NovelToon NovelToon
Legenda Hua Mulan

Legenda Hua Mulan

Status: tamat
Genre:Mengubah sejarah / Romansa / Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Cerita ini tidak melibatkan sejarah manapun karena ini hanya cerita fiktif belaka.

Di sebuah kerajaan Tiongkok kuno yang megah namun diliputi tirani, hidup seorang gadis berusia enam belas tahun bernama Hua Mulan, putri dari Jenderal Besar Hua Ren, pangeran ketiga yang memilih pedang daripada mahkota. Mulan tumbuh dengan darah campuran bangsawan dan suku nomaden, membuatnya cerdas, kuat, sekaligus liar.

Saat sang kaisar pamannya sendiri menindas rakyat dan berusaha menghancurkan pengaruh ayahnya, Mulan tak lagi bisa diam. Ia memutuskan melawan kekuasaan kejam itu dengan membentuk pasukan rahasia peninggalan ayahnya. Bersama para sahabat barunya — Zhuge sang ahli strategi, Zhao sang pendekar pedang, Luan sang tabib, dan Ling sang pencuri licik — Mulan menyalakan api pemberontakan.

Namun takdir membawanya bertemu Kaisar Han Xin dari negeri tetangga, yang awalnya adalah musuhnya. Bersama, mereka melawan tirani dan menemukan cinta di tengah peperangan.
Dari seorang gadis terbuang menja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 — Jejak di Balik Darah

Hujan turun deras malam itu, membasahi genting-genting istana dan menghapus jejak langkah para penjaga. Di halaman belakang kediaman Hua, Mulan berdiri dengan jubah hitam basah kuyup, menatap jauh ke arah utara, tempat istana berdiri angkuh dengan cahaya obor yang berkelip seperti mata iblis.

Bayangan-bayangan kecil bergerak di sekelilingnya. Pasukan Bayangan Naga kini sudah berjumlah lebih dari lima puluh orang para petani, mantan prajurit, bahkan pelayan istana yang muak dengan kekejaman kaisar. Mereka semua berkumpul di bawah komando seorang gadis berusia enam belas tahun, tapi tak satu pun dari mereka meragukan keputusannya.

Zhuge Wei memeriksa peta di tangan. “Kita sudah menyelamatkan Zhao Ren dan para tawanan dari sel bawah, tapi itu membuat pasukan istana lebih waspada. Dua regu pengintai dikirim ke barat dan selatan. Dalam dua hari, mereka bisa menemukan salah satu tempat persembunyian kita.”

Mulan tidak menjawab. Matanya hanya menatap ke arah obor di kejauhan. “Kalau begitu kita tidak menunggu mereka datang. Kita pindahkan semua markas ke timur, ke lembah Kuil Putih. Dulu Ibu sering membawa aku ke sana.”

Zhuge menatapnya. “Tempat itu suci bagi rakyat, tapi juga terlarang bagi pasukan kerajaan. Cerdas.”

“Dan mudah untuk disamarkan. Hujan ini akan menghapus jejak kita.”

Langkah-langkah tergesa terdengar dari sisi kanan. Zhao Ren muncul dengan pedang di pinggang, rambutnya masih menetes air hujan.

“Semua pasukan siap,” katanya. “Tapi kita kehilangan tiga orang pengintai di jembatan utara.”

“Ditemukan?” tanya Mulan cepat.

“Tidak. Tapi darah mereka ada di sana.”

Mulan menatap langit sesaat, lalu berkata pelan, “Mereka tahu kita bergerak.”

Zhuge mengerutkan kening. “Kau mau menyerang lebih dulu?”

“Tidak. Kita menyesatkan mereka.”

Ia menatap Zhao. “Pilih sepuluh orang paling cepat di antara kita. Bawa tanda naga palsu, sebarkan ke arah selatan. Biar Kaisar berpikir kita bersembunyi di sana.”

Zhao tersenyum miring. “Kau lebih licik dari yang kukira, Nona Bayangan.”

Mulan membalas senyumnya samar. “Aku hanya belajar dari orang yang paling licik di kerajaan ini, pamanku sendiri.”

Sementara itu, di istana, Kaisar duduk di ruang singgasana, wajahnya gelap oleh amarah. Di hadapannya berlutut Panglima Zhao Liang bukan Zhao Ren, melainkan panglima besar kekaisaran, pria berumur empat puluh tahun dengan luka panjang di pipi.

“Pasukanmu gagal menemukan sumber kerusuhan itu,” suara kaisar bergetar menahan marah. “Kau tahu apa yang terjadi pagi ini? Gudang baratku terbakar, dan di dindingnya tergambar tanda naga lagi!”

