NovelToon NovelToon
Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Janda / Konflik etika / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Romansa
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Bangjoe

Mampukah janda muda menahan diri saat godaan datang dari pria yang paling tabu? Setelah kepergian suaminya, Ayana (26) berjuang membesarkan anaknya sendirian. Takdir membawanya bekerja di perusahaan milik keluarga suaminya. Di sana, pesona Arfan (38), paman direktur yang berkarisma, mulai menggoyahkan hatinya. Arfan, duda mapan dengan masa lalu kelam, melihat Ayana bukan hanya sebagai menantu mendiang kakaknya, melainkan wanita memikat yang membangkitkan gairah terpendam. Di antara tatapan curiga dan bisikan sumbang keluarga, mereka terjerat dalam tarik-ulur cinta terlarang. Bagaimana Ayana akan memilih antara kesetiaan pada masa lalu dan gairah yang tak terbendung, di tengah tuntutan etika yang menguji batas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bangjoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 Aroma Kopi dan Sebuah Tatapan

Pagi itu, aroma kopi Arabika yang pahit tapi menggoda tak mampu sepenuhnya menyamarkan bau khas kantor: kertas, tinta, dan sedikit debu dari furnitur lama. Ayana menghela napas, jemarinya lincah menata tumpukan dokumen di mejanya. Jam dinding menunjukkan pukul 07.45. Lima belas menit lagi, kantor ini akan ramai seperti pasar. Ia selalu datang lebih awal, memastikan semuanya siap sebelum kekacauan harian dimulai.

Kantor Megah Jaya. Nama yang menyimpan terlalu banyak kenangan untuknya. Di sinilah ia bertemu Adnan, suaminya yang telah tiada dua tahun lalu. Di sinilah pula ia kini berjuang, mempertahankan posisinya sebagai asisten manajer pemasaran, demi satu-satunya alasan terpenting dalam hidupnya: Arsy, putri kecilnya yang berumur lima tahun.

Menjadi janda muda dengan satu anak di tengah keluarga Adnan, keluarga pemilik Megah Jaya, bukanlah perkara mudah. Setiap langkahnya terasa diawasi, setiap senyumnya ditafsirkan. Ada simpati, ya. Tapi lebih banyak lagi pandangan penuh rasa ingin tahu, bahkan kadang menghakimi. Seolah statusnya sebagai janda adalah sebuah aib, atau paling tidak, beban yang harus ditanggung orang lain.

"Ayana, sudah datang? Rajin sekali," suara melengking Vina, rekan kerjanya di departemen yang sama, memecah keheningan. Vina, dengan riasan tebal dan tas bermerek, selalu tampil sempurna. Mereka seumuran, tapi Vina sudah menikah dengan pengusaha kaya, hidupnya tampak jauh lebih santai. Ayana hanya memaksakan senyum tipis.

"Harus, Mbak Vina. Banyak kerjaan." Ia tak ingin basa-basi. Vina punya kebiasaan mengulik kehidupan pribadi Ayana, menyamar sebagai bentuk perhatian, padahal Ayana tahu itu sekadar gosip.

"Oh ya, kudengar Pak Arfan pulang dari luar negeri kemarin. Langsung masuk kantor hari ini. Sepertinya akan ada rapat direksi mendadak," Vina berbisik, matanya melirik ke arah pintu ruang direktur utama, yang kebetulan adalah kakak ipar Ayana, Harsa.

Arfan. Nama itu sontak membuat jantung Ayana berdesir tipis. Paman Adnan, paman Harsa. Adik bungsu mertuanya, Bapak Wijaya. Pria itu jarang sekali berada di Indonesia. Ia adalah Direktur Pemasaran Internasional, sosok karismatik yang selalu menjadi magnet di setiap pertemuan keluarga atau perusahaan. Usianya mungkin sudah kepala empat, tapi pesonanya justru kian matang. Ayana selalu berusaha menjaga jarak, merasa sungkan dan canggung berinteraksi dengannya.

"Mungkin saja," jawab Ayana singkat, pura-pura fokus pada layar komputernya. Ia merasakan tatapan Vina masih mengawasinya, seolah mencari reaksi yang tak ingin ia tunjukkan. Sial, kenapa harus pagi ini Arfan kembali?

Suara riuh di lobi mulai terdengar. Para karyawan satu per satu memasuki area kerja mereka. Telepon di meja Ayana berdering. "Ya, Bu Harsa?" Ia menjepit gagang telepon di antara telinga dan bahu, tangannya masih mengetik.

"Ayana, tolong siapkan data presentasi proyek London yang terakhir. Taruh di meja Pak Harsa. Lima belas menit lagi rapat," suara Ibu Harsa, istri Harsa, yang juga manajer senior di perusahaan, terdengar instruktif. Ayana mengangguk, padahal tak ada yang melihatnya.

"Baik, Bu." Ia segera beranjak, mencari folder proyek yang dimaksud. Saat ia melewati koridor menuju ruang direksi, langkahnya terhenti. Dari balik pintu kaca ruang rapat, ia melihatnya. Arfan. Pria itu berdiri di samping Harsa, mengenakan setelan jas abu-abu gelap yang pas di tubuh tegapnya. Rambutnya yang sedikit beruban di pelipis menambah kesan berwibawa, namun senyum tipis di bibirnya menyimpan kesan playboy yang belum hilang sepenuhnya.

