Terlahir kembali sebagai Tian Feng di Desa Batu Angin yang terpencil, ia merasakan keputusasaan total.
Mantan Dewa Langit, kini terperangkap dalam tubuh lemah tanpa Dou Qi, menjadi sasaran cemoohan.
Titik baliknya adalah penemuan batu hitam misterius yang ternyata menjadi wadah bagi Yao Ling, seorang ahli Dou Zun yang disegel.
Di bawah bimbingannya, Tian Feng tidak hanya melatih Dou Qi dari nol, tetapi juga melatih kembali jiwanya untuk menerima kondisi fananya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 3
Rasa dingin dari batu hitam itu merambat ke telapak tangan Tian Feng. Beratnya terasa nyata, sebuah jangkar kuat di dunia yang telah merenggut segalanya darinya. Di bawah cahaya matahari sore, permukaannya yang hitam pekat tidak memantulkan apa pun, seolah ia menelan semua cahaya yang menyentuhnya.
Dengan pengetahuannya sebagai dewa, ia tahu benda ini bukanlah batu biasa. Ada semacam segel kuno yang tertidur di dalamnya, sangat lemah dan tersembunyi, mustahil dideteksi oleh kultivator biasa. Jiwanya bisa merasakannya, seperti sebuah bisikan di tengah badai.
Selama berhari-hari, batu itu menjadi rahasia terbesarnya. Siang hari, ia menyembunyikannya di bawah lantai kayu gubuknya. Malam hari, saat bulan bersinar, ia akan duduk memegangnya, mencoba menyalurkan sisa-sisa energi spiritualnya yang lemah ke dalamnya. Namun, batu itu tetap diam, seperti kuburan yang beku.
Ia butuh pemicu, pikir Tian Feng frustrasi. Sebuah kunci untuk membuka segel.
Kunci itu datang tanpa disengaja.
Suatu sore, ia kembali memanjat bebatuan di hulu sungai, tempat di mana ia pertama kali menemukan batu itu. Ia ingin mencari petunjuk lain, mungkin ada batu serupa di sekitarnya. Sambil menggenggam erat batu hitam di tangan kanannya, ia mencoba mencapai pijakan yang lebih tinggi.
Tiba-tiba, kerikil di bawah kakinya longsor. Tubuhnya yang ringan dan lemah tergelincir. Refleksnya yang ditempa dalam ribuan pertempuran surgawi berteriak di dalam benaknya, tetapi tubuhnya yang berusia enam tahun tidak mampu merespons. Ia jatuh terguling beberapa meter ke bawah.
"KRAK!"
Ia mendarat dengan canggung. Tangan kirinya tergores tajam tepi batu lain, mengalirkan darah merah segar. Namun, bukan rasa sakit itu yang menarik perhatiannya. Dalam kejatuhannya, ia secara naluriah melindungi batu hitam itu dengan memeluknya ke dada. Darah dari tangannya yang terluka kini menetes, membasahi permukaan batu yang dingin.
Sesuatu terjadi.
Darah itu tidak mengalir di permukaan. Sebaliknya, ia diserap oleh batu hitam itu dalam sekejap, seolah batu itu adalah tanah kering yang haus.
Wuuussshhh…
Getaran hebat menjalari lengan Tian Feng. Batu yang tadinya dingin kini terasa panas membara. Asap hitam tipis mulai mengepul darinya, membawa aroma zaman kuno yang telah lama terlupakan.
Sebelum Tian Feng bisa bereaksi, kesadarannya ditarik dengan kekuatan dahsyat. Dunia di sekelilingnya lenyap, digantikan oleh kegelapan tak berujung. Ia tidak lagi berada di tubuh fisiknya, melainkan melayang sebagai gumpalan jiwa yang tembus pandang di dalam ruang hampa yang luas.
Di tengah kegelapan itu, sebuah suara serak dan kuno menggema, penuh dengan kelelahan dan keterkejutan.
"...Darah... Kehidupan... Siapa... siapa yang membangunkanku dari tidur panjang ini?"
Dari kedalaman kegelapan, partikel-partikel cahaya redup mulai berkumpul, perlahan membentuk sosok seorang lelaki tua transparan. Ia mengenakan jubah alkemis yang megah namun compang-camping. Wajahnya penuh keriput, janggutnya panjang dan putih, tetapi matanya memancarkan kecerdasan dan kekuatan yang lapuk oleh waktu.
Sosok roh itu menatap gumpalan jiwa Tian Feng. Awalnya ia tampak bingung, seolah hanya melihat seorang anak kecil. Namun, saat tatapannya menembus lebih dalam, matanya melebar karena tak percaya.
"Ini... ini mustahil..." bisik roh itu, suaranya bergetar. "Jiwa seekor naga langit... terperangkap di dalam cangkang seekor semut? Aura yang begitu agung dan purba... namun tersegel di dalam tubuh fana yang bahkan tidak memiliki akar Dou? Siapa kau sebenarnya, Nak?"
