NovelToon NovelToon
MENGANDUNG BENIH SI BOSS

MENGANDUNG BENIH SI BOSS

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Pernikahan rahasia / Perjodohan / CEO / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:214
Nilai: 5
Nama Author: Mama Rey

Mira tiba-tiba terjebak di dalam kamar hotel bersama dengan Angga—bosnya yang dingin, arogan, dan cuek. Tak disangka, setelah kejadian malam itu, hidup Mira benar-benar terbawa oleh arus drama rumah tangga yang berkepanjangan dan melelahkan.
Mira bahkan mengandung benih dari bosnya itu. Tapi, cinta tak pernah hadir di antara mereka. Namun, Mira tetap berusaha menjadi istri yang baik meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan. Hingga suatu waktu, Mira memilih untuk mundur dan menyudahi perjuangannya untuk mendapatkan hati Angga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PRIA DINGIN

Pagi itu Mira bangun dengan pikiran gamang. Dia bangun dan menatap kamarnya yang besar dan megah. Jauh lebih mewah dari kamar di rumahnya sendiri yang minimalis.

Dia bangun dan berjalan keluar dari kamar itu, ya itu adalah kamar tamu yang dia tempati karena sang suami enggan menyentuhnya. Dari pada berdebat kusir, Mira memilih untuk mengalah dan mengiyakan saja apa yang diperintahkan suaminya, Angga.

"Yang terpenting aku sudah mendapatkan uang untuk biaya berobat ibuku," gumamnya kala itu.

Mira bangun dan segera ke kamar mandi, dia masih tak percaya bahwa dirinya saat ini adalah istri seorang CEO. Setelah mandi dan bersiap rapi, Mira bermaksud hendak membuat sarapan guna mengganjal perutnya sebelum berangkat ke kantor.

"Besar sekali rumah ini," ucapnya seraya berjalan menuju dapur.

Mira membuka laci kitchen set, ia terperangah saat mendapati banyak varian makanan instan, seperti mie instan, bubur ayam instan, aneke roti, selai, keju, aneka snack dan minuman kaleng, aneka susu kemasan dan makanan ringan lainnya.

"Makanannya banyak sekali," gumamnya seraya membuka kulkas.

"Wow ...! Surga buah!" Mira terheran saat melihat stock buah melimpah di dalam lemari pendinginnya. Dia juga mendapati stock makanan frozen yang melimpah.

"Ya ampun ... komplit sekali," bisiknya dengan perasaan terheran.

Mira tercengan bermenit-menit sampai lupa membuat sarapan. Hingga akhirnya dia hanya menyomot sebuah pisang dan meminum susu kemasan kotak, dan segera berangkat kerja.

****

Suasana di kantor terasa sangat canggung bagi Mira. Beberapa rekan kerjanya saling berbisik dan berghibah. Mereka masih mengira jika malam itu Mira benar-benar tidur sekamar dengan Angga, dan melakukan hubungan intim dengan si boss.

"Enak banget loe, Mir. Habis ngeuek lalu dinikahin sama boss besar. Woah, mimpi apa loe sebelum kejadian malam itu?" Rosa, si tukang gosip di kantor itu mulai mencibir.

"Jangan-jangan loe pakai jampi-jampi, yee?" tandasnya.

Mira memilih untuk tak menghiraukan ejekan rekannya itu. Rosa adalah leader untuk divisi marketing, dia termasuk karyawan teladan yang selalu meraih reward tahunan karena penjualan timnya yang selalu menukik tajam. Ya, bisa dibilang, dia adalah leader marketing yang bisa diandalkan.

"Bagaimana rasanya menjadi orang kaya baru? Enak? Hehehe." Rosa terkekeh.

"Loe yang biasanya hidup di lingkungan kumuh, tempat tinggal kontrakan dan dikelilingi orang miskin, kini loe tinggal di dalam istana hanya bermodalkan meki doang? Halah ...! Hina amat, Cuy!" lanjutnya.

Mira menarik nafas panjang, lalu menoleh ke arah Rosa yang masih berdiri di depan meja kerjanya.