Tatapan mereka bertemu. Hanya sepersekian detik, namun terasa seperti terperangkap dalam pusaran waktu yang melambat. Mata cokelat gelap Arfan menatapnya lurus, tidak kosong, tidak juga sekadar sapaan formal. Ada sesuatu di dalamnya, sesuatu yang terlalu dalam untuk diartikan. Sebuah kilatan yang membuat Ayana salah tingkah, bahkan merasa sedikit panas di pipinya.

Buruknya, Ayana tidak bisa langsung memutus kontak mata itu. Ada daya tarik aneh, seperti magnet tak kasat mata. Jantungnya berdebar, sedikit lebih cepat dari normal. Ia cepat-cepat mengalihkan pandangan, menunduk, dan mempercepat langkahnya, berpura-pura sangat sibuk.

Setibanya di meja Harsa, ia meletakkan folder dengan sedikit terburu-buru. Rasanya ingin segera kembali ke kubikelnya, jauh dari jangkauan tatapan yang barusan. Tapi belum sempat ia berbalik, pintu ruang rapat terbuka. Arfan keluar lebih dulu, disusul Harsa dan beberapa direksi lainnya.

"Ayana." Suara berat Arfan memanggil. Ayana menegang. Ia berbalik perlahan, berusaha memasang ekspresi profesional dan sopan. "Selamat pagi, Pak Arfan," sapanya, sedikit membungkuk.

Arfan mendekat. Aroma maskulin yang mewah dan elegan menyeruak, menguasai indra penciuman Ayana. Ia tak pernah se-dekat ini dengan Arfan sebelumnya. Pria itu memang sering hadir di acara keluarga, tapi Ayana selalu menjaga jarak, menyibukkan diri dengan Arsy atau membantu mertuanya. Kali ini, tak ada penghalang antara mereka.

"Sudah lama tidak bertemu. Kamu semakin cantik saja, Ayana," ucap Arfan, suaranya pelan, seolah hanya ditujukan untuk Ayana. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, bukan senyum sopan biasa, melainkan senyum yang membuat otot-otot di pipi Ayana terasa menegang. Di belakang Arfan, Harsa dan yang lain sudah berlalu menuju ruang rapat utama.

Pujian itu, begitu tiba-tiba dan tak terduga. Membuat Ayana membeku di tempat. Ia merasa risih sekaligus anehnya, tersanjung. Hatinya berdesir lagi, kali ini lebih kuat, lebih menghangatkan dari yang seharusnya. Pujian itu terdengar begitu tulus, namun mengandung implikasi yang membuatnya waspada. Ini tidak benar. Dia adalah paman dari mendiang suaminya. Dia... keluarga.

"Terima kasih, Pak Arfan. Saya... saya permisi dulu." Ayana mencoba berbalik, jantungnya berdebar kencang. Ia harus pergi, harus segera menjauh.

Namun, Arfan meraih pergelangan tangannya, lembut namun tegas. Sentuhan itu menyetrum. Hangat, kuat, dan penuh kejutan. Ayana terkesiap, matanya membulat. Ia menatap Arfan, yang kini menatapnya dengan intensitas yang lebih dalam lagi. Senyumnya sedikit menghilang, digantikan ekspresi serius yang entah mengapa, terasa lebih berbahaya.

"Tunggu sebentar, Ayana." Suaranya rendah, nyaris berbisik. "Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, setelah rapat ini. Berdua saja." Jemarinya membelai pelan kulit pergelangan tangan Ayana, sebuah sentuhan yang mengirimkan getaran tak karuan ke seluruh tubuhnya. Matanya memancarkan sesuatu yang bukan sekadar niat pekerjaan. Sesuatu yang terlarang, tapi terasa begitu... manis. Ayana mendapati dirinya tak mampu bergerak, terjebak dalam tatapan memabukkan itu, dan sentuhan yang baru saja melewati garis batas yang tak pernah ia sangka akan tergoyahkan.

Apa yang sebenarnya diinginkan Arfan? Dan kenapa Ayana merasa, jauh di lubuk hatinya, ada sebagian dirinya yang justru menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya?

Semoga Bab 1 ini memantik rasa penasaranmu akan kisah Ayana dan Paman Direktur yang misterius ini. Ikuti terus kelanjutannya!

1
zaire biscaya dite
Gw trs trg bingung dgn jln ceritanya novel ini, selain berganti2 nama para tokoh yg ada, jg perbedaan rahasia yg diungkapkan oleh Arfan kpd Ayana
Benar2 membingungkan & bikin gw jd malas utk membaca novel ini lg
panjul man09
bosan
panjul man09
sudah janda koq ,bisa memilih jalan hidup , siapa vina , bisa bisanya mengatur hidup orang .
panjul man09
siapa nama anak ayana , maya , kirana atau raka ?
zaire biscaya dite
Tolong perhatikan dgn benar ttg nama tokoh dlm novel ini, spt nama anak yg selalu berganti2 nama, Arsy, Maya, Raka, Alisha
Jgn membingungkan pembaca yg berminat utk membaca novel ini
panjul man09
mereka boleh menikah, karna mereka bukan mahrom
panjul man09
lanjuut
zaire biscaya dite
Betul, tlg diperhatikan dgn baik nama yg ada di dlm novel ini. Nama suami itu Adnan atau Daniel, nama anaknya itu Arsy, Maya, Kirana atau Raja ? Jgn smpe ceritanya bagus, tp malah bikin binging yg baca krn ketdkkonsistenan penyebutan nama tokoh di dlmnya, y
Bang joe: terimakasih atas masukannya kak 🙏
total 1 replies
Greenindya
yg bnr yg mana ya kok nama anaknya gonta ganti Kirana maya raka
Bang joe: mohon maaf atas kekeliruannya kak
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!