NovelToon NovelToon
Aira Kaisara

Aira Kaisara

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Sutia Pristika Sari

Kehidupan Aira yang mulanya penuh bahagia tiba-tiba mulai terbalik sejak papanya menikah lagi.

Lukanya diiris kian dalam dari orang terkasihnya. Malvino Algara, pacarnya itu ternyata palsu.

" Pa ... Aira butuh papa. "

" Angel juga butuh papa. Dia ngga punya papa yang menyayanginya, Aira. "

****

" Vin ... Aku sakit liat kamu sama dia. "

" Ngga usah lebai. Dulu lo udah dapat semuanya. Jangan berpikir kalo semuanya harus berpusat ke lo, Ra. "

" Kenapa kamu berubah? "

" Berubah? Gue ngga berubah. Ini gue yang sesungguhnya. Ekspetasi lo aja yang berlebihan. "

****

" Ra ... Apapun yang terjadi. Gue tetap ada disamping lo. "

" Makasih, Alin. "

****

" Putusin. Jangan paksain hubungan kalian. Malvino itu brengsek. Lupain. Banyak cowok yang tulus suka sama lo. Gue bakal lindungin lo."

" Makasih, Rean. "

****

" Alvin ... Aku cape. Kalau aku pergi dari kamu. Kamu bakal kehilangan ngga? "

" Engga sama sekali. "

" Termasuk kalo aku mati? "

" Hm. Itu lebih bagus. "

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sutia Pristika Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mekarnya mawar jelita

Tak terasa. Waktu membawa perjalanan hidup melewati tahun ke tahun dengan cepat. Kini, Aira telah tumbuh menjadi seorang gadis. Usianya sudah memasuki 18 tahun. Parasnya pun semakin menawan.

Abimanyu juga bukan lagi pria matang berusia 30 tahun yang dulu. Bukan lagi seorang ayah yang sibuk mengurus bayi.

Putrinya sudah remaja sekarang. Sudah bisa mengurus diri sendiri. Pergi kesana-sini tanpanya. Pintar bergaya dan bersolek. Sudah pandai melirik laki-laki. Bahkan sudah punya pacar pula.

Kringggg ....

Kringggg .....

Weker berbunyi nyaring dari dalam kamar milik seorang gadis yang masih betah terlelap di ranjang yang ukurannya tak bisa dibilang kecil. Terasa bunyi alarm memekakkan telinga, Aira bangun bersandar pada kepala ranjang.

Sedikit merebahkan badan untuk menjangkau weker di atas meja samping ranjang. Jam itu berhasil di raihnya, melihat sebentar ke angka yang tertera sebelum bunyi bising tadi hilang saat tombol power off di tekan.

Mengembalikan lagi jam itu ke posisi semula. Mengkucek-kucek matanya yang masih setengah terbuka. Rambut pun masih kusut seperti singa.

Bola matanya mengedar ke seluruh kamar bernuansa monokrom hitam putih miliknya, hingga terhenti tepat pada album foto yang terselip sebagian di bawah guling. Itu album foto keluarganya.

Tadi malam, ia merasa sangat rindu ke mendiang Inaya, mamanya. Jadi, ia memutuskan untuk melihat-lihat banyak macam lembar foto di dalam album mini itu sebagai pengganti rasa rindu. Semalaman tak henti-hentinya dia memuji paras sang ibu. Cantik sekali. Ia membawa album kedalam dekapan lama-lama hingga tertidur.

Senyum Aira terukir lebar. Di raihnya album itu, kemudian benar-benar beranjak meninggalkan ranjang.

Berhenti sebentar di meja riasnya, membuka laci dan menaruhkan benda kesayangan tersebut dengan hati-hati. Baginya, melalui album inilah, ia bisa merasakan kehadiran sang mama di dekatnya.

Berdeham sebentar untuk menormalkan pernapasan. Sesak kembali mengisi rongga dadanya. Tak mau larut terlalu jauh, ia memutuskan untuk ke kamar mandi dengan handuk yang sudah tersampir di bahu. Ia harus segera ke sekolah, tak ada waktu untuk bersedih ucapnya pada diri sendiri.

***

Tepat pukul 7 pagi, Aira keluar dengan seragam putih abu-abunya. Rambut yang digerai sedikit ikal menyentuh lengan. Kaos setinggi 2 jari di atas mata kaki. Tak lupa cardigan biru jumbo yang membalut seragam putihnya. Tas ransel nyantol di bahu kiri. Sebelah tali yang menganggur dibiarkan terjuntai. Aira memang tak suka memakai ransel dengan kedua tali disampirkan adil di bahu kiri dan kanan. Seperti kura-kura saja, katanya.

