Sinopsis
Darren Mahendra, seorang CEO muda yang tangguh dan berdedikasi, namun memiliki latar belakang yang kompleks. Meskipun bukan pewaris utama keluarga Syailendra, ayahnya mempercayakannya untuk mengelola perusahaan. Ini membuatnya harus bekerja keras untuk membuktikan dirinya.
Kehilangan ibunya secara misterius masih menghantui pikirannya, dan dia terus mencari kebenaran. Pertemuan kembali dengan Dokter Aqila, adik angkatnya, membawa sedikit kelegaan dalam hidupnya. Aqila memiliki kepribadian yang ceria dan peduli, membuat Darren merasa nyaman di dekatnya. Tanpa disadari, Darren mulai merasakan ikatan yang lebih dalam dengan Aqila.
Apakah Aqila akan menjadi sumber kekuatan baru bagi Darren? Ataukah dia hanya melihat Darren sebagai kakak angkatnya? Bagaimana Darren akan menghadapi tantangan sebagai CEO muda yang bukan pewaris utama?"
Disarankan untuk membaca karya "DINIKAHI DUDA KAYA" terlebih dahulu ya 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang ke rumah
Setelah Darren berhasil membongkar kejahatan Thomas dan Billy, Sagara merasa sangat puas atas kejutan serta kinerja putranya.
Kali ini Darren belum memiliki bukti yang kuat untuk menjerat Tuan Miko, terkecuali jika Thomas dan Billy membuka mulut mereka atas keterlibatan dirinya, dan memang sepertinya Tuan Miko diam-diam ingin menghancurkan perusahaan Syailendra, Darren sendiri masih menyelidiki kasus ini, karena ia pikir akan banyak yang terlibat di dalamnya, dan ini adalah sebuah konspirasi besar-besaran.
Dan Darren yakin ada pihak dari perusahaan luar yang ikut andil dalam kasus ini.
🍁🍁🍁🍁🍁
Menjelang siang, Aqila baru saja menyelesaikan ujian praktek dan juga lisan di rumah sakit Harmony, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kantin seorang diri, kali ini dirinya merasa begitu asing di tempat ini, ada beberapa Dokter dan perawat yang melirik ke arah nya terutama salah satu wanita yang berdandan cukup tebal yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan sinis, sambil menopang dagu, wanita tersebut bersama dua wanita lainnya diam-diam mulai membicarakan tentangnya.
"Sssttt, jadi wanita itu yang kau bilang kemarin datang bersama dengan Nyonya Jelita, pemilik rumah sakit ini?" tanya si wanita yang menggunakan make up tebal, cantik sih cuma terlalu menor.
"betul sekali Siska..itu si wanita yang dua hari yang lalu datang bersama dengan Nyonya Jelita!" sahut Evelin meyakinkan.
Siska malah berdecak kesal atas jawaban dari Evelin.
"Ck, rupanya wanita itu mau menggunakan kekuasaan Nyonya Jelita agar bisa dengan mudah diterima di rumah sakit ini, cih..aku paling benci dengan seorang penjilat seperti itu, aku yakin kemampuannya pasti Nol besar!" cibirnya sambil melirik dengan ekor matanya.
Kini Aqila duduk seorang diri tanpa ada yang menemani, ia sempat beberapa kali menghela napas, apalagi melihat tiga wanita yang sedari tadi menatap sinis ke arahnya, Aqila semakin kesal saja di buatnya.
Kemudian saat Aqila menikmati makan siangnya, tiba-tiba ia di datangi oleh seseorang yang masih asing baginya.
"Dokter Aqila ya?" sapa seorang wanita berparas cantik dan memiliki rambut panjang sepinggang.
Aqila menoleh sejenak, ia menatap kagum akan paras wanita yang telah menyapanya.
"Boleh aku duduk di sini?" tanya wanita berambut panjang.
"Silahkan!" jawabnya singkat.
"Perkenalkan, nama saya Dokter Rahma, saya sudah dua tahun bekerja disini, bagaimana dengan hasil tesnya tadi?" tanya Rahma dengan nada sopan.
Sejenak Aqila sempat terkesima akan sikap Rahma yang ramah padanya.
"Lumayan menguras otak!" jawabnya dengan lemas.
melihat sikap Aqila yang seperti itu, Rahma malah tertawa kecil."Tapi aku yakin kalau kamu pasti lolos, pengumumannya hari senin besok kan?"
