas tanda merah. Wanita itu menelan saliva.
Caesar yang menyadari itu mengangkat satu alisnya. "Kenapa? Mau melakukannya lagi? Sayangnya hari ini jadwalku sibuk, jadi perhatikan matamu."
"Tidak!." Bantah Ariana, ah ini benar-benar...
"Aku mengacaukan mu jadi tunggu sebentar, kau tidak mungkin bertugas dengan leher seperti itu. Aku ada foundation untuk menutupinya.." Ariana bergegas.
"Tak usah." Caesar menahan lengannya. "Bekas ini tidak buruk juga."
"Ya?."
Melihat mata indahnya yang meminta jawaban akan maksud perkataan barusan, Caesar menggigit bibir bawahnya. Ini sangat tidak baik untuknya, Ariana terlihat sangat menggemaskan dan begitu memancing.
Caesar segera mengalihkan pandangan. "Sudahlah."
"Aku akan kembali ke barak pelatihan agen, kau diam lah di apartemen jangan kemana-mana." Ujar Caesar, ia bicara terlihat serius.
Ariana mengerutkan kening, biasanya Caesar tak membatasi. "Itu tidak ada dalam kesepakatan."
"Lakukan pekerjaan dari rumah saja."
Terlihat Ariana masih kebingungan.
"Apa mama mau kesini lagi?."
"Tidak." Balas Caesar, ia menatap manik Ariana intens. Rasanya enggan sekali ia membicarakan ini. "Ck... Mantan kekasihmu akan datang untuk mencari, aku hanya memperingati mu jika kau tak mau bertemu dengannya."
Ariana terdiam, Diego akan kembali untuk menemuinya?.
Melihat raut wajah istrinya, Caesar sangat berat untuk membahas itu. Ia segera balik badan dan mengambil kunci mobilnya.
"Tapi jika kau ingin bertemu, berkeliaran lah sesukanya." Lanjut Caesar, nada bicaranya terasa sangat datar tak berperasaan.
"Tunggu, Caesar.." Lirih Ariana.
Langkah pria itu terhenti.
"Terimakasih.."
Setelah mendengar apa yang diucapkan Ariana, tanpa berucap apapun lagi pria itu berlalu pergi.
Ariana menatap hingga hilang dari pandangan, hatinya terasa hangat seolah memahami semua. Walaupun ia dengan Caesar selalu adu argumen, tetapi entah kenapa Ariana merasakan hal lain. Hal yang masih misteri jawabannya. "Dia melindungi ku."
.
.
Sore, pukul 16.00.
Luke menatap proses evaluasi yang sedang berlangsung dipimpin oleh Caesar. Setiap pelatihan harus ada peningkatan sesuai target yang harus dicapai, sebagai instruktur Caesar memaksimalkan itu pada seluruh bawahannya.
Terlebih tugas ini akan segera berakhir, tentu hasilnya harus terlihat jelas sebelum Caesar menyerahkan agen didikannya ke negara.
"Pelatihan terakhir sebelum matahari terbenam!." Sergah Caesar kembali memberi aba-aba. "Mulai dari... Sekarang!."
"Baik!."
Mereka melanjutkannya sesuai instruksi, tanpa lelah penuh perjuangan. Caesar memperhatikan dengan seksama jalannya kegiatan ini.
Setelah memastikan semua, Luke menghampiri tuannya itu. Terlihat wajah Luke sedikit berbeda, ia seperti gelisah sendiri menahan sesuatu yang tak mengenakan.
"Aku datang sesuai permintaan mu.."
Caesar menoleh ke arah sahabatnya. Ini bukan hanya akan membahas hal sepele, Luke datang untuk sesuatu.
Tangan Luke menyodorkan sesuatu. "Data identitas asli Ariana, ini yang kau minta waktu itu untuk ku selidiki." Ujar Luke menyerahkan map kuning.
Dibukanya map itu, Caesar melihatnya dengan seksama. Per kalimat ia baca tanpa ada yang tertinggal satu pun, raut wajah tampannya perlahan berubah, terasa mengikis berusaha menepis kepanaan.
Tidak ada yang bersuara, Luke memilih menunggu jawaban Caesar dulu.
Setelah membaca data itu, Caesar tak langsung bicara. Tatapannya berat namun terasa kosong menatap ujung hamparan laut. Batang rokok yang semula ia hisap, ia lemparkan sembarang arah. Meniupkan asap rokok tak beraturan.
"Apa ini sebuah candaan?." Lirihnya penuh intimidasi.
"Aku bekerja bukan untuk itu." Balas Luke yang memahami perasaan Caesar setelah mengetahui fakta yang cukup mengguncangkan.
Terlihat pria itu kembali menatap data Ariana, Caesar menghela nafas berat.
"Aku sendiri tak menduga nya. Tapi melihat sosoknya, itu memang tidak salah lagi." Ujar Luke. "Sangat terlarang.. Dan bagaimana kau akan menanganinya?."
Caesar tak langsung menjawab, rahangnya terlihat mengeras.
"Aku rasa ini tidak akan jadi masalah, jika ikatannya hanya terjalin di Hawaii saja dan setelahnya kembali asing. Tapi..." Luke tak melanjutkan ucapannya. "Apa ini baik untukmu?."
Sudut bibir Caesar terangkat, ia terkekeh kecil hingga suara tawanya menggema pelan, nyaris tak pantas dalam keheningan yang menggantung. Bukan karena lucu, tetapi terasa dingin, kering, dan kosong.
Luke yang selalu percaya Caesar tapi kali ini ia terlihat gelisah akan reaksinya.
"Begitu ya.." Lirih Caesar parau.
"Ya. Aku rasa kau tahu keputusan tepat apa yang harus diambil setelah mengetahui semuanya." Timpal Luke.
Caesar tak langsung menjawab. Sejak awal pernikahan ini tidak ada dalam rencananya, tapi setelah bertemu Ariana ia malah membiarkan itu terjadi bukan karena tanpa alasan. Lalu fakta besar yang sangat tak terduga malah berhasil cukup mengguncang, seolah bom waktu yang siap menanti, meledak kapan saja.
"Luke, berapa hari lagi waktu kita di sini?."
"6 hari."
Sangat tak terasa.. Mendengar jawaban Luke, ada sisi lain Caesar yang berontak. "6 hari ya?."
"Kau memiliki rencana lain?." Luke harus segera memastikan.
Terlihat Caesar menyunggingkan senyum tipis, entah apa maksudnya hanya ia sendiri yang tahu. "6 hari... Bukankah waktu singkat itu harus ku gunakan sebaik mungkin?."
Luke terdiam, ini diluar kendalinya. Se-mustahil apapun jika Caesar sudah mengambil keputusan, maka semuanya akan dimulai...
semoga kebencian kedua keluarga bisa bersatu krn cinta mereka berdua
Tapi rindu kan.........
pasti ide dari caesar...wah mereka akan bertemu d sana