" Aira, ayo sarapan dulu." Sapa Abimanyu yang sejak tadi sudah ada di meja makan.

" Duh, papa. Aira sarapannya di kantin aja. Lagi buru-buru soalnya." Jawab Aira yang sudah mengulurkan tangannya ke hadapan sang papa.

" Kita udah lama ga sarapan bareng, sayang. Papa pengen sarapan bareng kamu."

" Aira baru inget ada janji sama Alin pa. Ini penting banget. Kalo sarapan dulu nanti ga keburu. Ya pa yaaa ... " Ujar Aira lagi.

Menggunakan trik seperti biasa, dengan mode manja yang sudah dipastikannya sang papa luluh seketika.

" Ya sudah. Mau gimana lagi."

" Makasih papa. Aira janji, besok kita sarapan bareng. Aira berangkat dulu ya papa."

Aira kembali mengulurkan tangannya untuk menyalimi si papa.

" Iya sayang. Tapi, kamu berangkatnya sama siapa?"

" Sopir pa. Malvino ga bisa jemput hari ini katanya." Jawab Aira sopan.

Tadi Aira sempat mendapat WhatsApp dari pacarnya itu, bahwa ia tak bisa menjemput Aira pagi ini. Entahlah. Aira terlalu malas sekadar untuk nanya apa alasannya.

" Ya sudah. Hati-hati dijalan. Jangan ngebut bawa mobilnya, bilang sama Beno." Titah Abimanyu.

Sekedar informasi, Beno adalah anak dari mendiang pak Rahman. Masih ingat beliau? Sopir Abimanyu 18 tahun lalu. Beliau meninggal akibat kecelakaan mobil tunggal saat akan menjemput Abimanyu dari bandara. Kini, Beno lah yang menggantikan posisinya.

" Dadah pa ...". ujar Aira melambai-lambaikan tangan ke arah papanya. Kemudian bergegas keluar rumah.

***

Sedan biru berhenti tepat di depan gerbang SMA Rajawali Jakarta Pusat. Dari arah berlawanan tiba sebuah motor besar menggeber-geber masuk menuju parkiran disusul oleh beberapa motor lainnya.

Mencagakkan motor, kemudian masing-masing membuka helm meletakkannya di atas tanki motor itu.

Aira yang masih di luar gerbang menatap intens ke salah satu pengendara motor tadi tanpa berkedip. Senyum nya pun perlahan terbit. Apalagi saat ini, sosok cowok jangkung itu menyugar rambutnya ke belakang dengan dua tangan berotot miliknya.

Sungguh, ganteng banget. Kata Aira memekik dalam hati. Cowok itu adalah pacar Aira dari dua tahun silam. Malvino Algara namanya. Cowok yang mengisi kekosongan hatinya. Cowok yang membuat jantungnya berdebar dari batas normal saat setiap kali melihat dia.

Kala itu, Aira ingat saat cowok itu yang tak lelah mendekati dirinya yang hampir sedingin salju. Sempat beberapa kali ditolak tapi ia tetap konsisten. Sampai Aira luluh karena usahanya.

Lebih mengejutkan. Saat pertama kali Aira membawa Malvino ke rumah. Berniat untuk memperkenalkannya ke papa. Jantungnya berdentum ribut. Anehnya, sang papa langsung menerima kehadiran Malvino dengan baik. Respon yang papa berikan sungguh mengejutkannya.

Bagaimana bisa? Abimanyu sangat overprotektif kepada dirinya selama ini. Dia kira, sang papa akan mengusir Malvino atau melarangnya agar tak mendekatinya lagi. Ini diluar bayangannya.

" Om ngerti. Aira sudah bukan anak kecil lagi. Begitu juga dengan kamu, Malvino. Om ga akan melarang hubungan kalian. Tapi, pesan om cuma satu. Jangan sakiti Aira dan mengecewakan om. Om percaya sama kamu, Malvino." Kata Abimanyu waktu itu.

" Saya ngerti om. Terimakasih banyak. Saya janji ga akan menyakiti putri om."

Aira terlonjak saat namanya di panggil oleh sang sopir, Beno. Tak bohong dia kaget.