"Huuummm, begitulah! Mudah-mudahan saja diterima!" jawabnya ragu.
"Jangan lemas begitu dong, ayo semangat! Setahuku profesor Williams dan Profesor Anthony itu, menyukai kemampuanmu, tadi aku sempat mendengar mereka membicarakan mu sekilas!"
Perkataan dari Rahma, sontak membuat Aqila merasa senang sekaligus gugup.
"Kau yakin mereka membicarakan aku?"
"Yakinlah, indera pendengaranku masih Normal loh!" Rahma sampai membulatkan kedua bola matanya yang besar, sejenak mereka berdua malah tertawa, dan cukup menggelitik.
Siska dan ketiga temannya menatap tidak suka atas keakraban Aqila dengan Rahma.
"Cih, dua wanita itu kenapa terlihat begitu memuakkan? Apalagi Dokter Rahma yang so akrab, mau jadi penjilat juga dia!" jawabnya kesal.
"Sabar Sis, untuk apa sih kau memperdulikan mereka, mending kita bahas masalah lain yang jauh lebih penting!" ujar Evelin.
"Iya sih, eh katanya besok lusa Dokter Arthur akan bertugas di sini ya?"ucap Natalia
Seketika kedua bola mata Siska langsung berbinar."Serius lo Lin?"
"Dua rius Sis, tadi aku dengar dari Pak Iwan, selaku staff HDR Rumah sakit kita yang baru!" jawabnya yakin.
"Oh my God! Dokter arthur itu kan Dokter spesialis bedah yang sangat terkenal, banyak Rumah Sakit yang ingin merekrut nya, dan ternyata pilihannya jatuh ke Rumah Sakit Harmony! Wah luar biasa sekali Rumah sakit ini, Dokter sekelas Dokter Arthur yang sekarang sedang naik daun saja dengan mudahnya bisa mereka dapatkan, gak sia-sia gue kerja di sini!" jawab Siska dengan rasa bangga.
"Aku bingung sama kamu Sis, kau itu kan anak seorang pengusaha kaya, ngapain sih mesti kerja capek-capek jadi seorang Dokter? Kalau aku jadi kamu, aku lebih memilih menikmati harta kekayaan keluargaku, contohnya seperti shoping, jalan-jalan keluar negeri, pokoknya happy-Happy lah." ujar Evelin.
Mendengar Evelin berkata seperti itu, Siska malah tersenyum hambar.
"Kau ini kalau ngomong suka seenaknya, sedari kecil cita-citaku ingin menjadi seorang Dokter, dan berkat harta dan kekuasaan keluargaku, aku bisa berada di titik ini dan aku sangat bangga dengan profesiku!"
Kemudian kedua temannya sempat bertepuk tangan dan mengacungkan jempol.
"Wah, Dokter Siska memang luar biasa! Aku salut padamu!" ujar Evelin
"Iya, aku juga salut dan bangga memiliki teman sepertimu, kapan ya aku bisa sepertimu Dokter Siska? Aku dan Evelin sudah bosan menjadi seorang perawat." sahut Natalia
Lalu Siska beranjak dan berdiri, ditatapnya kedua sahabatnya yang sudah setahun ini dekat dengannya.
"Kalian pasti bisa sepertiku, aku pergi duluan ya, ada tugas penting yang belum aku selesaikan!" Siska sempat menatap sinis ke arah Aqila dan juga Rahma, entah kenapa ia tidak menyukai Aqila sejak pertama kalinya bertemu, dimatanya Aqila adalah seorang wanita penjilat yang pandai memanfaatkan kekuasaan, tentunya bagi Siska, Aqila adalah saingan barunya.
Selesai makan siang, Aqila memutuskan untuk segera pulang ke rumah, mengingat ini adalah hari Jum'at.
setibanya dirumah, Aqila di sambut hangat oleh Zara dan juga Oma Jelita.
"Assalamualaikum Bunda, dan juga Oma!" sapa Aqila terlihat lemas.
Zara yang melihat putrinya seperti itu, mulai khawatir."Waalaikumsalam, kamu kenapa La? Apa ada masalah di rumah sakit?"
"iya Cucuku, apa yang sudah terjadi disana, apa mereka memperlakukanmu tidak baik?" geram Oma Jelita yang telah berpikir yang tidak-tidak.
Aqila malah duduk lemas di atas kursi sofa ruang tamu
"bukan begitu Oma, mereka semua baik kok padaku, hanya saja aku tidak yakin dengan hasil tesnya, cukup memusingkan!" jawab Aqila sambil memijit pelipisnya.