Zhao Liang menunduk. “Hamba telah mengirim tiga pasukan ke selatan. Kami akan menemukan mereka sebelum—”

“Diam!” bentak kaisar. Ia bangkit, jubah emasnya menjuntai ke lantai. “Tiga pasukan? Untuk menghadapi sekelompok bayangan? Apa gunanya aku punya ribuan prajurit kalau tak satupun dari kalian bisa menundukkan hantu?”

Dari sisi ruangan, seorang pejabat tua bersuara lirih, “Yang Mulia, beberapa laporan mengatakan... bahwa simbol naga itu berasal dari keluarga Hua.”

Kaisar menoleh tajam. “Kau berani menuduh darah saudaraku sendiri?”

Pejabat itu langsung sujud. “A-ampun, Yang Mulia! Hamba hanya melaporkan rumor rakyat!”

Namun bibir kaisar menegang. Ia menatap kosong ke lantai marmer, pikirannya bergolak.

“Ayahnya,” gumamnya pelan. “Saudaraku Hua... atau mungkin putrinya.”

Di kediaman Hua, malam itu Mulan baru saja selesai memindahkan semua peralatan pasukan bayangan ke gua bawah Kuil Putih. Ia membersihkan pedangnya dengan kain kering ketika suara langkah ayahnya terdengar dari belakang.

“Aku tahu apa yang kau lakukan,” kata Jenderal Hua tanpa basa-basi.

Mulan terdiam.

“Prajuritku melihatmu memimpin orang-orang di hutan. Mereka bilang kau seperti ibumu berani, tapi keras kepala.”

Mulan menunduk. “Ayah, aku tidak ingin melawanmu. Tapi aku tidak bisa membiarkan pamanku terus menyiksa rakyat.”

“Aku tahu,” suara ayahnya melembut, “dan aku tidak akan menghentikanmu lagi. Tapi dengarkan aku baik-baik, Mulan. Kaisar memanggilku ke istana lagi besok pagi. Ia mulai mencurigai sesuatu. Jika aku tidak kembali…”

“Jangan katakan begitu, Ayah!” potong Mulan cepat.

“Jika aku tidak kembali,” ulang ayahnya, “kau harus pergi ke pegunungan Tianjing. Di sana ada pasukan lama ibumu mereka sudah menunggu seseorang yang bisa menyalakan naga di dalam hati mereka.”

Air mata mulai membasahi mata Mulan, tapi ia menggigit bibirnya kuat-kuat. “Aku janji akan melanjutkan perjuangan ini, Ayah. Tapi kumohon... pulanglah.”

Jenderal Hua tersenyum, menepuk bahu putrinya. “Darah naga mengalir di nadimu, Mulan. Jangan padamkan nyalanya, meski seluruh langit memadamkannya.”

Keesokan harinya, langit pagi berwarna kelabu. Di depan istana, barisan penjaga berdiri tegang. Jenderal Hua menunggang kuda menuju gerbang utama. Di dalam aula singgasana, kaisar sudah menunggunya dengan ekspresi datar.

“Saudaraku,” kata kaisar pelan, “kau tahu mengapa aku memanggilmu?”

Jenderal Hua menunduk sopan. “Untuk menjelaskan kerusuhan di kota, Yang Mulia.”

“Benar. Dan aku ingin penjelasan yang jujur. Katakan padaku, apakah pasukan bayangan itu milikmu?”

Suara aula hening. Bahkan obor di dinding seakan berhenti berkedip.

Jenderal Hua menatap lurus ke arah kaisar. “Tidak, Yang Mulia.”

Kaisar memejamkan mata, lalu tersenyum. Tapi senyum itu dingin. “Sayang sekali. Karena kalau jawabannya ya, aku akan mengampunimu sebagai keluarga. Tapi karena jawabannya tidak… maka aku harus memperlakukanmu sebagai pengkhianat.”

Ia menjentikkan jarinya. Puluhan penjaga bersenjata muncul dari balik tirai, mengarahkan tombak pada Jenderal Hua.

Namun sang jenderal sama sekali tidak bergerak. “Jadi ini keputusanmu?”

“Ya. Kekaisaran ini hanya punya satu naga.”

Jenderal Hua menatap lantai sejenak, lalu menghela napas panjang. “Kalau begitu, semoga naga itu tidak melahap dirinya sendiri.”

Dalam sekejap, pedangnya terhunus. Beberapa prajurit terjungkal sebelum sempat menyerang. Namun jumlah musuh terlalu banyak. Suara logam beradu memenuhi aula. Darah menetes di lantai batu, mengalir seperti garis merah di antara pilar emas.

Di luar, langit bergemuruh. Mulan yang sedang berlatih di halaman merasakan jantungnya bergetar hebat. Ia tahu sesuatu telah terjadi.

Beberapa jam kemudian, seorang pengawal datang tergesa, wajahnya pucat.

“Nona! Jenderal Hua… ditangkap.”

Mulan membeku. “Apa?”

