Setelah mati tertembak, Ratu Mafia yang terkenal kejam, dan tidak memiliki belas kasihan. Tamara sang Ratu Mafia, mendapati dirinya bertransmigrasi ke dalam tubuh seorang antagonis novel roman picisan bernama sama.
Harus menjalani pernikahan paksa dengan Reifan Adhitama, CEO berhati dingin dan ketua mafia yang tampan, dan juga terkenal kejam dan dingin. Duda Anak dua, yang ditakdirkan untuk jatuh ke pelukan wanita licik berkedok polos, Santi.
Dengan kecerdasan dan kemampuan tempur luar biasa yang masih melekat, Tamara yang baru ini punya satu misi. Hancurkan alur novel!
Tamara harus mengubah nasib tragis si antagonis, membuktikan dirinya bukan wanita lemah, dan membongkar kepalsuan Santi sebelum Reifan Adhitama terlena.
Mampukah sang Ratu Mafia menaklukkan pernikahan yang rumit, mertua yang membenci, serta dua anak tiri yang skeptis, sambil merancang strategi untuk mempertahankan singgasananya di hati sang Don?
Siapa bilang antagonis tak bisa jadi pemeran utama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERNIKAHAN
Tamara sedang berdiri di depan cermin, mencoba gaun pengantinnya yang ramping dan berwarna midnight blue, warna yang dia pilih sebagai penanda dominasinya, bukan putih kepolosan.
Tamara tidak jadi menggunakan gaun Desmond yang sudah dia pesan dengan detail dan se perfect mungkin, Tamara menggunakan gaun dari butik ternama yang ada di kota nya.
Reifan memasuki kamar, tanpa mengetuk. Dia mengenakan jubah mandi sutra, memperlihatkan aura kekuasaan yang santai dan berbahaya.
"Indah. Biru tengah malam. Simbol dari ratu yang datang untuk membekukan kerajaan," ucap Reifan, matanya menyapu gaun itu.
"Biru tengah malam. Simbol dari kegelapan yang menelan," koreksi Tamara, menatapnya melalui cermin.
"Kau terlihat tegang, Ratu. Kau tahu kau akan terjebak besok, bukan?" tanya Reifan, berjalan mendekat.
"Aku tidak pernah tegang. Aku hanya menghitung kemungkinan. Kau mengubah lokasi pernikahan. Kau pikir kau menang?" tanya Tamara, mendengus dingin.
"Aku tidak perlu berpikir, aku tahu aku menang. Kau akan sah menjadi Nyonya Adhitama, dan kau akan terikat oleh nama, tanah, dan anak-anakku. Aku akan menjadi kelemahanmu yang paling nyata, dan kau akan tetap di sini, di bawah kendaliku. Aku akan memberimu semua data yang kau inginkan, tetapi kau tidak akan pernah bisa menggunakannya untuk menghancurkan ku, karena kau tidak akan pernah ingin menghancurkan anak-anakku," jawab Reifan tersenyum sinis.
Reifan berdiri tepat di belakang Tamara, tangannya melingkari pinggang Tamara. Cincin safir itu dingin di kulitnya.
"Aku tahu kau menyimpan rencana pamungkas. Aku tahu kau akan menyerang," bisik Reifan, suaranya serak.
"Aku hanya ingin kau tahu, aku siap untuk itu. Besok, kau menjadi milikku, secara hukum dan di hadapan leluhurku," lanjut Reifan, dingin.
Tamara membiarkan Reifan memeluknya sejenak, merasakan dominasi dan keyakinan diri pria itu.
Sistem 007: Posisi sensor telah diaktifkan di seluruh ruangan. Data emosional Tuan Reifan berada pada tingkat 'Kemenangan Taktis'.
"Kau sangat percaya diri dengan anak-anakmu, Reifan. Kau percaya mereka adalah benteng terakhirmu," ucap Tamara, tersenyum miring.
"Mereka adalah benteng yang tidak akan pernah kau hancurkan!" ucap Reifan, tegas.
Tamara berbalik menghadap Reifan, mata mereka bertemu, jarak di antara mereka kini tinggal beberapa senti.
"Kau benar. Aku tidak akan menghancurkan mereka. Aku akan mengklaim mereka," jawab Tamara, dengan tatapan mata yang begitu tajam dan serius.
Tamara menjulurkan tangannya, dan perlahan-lahan menyentuh liontin Adhitama yang dikenakan Reifan di lehernya, simbol perlindungan dan kepemilikan yang ia berikan padanya.
"Kau memberikan ini padaku, dan aku menerimanya," bisik Tamara.
"Besok, aku akan membuat janji yang tidak bisa kau batalkan. Janji yang akan mengikatmu pada tradisi dan loyalitas, sesuatu yang lebih kuat daripada hukum mana pun di dunia ini. Dan kau tidak akan pernah bisa menyentuhku lagi tanpa menyentuh ratu yang kau ciptakan," lanjut Tamara, tersenyum penuh arti.
"Aku menunggu, Ratu. Tunjukkan padaku apa yang kau punya," jawab Reifan menyeringai, tidak terintimidasi
Reifan berlalu pergi, keluar dari kamar Tamara, menyisakan Tamara seorang diri yang sedang berperang dengan pikiran nya yang penuh dengan rencana.