Lalu Zara mencoba mendekat dan duduk di sebelahnya.
"Yasudah, lebih baik kamu istirahat agar kondisi mu bisa segera pulih, Bunda bisa merasakan apa yang kamu rasakan Nak, pasti sangat sulit menjadi dirimu, karena menjadi seorang Dokter itu tidaklah mudah!" jawab Zara seraya merangkul bahu putrinya agar bisa jauh lebih tenang.
"Betul apa yang dikatakan oleh ibumu itu La, tapi Oma yakin kalau kamu pasti lolos!" jawab Oma Jelita tersenyum tipis.
Menjelang malam.
Selesai melaksanakan solat isya, Aqila keluar dari dalam kamarnya untuk segera makan malam bersama keluarganya, seketika langkahnya terhenti tepat saat dirinya sudah berada di bawah anak tangga lantai dasar.
Setahunya Kak Darren akan pulang ke rumah ini menjelang akhir pekan, ia pun sudah tidak sabar menunggu kepulangannya ke rumah ini, lalu tiba-tiba saja Maura muncul dari arah belakang.
"Hayo, lagi ngapain kamu di sini La? cie..aku lihat sedang memikirkan sesuatu? Apa jangan-jangan tadi saat di rumah sakit kau bertemu dengan Dokter tampan ya?" ejek Maura sembari merangkul bahu Aqila.
Aqila sendiri sempat dibuat kaget setengah mati atas kelakuan Maura yang datang secra tiba-tiba.
"Kau itu hobby sekali mengagetkan aku Ra, ish..!" Aqila malah berdecak kesal atas kelakuan Maura.
"Sorry La, abisnya sekarang aku merasa jauh lebih Happy saja saat aku pulang ke rumah karena ada kamu, aku kan bosan setiap pulang yang aku temukan cuma wajahnya Daffa yang selalu ditekuk gak jelas!" cibir Maura sambil melipat tangan di dada.
"Hush, kamu sama adik sendiri kaya gitu Ra, kalau Daffa dengar kan tidak enak, pantas saja kau dan Daffa tidak akur, kalian bagaikan kucing dan tikus!"
Mendengar Aqila berkata seperti itu, Maura malah tergelak tawa seorang diri, bahkan sampai terpingkal-pingkal.
"Kau bilang apa barusan La, aku dan Daffa sudah seperti kucing dan tikus? Baiklah aku anggap Daffa sebagai tikusnya dan aku yang jadi kucingnya!" cibirnya lagi.
Sontak secara tidak sengaja Daffa telah mendengarkan percakapan antara kedua kakak perempuannya, tentunya ia berubah menjadi kesal.
"Siapa yang mengataiku tikus hah?" tanya Daffa dengan wajah merengut.
"Ooppsss....orang yang dibicarakan sudah muncul, kaburrrrr!" dan benar saja, tiba-tiba Maura pergi begitu saja, menyisakan Aqila yang masih berdiri mematung di sana.
"Dasar Nenek lampir!" omel Daffa sambil berkacak pinggang.
Aqila sampai menepuk jidat atas kelakuan Maura dan juga Daffa.
Tak lama, terdengar bunyi klakson mobil dari halaman depan rumah.
"Itu pasti Papah pulang bersama kak Darren!" Daffa seketika beranjak pergi menuju pintu ruang tamu, kemudian Aqila menyusulnya, ia cukup penasaran apakah betul Papah Saga pulang bersama dengan kak Darren.
Dan betul saja, akhirnya Darren pulang bersama Papahnya ke kediaman Syailendra.
Sejenak Darren menghela napas, entah kenapa ia merasa berat untuk melangkah masuk ke rumah ini.
Lalu Saga menoleh sejenak."Ayo masuk Putraku, ngapain kau masih berdiam diri disana?"
"Iya Pah, maaf!" jawab Darren tersenyum hambar.
'Andai saja Oma Jelita bisa bersikap tak acuh dan sinis padaku, mungkin aku tidak akan pernah tinggal di Apartemen, tapi ya sudahlah, mungkin selamanya Oma Jelita tidak akan pernah menerima kehadiranku di rumah ini!' keluhnya dalam hati.
Bersambung...
☘️☘️☘️☘️☘️
wah Daren boleh diharapkan oleh Saga utk mngurusi perusahaan.