Tian Feng tetap tenang. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, ia bisa berkomunikasi dengan bebas, jiwa ke jiwa. Namun, ia tidak akan mengungkapkan identitasnya.
"Siapa dirimu yang lebih penting," balas Tian Feng, suaranya terdengar jauh lebih dewasa dari penampilan jiwanya. "Dan tempat apa ini?"
Roh tua itu tertawa, tawa yang terdengar seperti dedaunan kering yang bergesekan. "Aku? Orang-orang pernah memanggilku Yao Ling, Sang Penyuling Langit. Seorang Dou Zun rendahan yang hidup seribu tahun yang lalu. Tempat ini adalah sisa-sisa lautan kesadaranku, penjaraku selama seribu tahun terakhir."
Yao Ling. Seorang Dou Zun! Di Wilayah Barat yang terpencil ini, seorang Dou Wang saja sudah dianggap sebagai legenda. Seorang Dou Zun adalah eksistensi yang setara dengan dewa.
"Kau memiliki jiwa yang luar biasa, Nak," lanjut Yao Ling, matanya yang tajam mengamati Tian Feng. "Tapi tubuhmu adalah sampah terburuk yang pernah kulihat. Sebuah keadaan yang menarik. Takdir macam apa yang bisa menciptakan lelucon sebrutal ini?"
"Takdir adalah musuh yang harus dikalahkan," jawab Tian Feng dingin.
Jawaban itu mengejutkan Yao Ling. Ia menatap Tian Feng lama, lalu menghela napas. "Kau dan aku, kita berdua adalah tahanan takdir. Aku terperangkap di batu ini, jiwaku perlahan memudar. Kau terperangkap di tubuh itu, potensimu terkunci rapat."
Ia berhenti sejenak, seolah sedang mempertimbangkan sesuatu. "Mungkin... ini bukan lelucon. Mungkin ini adalah kesempatan."
"Kesempatan?" tanya Tian Feng.
"Aku bisa merasakan kekuatan hidup dalam darahmu. Darahmu bisa memberiku makan, menopang jiwaku agar tidak lenyap. Sebagai imbalannya..." Yao Ling tersenyum licik. "Aku memiliki pengetahuan. Aku tahu seratus teknik kultivasi. Termasuk satu teknik terlarang yang mungkin bisa mengubah nasibmu."
Ini adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh Tian Feng.
"Teknik apa itu?"
"Namanya Teknik Penempaan Tulang Naga Abadi," jelas Yao Ling. "Ini bukan teknik untuk mereka yang memiliki bakat, melainkan untuk mereka yang tidak memiliki apa-apa. Teknik ini tidak mengandalkan meridian, tetapi menggunakan Dou Qi dari alam untuk menghancurkan dan menempa kembali tulangmu, inci demi inci. Prosesnya adalah neraka di dunia. Sembilan dari sepuluh orang mati karena rasa sakit. Tapi jika kau berhasil... kau akan membangun fondasi yang bahkan para jenius pun akan iri."
Menghancurkan dan membangun kembali. Sama seperti kehidupannya saat ini.
"Aku setuju," kata Tian Feng tanpa ragu.
Yao Ling tertegun oleh ketegasan itu. "Kau bahkan tidak berpikir dua kali? Rasa sakitnya bisa membuat jiwa terkuat pun hancur."
Di mata jiwa Tian Feng, Yao Ling melihat kilatan cahaya keemasan yang agung. "Rasa sakit?" balas Tian Feng. "Kau tidak tahu apa-apa tentang rasa sakit yang sebenarnya."
Yao Ling terdiam. Ia sadar, anak di hadapannya bukanlah anak biasa.
"Baiklah," kata Yao Ling akhirnya. "Kesepakatan tercapai."
Tiba-tiba, kesadaran Tian Feng ditarik kembali. Kegelapan di sekelilingnya pecah, dan ia kembali menemukan dirinya di tepi sungai. Matahari hampir terbenam, mewarnai langit dengan warna oranye dan ungu.
Ia melihat telapak tangannya. Batu hitam itu telah lenyap. Sebagai gantinya, ada sebuah tato kecil berbentuk api hitam di tengah telapak tangannya, terasa hangat saat disentuh.
Dan di dalam benaknya, untaian informasi yang rumit dan mendalam mulai mengalir—bab pertama dari Teknik Penempaan Tulang Naga Abadi.
Ia menatap cakrawala, mengepalkan tangannya yang kini memiliki tanda baru. Luka di tangan kirinya sudah berhenti berdarah. Untuk pertama kalinya dalam enam tahun kehidupan fananya yang menyedihkan, satu kata bergema di dalam lautan jiwanya yang luas.
Harapan.