☀️☀️☀️
Kapel Bawah Tanah Adhitama, Pagi Hari Pernikahan
Udara di kapel bawah tanah terasa dingin dan sakral. Kapel itu, dihiasi dengan batu gelap dan cahaya lilin yang minim, terasa lebih seperti penjara abadi daripada tempat pernikahan. Seluruh keluarga inti Black Dragon hadir, menyaksikan pasangan itu.
Reifan berdiri di altar, mengenakan setelan hitam yang elegan, dengan aura raja yang sedang menguasai. Tamara masuk, gaun midnight blue yang elegan itu membuatnya terlihat seperti bayangan yang berkuasa.
Di barisan depan, Azka dan Alvero duduk berdampingan, menatap Tamara dengan penuh perhatian.
Ibu Reifan tidak hadir, sebuah pertanda baik bagi Tamara.
Upacara berlangsung formal dan cepat. Saatnya pertukaran janji.
"Aku, Reifan Adhitama, mengambil mu, Tamara, untuk menjadi istriku yang sah. Aku berjanji untuk memberikanmu perlindungan, kehormatan, dan kendali atas nama dan asetku." ucap Reifan, menatap Tamara, berjanji dengan suara lantang,
Sebuah janji yang secara halus menyatakan pengakuan atas dominasinya.
Tamara membalas tatapan Reifan, senyumnya tipis.
"Aku, Tamara, mengambil mu, Reifan Adhitama, untuk menjadi suamiku yang sah," ucap Tamara, menjeda ucapan nya.
Tamara mengambil napas, dan kemudian, suaranya, biasanya dingin dan terkontrol, menjadi penuh kehangatan yang mengejutkan.
"Aku berjanji, di hadapan semua yang ada di sini, dan di hadapan leluhurmu, aku akan memegang janji ini dengan satu syarat," lanjut Tamara.
Semua orang di ruangan itu menahan napas. Reifan menatapnya dengan waspada, menunggu.
Tamara menoleh ke Azka dan Alvero. Kedua anak itu menatapnya, penasaran.
"Aku bersumpah. Aku akan melindungi kedua Tuan Muda ini, Azka dan Alvero, dari semua bahaya yang mengancam. Aku akan menempatkan keselamatan mereka, dan masa depan mereka di atas segala aset dan kendaliku. Aku berjanji, anak-anakmu tidak akan pernah menjadi pion dalam permainan kita," ucap Tamara, penuh penekanan,
Tamara kembali menoleh ke Reifan, matanya menyala.
"Aku akan menjadi perisai mereka. Dan jika kau, Reifan Adhitama, pernah menggunakan anak-anakmu sendiri sebagai pion, atau menempatkan mereka dalam bahaya untuk mengendalikan aku, maka sumpah ini akan membuatku memiliki hak penuh untuk menceraikan mu, menghancurkan asetmu, dan mengambil anak-anakmu dari kendalimu, tanpa terkecuali, di hadapan hukum dan leluhur Adhitama!" lanjut Tamara, dengan lantang, tanpa takut dengan tatapan tajam dari Reifan.
Semua orang terperangah. Tamara tidak meminta kontrol, dia meminta hak untuk melindungi, yang secara langsung mengikat Reifan dengan loyalitasnya yang buta terhadap anak-anak dan nama keluarga. Reifan, yang sangat menghormati sumpah dan tradisi keluarga, kini terperangkap. Jika dia melanggar, dia akan menghancurkan semua yang ia junjung tinggi.
"Dia benar-benar gila, tapi aku suka," batin Cindy, menyaksikan janji pernikahan sahabat nya.
Wajah Reifan membeku, terkejut dan marah. Dia tidak pernah menduga Tamara akan menggunakan sumpah di depan anak-anaknya untuk mengikat tangannya sendiri.
Tamara tidak hanya melindungi dirinya, dia telah mengklaim Azka dan Alvero dengan sumpah yang tidak bisa dibatalkan.
"Ini adalah syarat ku. Terima sumpahku, atau batalkan pernikahan ini sekarang," ucap Tamara, menantangnya.
Reifan, yang melihat wajah Azka yang penuh lega dan Alvero yang tampak aman, tahu dia kalah telak. Jika dia menolak, dia akan menghancurkan ikatan yang baru ia bentuk dengan anak-anaknya.
"Aku terima sumpahmu," jawab Reifan dengan rahang mengeras.
Seringai kemenangan tipis muncul di wajah Tamara.
Saat mereka bertukar cincin, Sistem 007 berbisik di benak Tamara.
Notifikasi: Sumpah emosional telah diterima. Tuan Reifan sekarang terikat secara emosional dan strategis oleh Tuan Muda. Kontrol atas Ratu telah dibalik.
Saat pendeta menyatakan mereka suami istri, Tamara mencium Reifan dengan senyum penuh kemenangan, sebuah ciuman yang terasa seperti segel perjanjian berdarah.
Ciuman itu singkat dan dingin. Janji pertarungan yang kini resmi.
Azka dan Alvero bersorak.
Reifan menoleh ke Tamara, cincin safir bersinar di jarinya.
"Selamat datang ke dalam Neraka Pernikahan kita, Nyonya Adhitama," bisik Reifan.
"Aku yang akan memimpin di Neraka ini, Tuan Adhitama," jawab Tamara.
Permainan baru saja dimulai, Raja. Dan Ratu baru saja mendapatkan bidak catur terkuatnya. Status Hukum.