“Beliau melawan perintah Kaisar. Sekarang ditahan di menara timur.”

Dunia seakan berhenti. Lentera di tangannya jatuh, api kecil menjilat tanah.

Zhuge yang berdiri di dekatnya mencoba menahan bahunya. “Mulan, jangan gegabah. Ini jelas jebakan.”

“Biarkan aku pergi sendiri,” jawab Mulan pelan tapi tegas. “Kalau ayahku mati karena aku diam saja, maka aku bukan anaknya.”

Malam itu, pasukan bayangan kembali bergerak. Kali ini tanpa banyak strategi hanya keberanian yang dibungkus kesedihan.

Mulan menyusup masuk ke menara timur lewat selokan belakang. Dua pengawal dijatuhkannya tanpa suara. Di ruang atas, cahaya obor menerangi wajah Jenderal Hua yang duduk di kursi kayu, tangan dan kakinya dirantai.

“Mulanku…” bisiknya saat melihat putrinya.

“Aku akan bebaskan Ayah,” kata Mulan cepat. Ia berjongkok, mencoba membuka rantai dengan kunci yang ia curi.

“Tidak,” suara ayahnya lemah tapi tegas. “Kalau kau membawaku keluar, mereka akan tahu siapa kau. Lebih baik biarkan aku di sini.”

“Aku tidak bisa!” seru Mulan, air matanya jatuh ke tanah. “Semua ini salahku!”

“Tidak, ini takdir kita,” ujar sang jenderal. “Tapi dengarkan baik-baik. Di bawah lantai ruangan ini, ada peti besi. Di dalamnya, simbol naga putih. Itu warisan ibumu. Ambillah dan gunakan saat waktunya tiba. Simbol itu akan memanggil seluruh pasukan bayangan yang tersisa.”

Langkah-langkah berat terdengar di tangga.

“Cepat, Mulan. Pergilah!”

Mulan menggigit bibir, menatap ayahnya untuk terakhir kalinya. “Aku janji… aku akan melanjutkannya.”

Ia menunduk, menekan lantai batu, dan menemukan celah kecil. Simbol naga putih berkilau dalam cahaya redup.

Saat pintu menara terbuka, Mulan sudah menghilang ke dalam bayangan.

---

Keesokan paginya, kabar kematian Jenderal Hua mengguncang seluruh negeri. Istana menyebarkan berita bahwa sang jenderal dihukum mati karena pengkhianatan.

Tapi di bawah tanah Kuil Putih, suara langkah ratusan orang menggema. Di hadapan mereka berdiri Mulan, mengenakan jubah hitam dan simbol naga putih di dadanya.

“Mulai hari ini,” suaranya bergema di gua batu, “Bayangan Naga tidak lagi bersembunyi. Kita akan menjadi api di tengah kegelapan, pedang yang menebas tirani. Demi rakyat, demi tanah ini, demi mereka yang sudah jatuh kita tidak akan mundur.”

Sorak serempak memenuhi udara.

Zhuge, Zhao, dan Luan berdiri di sisinya, masing-masing menunduk hormat.

Zhuge tersenyum tipis. “Akhirnya naga itu benar-benar bangun.”

Mulan menatap jauh ke arah istana yang samar di kejauhan.“Dan kali ini,” katanya dengan nada dingin, “ia akan terbang membawa badai.”

Bersambung

1
Ilfa Yarni
huhuhuhu aku nangis lo bacanya cinta mereka abadi sampe seribu tahun
Ilfa Yarni
wah ternyata han Xin hidup lg mereka skrudah bersama lg trus han Xian jg ada ya
Wulan Sari
ceritanya sangat menarik trimakasih Thor semangat 💪👍 salam sukses selalu ya ❤️🙂🙏
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
yah han Xin ga hidup lg kyk mulan
Ilfa Yarni
apakah mereka akan ketemu lg kok aku deg degan ya
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
trus apakah han Xin msh ada jadian dong mulan sendiri hidup didunia
inda Permatasari: tentu saja masih karena Han Xin juga bukan manusia biasa tapi tidak seperti Hua Mulan yang spesial
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
aaaa sedih mulan pergi apakah mulan bisa kembali
Ilfa Yarni
ceritanya seru walupun aku kurang memgerti
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
aku ga ngerti tentang naga yg aku ngerti cinta mereka ditengah peperangan hehe
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
si mulan ini manusia apa naga sih thor? sy kurang paham dg istilah keturunan naga🤔🤔
Ilfa Yarni
berarti han naga jg ya
Ilfa Yarni
apakah mereka mati bersama asuh penasaran banget
Ilfa Yarni
ceritanya menegangkan
Ilfa Yarni
ternyata pamannya msh hidup kurang ajar skali tp aku salut sama mulan dia hebat dan berani
Ilfa Yarni
seru thor lamjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!