"Lebih baik dieuwek terus dinikahin ..., dari pada loe, kagak ada yang mau nikahin sampai setua ini." Dia pun akhirnya angkat bicara.

"Biarpun miskin begini, meki gua bisa merubah hidup gua menjadi orang kaya baru kata loe tadi. Dari pada meki punya loe, kagak laku! Diobral puk kagak ada yang berminat." Mira mengangkat ujung bibirnya hingga membentuk senyuman sinis.

"Eh, bangke loe, Mir! Dasar sok laku!" Rosa mendengkus.

"Ya memang kenyataannya gua udah laku," sahut si Mira yang sudah tidak bisa bersabar menghadapi tingkah rekan kerjanya itu.

Rosa pun beranjak pergi setelah mendengkus gusar.

"Sudah, Mir. Jangan diladenin," kata Nana, sahabat Rosa di kantor.

"Biarin! Dia yang mulai duluan!" Mira pun mencebik kesal.

"Dah lah, gitu aja loe baper, loe udah hapal kan bagaimana sifat buruk si Rosa? Dia itu memang gak bisa kalau gak ngajakin orang lain ribut." Nana menyilangkan tangan di depan dadanya, lalu terkekeh.

"Loe bisa-bisa darah tinggi dan mati muda kalau loe ngeladenin si Rosa," kelakarnya.

"Nah, kalau loe mati, si Rosa pasti maju untuk merebut Pak Angga, tuh, wakakak." Nana pun tergelak juga.

"Halah, masa bodoh, dah! Suruh ambil saja sana!" Bibir Mira mencebik.

"Yakin, nih? Nanti kalau diambil beneran, loe malah mewek,dah." Nana masih tergelak.

"Dah, ah, ayo ngopi. Puyeng nih kepala gua." Mira segera mematikan layar laptopnya dan berjalan mendahului sahabatnya. Nana pun mengekor di belakang sang sahabat.

Mereka melewati ruangan demi ruangan untuk sampai ke kantin di lantai satu. Tentu saja mereka juga melewati ruang kerja big boss, Angga.

"Gak ngajak suami loe makan siang atau ngopi, nih, Mir?" Nana kembali menggoda.

"Apaan sih? Dah lah lupakan! Dia mana mau makan di kantin bareng kita?" Mira terkekeh pelan.

"Kamu kira dia bakalan mau, makan nasi uduk dicampur dengan kikil pedas? Atau makan ketoprak semeja bareng gua? Atau ... ngopi di warung Bu Lis, kopi sachet dua rebuan? Ah ... paling-paling dia cuma nyengir sambil bilang, kampungan ...!" Wanita itu menirukan gaya bicara boss sekaligus suami abal-abal-nya itu.

"Waakak, sotoy loe, ah." Nana tergelak.

Tepat setelah itu, mereka melewati ruangan Angga, dan saat itulah, pintu ruangan tersebut terbuka sedikit.

"Kayaknya bau parfum cewek, deh, Mir," bisik Nana.

"Ah, mungkin itu parfum si Rika, dia kan sekretaris yang selalu tebar pesona tapi kagak gatel." Mira berucap sekadarnya.

"Nah, iya. Dia itu sok canteek, tapi kagak gatal. Itu point pentingnya," timpal si Nana.

"Catet ...!" Mira pun terkekeh.

Dan mereka pun sampai di depan pintu lift, sontak mereka masuk ke dalam lift dan turun ke lantai 1. Kedua sahabat itu masih terus berrcengkrama tentang hal-hal random, hingga lift sampai di lantai 1 dan pintu pun terbuka.

Mereka segera menghamburkan diri ke kantin di area pujasera tersebut, karena memang di lantai 1 adalah area cafetaria dan warung makanan segala macam menu, juga tempat nongkrong untuk para karyawan di kantor-kantor sekitar.

"Lah, ini dia si Rika," kata Nana saat melihat Rika sudah menyendok sepiring bakso di hadapannya.

"Bukannya loe tadi di ruangan Pak Boss?" Nana pun memicing, diikuti Mira yang terlihat penasaran juga.