" Bang Ben, ngagetin aja. Tapi, udah lah ya. Aira masuk dulu. Nanti pulangnya Aira ga usah dijemput." Ujarnya sebelum memutuskan masuk ke dalam.

Langkah kecil membawa nya menuju ke arah Malvino.

" Morning sayang." Sapa Malvino lebih dulu.

Di tariknya Aira agar lebih dekat merapat padanya. Satu tangannya sudah berada di sebelah sisi pinggang cewek itu.

" Morning too." Balas Aira setelahnya.

Kakinya sedikit menjinjit dan tangannya perlahan naik merapikan rambut pacarnya yang acak-acakan. Malvino memejamkan matanya menikmati jari mungil itu menyisir lembut rambutnya.

" Dari dulu ga pernah bisa rapi." Sambung Aira lagi.

" Tapi, tetap gantengkan?" Jawab Malvino usil.

Aira hanya mendengus. Tak perlu di iyakan. Nanti cowok itu bisa besar kepala. Lagi-lagi hanya bergumam dalam hati. Malvino terkekeh melihatnya.

" Woy, woy ... Masih ada 4 orang yang lebih ganteng disini. Masih pagi udah ngebucin ae lo berdua." Ucap cowok berkulit putih yang sejak tadi mengamati tingkah dua pasangan bucin tak tau tempat.

" Iya nih. Serasa nonton drama korea gue." Sahut cowok berlesung pipi. Kembaran Jovan. Jevan namanya.

" Iri ya?" Jawab Malvino singkat sambil mengerlingkan mata. Sengaja menggoda para sahabatnya.

" Wah .... parah ni si bos. Kit heart adek bang."

Sanggah cowok berwajah imut itu dramatis. Bibirnya sengaja dimajukan beberapa senti seperti dugong saja.

Aira dan teman-teman yang melihatnya hanya menggeleng pelan. Sudah hafal sekali akan tingkah temannya satu ini. Leo memang selalu over. Tapi, dia tu juga moodbooster dalam persahabatan mereka.

" Dih, dih congor lo panjang bener Yo. Mual gue, sok imut." Sanggah Jevan.

" Sorry bro, gue emang imut." Huh, bahkan kepercayaan dirinya setinggi menara Eiffel.

" Masuk! Belajar dulu." Sanggah satu insan lagi.

Cowok dingin tapi ganteng, ketus, irit bicara. Satu hari bisa di hitung berapa kali dia ngomong. Tapi, sekalinya ngomong yang keluar fakta semua. Dia Andrean, Andrean Galaska Pratama. Anak tunggal calon pemegang saham keluarga Pratama. Partner bisnis papa Malvino.

Sejak tadi, dia sudah jengah dengan kelakuan dan pemandangan dua insan bucin di depannya. Ingin rasanya bawa mereka ke penghulu biar dinikahi sekalian.

" Guys, es batu udah ngomong. Kalo kita ga dengerin dia. Bisa-bisa kita kepedasan karena mulut cabenya yang level sepuluh itu." Ujar Leo cepat.

Menatap was-was ke arah sohibnya yang sudah menatapnya seperti mau menelannya saja.

" Ya udah lah. Lagian ada bener nya juga apa yang dibilang Rean. Kelas yuk! Bentar lagi bel bunyi." Sambung Aira menengah.

" Yuk. Tapi sebelum itu, gue mau kasi kata-kata motivasi dulu buat lo Ndre, janganlah ...." Kalimat itu terputus di udara. Sebab, objek yang ingin di beri kata-kata motivasi sudah meloyor ke dalam sekolah.

Jevan mendengus sebal. Andrean memang menyebalkan. Entah sejak kapan kaki jenjang cowok itu melangkah menuju pintu masuk.

Tangannya yang menggantung di udara ala-ala motivator yang sedang memberikan nasihat itu tadi berubah menjadi mengepal. Memberikan sedikit tinjuan kepada angin.

Seolah sedang ninju muka Andrean.

" Loooo ya Ndre, bener-bener --- " Sambung Jevan lagi.

Telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah Andrean yang sudah hilang di balik pintu utama. Tangan yang satu lagi berkacak pinggang.

" Hahaha gue ngakak cuy. Kasihan nih adek gue." Jawab Jovan.

Ia mengeluarkan tawa sekeras-kerasnya. Menistakan saudara sendiri adalah hobinya. Jevan berdecih kecil.

" Emang rada-rada tu orang. Vin ...Jo ... Yo. Sahabat kalian tuh." Kata Jevan.