"Apa kalian gila? Mana mungkin gua di ruangan Pak Angga kalau lagi ada si Lampir?!" Rika pun mencebik, lalu mendengkus pelan.

"What ...? Si Lampir? Jadi itu si Carla?" Nana pun terbelalak.

"Ups ... sorry, Mir." Rika mendadak kucep dan menutup mulutnya.

"Apaan sih, loe, Rik. Gua mah biasa aja." Mira menyahuti dengan wajah datar, lalu mengambil tempat duduk di depan Rika, disusul si Nana yang duduk di samping Mira.

"Eh, bagaimanapun juga, loe kan bininya si boss, lancang juga nih mulut gua. Gua lupa kalau sekarang loe itu Nyonya Angga. Heheheh, duh, maap, ye." Rika pun terkekeh.

"Dih, apaan, sih? Itu kan hanya pernikahan sementara. Hanya untuk mempertahankan citra Pak Angga dan citra Pak Bambang berserta citra keluarga Artoyudho lainnya." Mira tersenyum masam.

"Ah, iya juga sih. Yang penting, loe udah dibayar mahal untuk andil dalam drama gak jelas ini," bisik si Rika.

"Pelankan suaramu, Bodoh! Nanti kedengaran yang lain!" Nana menabok jidat sekretaris Angga yang konon seksi tapi tidak gatal itu.

"Ah, iya. Sorry, sorry, gua suka keceplosan. Otak gua rada hank kalau perut gua masih lapar, hehehe." Rika pun terkekeh.

Mereka bertiga lanjut menikmati makan siang dan asik bercengkrama hingga hampir satu jam.

"Ayok balik, Gaes! Hampir jam 1, Cuy!" ajak si Rika.

"Gua mau merekap report mingguan. Besok weekend, gua kagak mau kalau harus ditelpon laki loe, dan minta report via email. Gua mau nyalon besok, hehehe." Wanita itu terkekeh seraya menatap si Mira.

"Sama, gua juga mau menyelesaikan laporan keuangan. Yuk ah, balik," sahut Mira, lalu beranjak dari kursi, dan membayar pesanan makanan dirinya dan kedua sahabatnya.

"Berapa punya gua?" tanya si Nana sambil berjalan mengekor Mira menuju lift.

"Dah gua bayarin semuanya," kata Mira sambil melangkahkan kaki ke depan pintu lift.

"Ecieehh ... Bu Boss, banyak duit ...! Sering-sering saja traktir kita-kita, Mir, gua doain laki loe bakal tambah sayang sama loe, ahahaha. Tapi entah doa gua dibawab apa kagak sama Tuhan." Rika tergelak lepas.

Dan pintu lift pun terbuka. Terlihat Angga dan Carla berada di dalam lift dan keduanya hendak keluar. Carla memeluk pinggang pria itu denga erat. Bau parfumnya menguar menguasai udara di sekitar. Angga pun terlihat memeluk begitu bahagia, wajahnya berbunga-bunga, sangat berbeda saat dia di rumah dan bertatap muka dengan Mira, istrinya.

"Siang, Pak " Rika menyapa bossnya dengan clingukan, apalagi tadi dia berucap cukup vokal sesat sebelum lift itu terbuka.

Angga hanya mengangguk dingin.

"Rika, selesaikan report mingguan dan kirim ke email saya sebelum jam 3. Setelah itu, kau boleh pulang," kata pria itu.

"Baik, Pak." Rika mengangguk segera.

Angga dan Carla pun bergandengan tangan berjalan ke tempat parkiran di area samping cafetaria. Pria itu sama sekali tidak melihat Mira. Mereka berdua seakan tidak saling kenal satu sama lain. Hanya sebagai atasan dan bawahan.

Mira dan kedua sahabatnya melanjutkan langkah mereka.

"Hei, kamu. Siapa namamu ...? Ah, iya ..., Mira." Angga berbalik dan menyorot mata istrinya. Dia bahkan tidak hafal dengan nama istrinya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!