" Sahabat lo juga, Nyet." Jawab Aira.

Gadis itu menutup obrolan manis ala mereka. Sebelum akhirnya bergerak ke pintu sekolah untuk menuju kelas.

Sesekali masih terdengar sisa tawa dan ejekan satu sama lain. Memang seperti itu. Persahabatan mereka itu indah, manis.

Tumbuh bersama sejak kecil, membuat mereka bisa memahami karakteristik satu sama lain. Candaan sudah tak absen buat mereka. Saling tau apa yang disuka dan tak disuka. Sudah seperti ikatan keluarga.

Aira tersenyum melihatnya. Menoleh ke samping, Malvin juga tersenyum. Perlahan membawa tangan mungil Aira ke dalam genggamannya. Bergandengan di belakang sambil sesekali tertawa karena tingkah 3 curut di depan.

Aira ingin terus kayak gini. Bersama Malvin, sahabat-sahabat, dan papa. Terus, selamanya. Monolog nya dalam hati.

****

1
ginevra
jangan bilang si Alvin bakalan direbut sama angel?
Kim Tyaa: biasanyaa gitu kan ...
Lihat aja kedepannya gimana ...
si Andrean kalo ngga tebal imannya juga bakal di gaet sama dia tuhh
total 1 replies
ginevra
sudahlah biarkan Aira, itu baru tahap adaptasi ...
Kim Tyaa: polos dia mahhh ...
Harusnya Aira lihat aja dulu ga siii
total 1 replies
Capt Blacksheep/ SANG PERAMAL
alur nya sangat bagus
Kim Tyaa: gomawoyoo🙏
total 1 replies
Kim Tyaa
Makasih banyakkkkk😍
ginevra
semangat kak....😍😍
Renjana Senja
Yeay first yang mampir. semangat kakak. aku tinggalin jejak dulu.
Kim Tyaa: Omg ,gemes amat si .
Gomawooo😍.
Serasa di pantau ege:v
total 1 replies
Renjana Senja
terima kasih kak sudah mampir di ceritaku. aku kasih mawar buat kakak. selalu ikuti karya ku ya kak, jangan lupa subscribe. nanti aku subscribe balik. salam penulis pemula. terima kasih😍😍
Renjana Senja: thanks kak you too. boleh follback aku kak? makasih😍
total 2 replies
Renjana Senja
Aira pun ogah-ogahan ya. terlihat dia tidak suka sama ibu sambungnya/Hey/
Kim Tyaa: geli bet diaaa ...😭
total 1 replies
Renjana Senja
pa, saranku dengerin kata Aira, anak tu kadang feeling nya kuat. jadi nggak salah percaya sama anak🤭
Kim Tyaa: kalo kata akuuu sih 'yes'
total 1 replies
Renjana Senja
pa yang bener aja nih. aku baru baca lho. tiba-tiba kenalin seseorang dong.😵
Kim Tyaa: sat set bet duda ini
total 1 replies
Dinar Sen
mampir thor 🙏
Dinar Sen: oke kak 👍🏻😊
total 2 replies
ginevra
suka deh sama persahabatan mereka
Kim Tyaa: Pengen punya persahabatan kayak mereka
total 1 replies
ginevra
cinta tulus dari sahabat ... ululululu
Kim Tyaa: Alina sesayang itu ke Aira😍
total 1 replies
ginevra
dimana mana teman itu kalah sama pacar ya hehehe
Kim Tyaa: Hehehe
total 1 replies
Jee Ulya
Kak sebaiknya selipin cliffhanger di akhir bab, biar pembaca makin penasaran 😍
Kim Tyaa: Thank u sarannya😍
total 1 replies
Jee Ulya
Kak, ini berapa kata?
Kim Tyaa: 1490 kata
total 1 replies
Jee Ulya
Kaaak 😭 kalimatmu bagus bangeet, tapi alangkah baiknya dikasih selingan percakapan, biar kerasa lebih hidup 😍💪
Kim Tyaa: Huhu makasih atas masukan dan sarannya🙏😍
total 1 replies
Jee Ulya
Sakiiit bgtt
Kim Tyaa: Nusuk di hati
total 1 replies
Jee Ulya
Kalau aku di posisinya juga akan gitu, sih
Kim Tyaa: Nah iya kannn ... Pasti kita denial juga
total 1 replies
Jee Ulya
Kebayang ngeluarin nyaa. gede bangeet😣
Kim Tyaa: Haha langsung terconnect ke otak yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!