Tidak ada seorang pun yang bisa menebak takdir Tuhan untuk perjalanan hidupnya.
Almayra adalah seorang gadis biasa yang berasal dari keluarga sederhana.
Dia tidak pernah bermimpi untuk menjadi orang ketiga dalam kehidupan rumah tangga orang lain.
Namun takdir Tuhan justru membawanya kesana.
Apa yang bisa dilakukan kalau Tuhan sudah menentukan segalanya.
Almayra hanya bisa menjalani semuanya dengan iklhas dan mencoba menerima kenyataan.
Air mata, bahagia, susah, senang dan perjalanan hidup yang penuh liku mewarnai kehidupan Mayra setelah dia terpaksa menerima keinginan sang Ayah untuk menjadikan nya istri kedua seseorang.
Bagaimana akhir kisah hidup kita, kita jugalah yang dapat menentukan.
Hanya dengan kesabaran dan ketegaran semua akan berakhir indah pada waktunya.
Yuukk..kita simak bagaimana Mayra menjalani kehidupan kerasnya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Lunch
Setelah Agam keluar, kini hanya tersisa Dirga dan Mayra saja dalam ruangan tersebut.
Dirga tampak sedang menatap tajam kearah Mayra yang sedang menunduk. Perasaan nya sedikit tegang tidak tahu apa yang akan dilakukan Dirga padanya.
"Kemarilah.!"
Titah Dirga masih tetap menatap Mayra.
"Kalau ada yang ingin kau sampaikan silahkan langsung saja bicara.!"
Bantah Mayra bergeming, duduk di tempat nya semula. Dirga jadi gemas sendiri.
"Kubilang kemari.!"
Suara Dirga sedikit meninggi dan tatapannya semakin tajam campur kesal.
Akhirnya Mayra mengalah, dia berdiri melangkah mendekat ke arah Dirga.
Belum juga sampai Dirga sudah menarik tangannya membuat Mayra terhuyung dan terduduk di atas pangkuan Dirga.
Tangannya spontan memegang pundak Dirga, mereka kini terpaut dalam pandangan yang semakin dalam dan intens.
"Apa kau tidak suka aku tahan di sini.?"
Tanya Dirga mendekatkan wajahnya, dan Mayra langsung memundurkan wajahnya.
"Apa yang ingin kau sampaikan.?"
Balik tanya Mayra yang kini mulai bergerak ingin bangkit dari rangkulan Dirga. Tapi tangan kiri Dirga semakin mengunci pinggang nya hingga dia kini kembali terduduk tak berdaya.
"Aku hanya ingin mengajakmu makan siang.!"
Mayra terkejut. Dirga tersenyum manis, tangan kanannya bergerak merapihkan hijab Mayra yang sempat kusut karena tertarik.
Setelah itu tangannya turun mengelus pipi halus mulus Mayra dan berakhir di bibir pink meronanya, dibelainya lembut bibir itu. Di kecupnya pelan, dan akhirnya di lumatnya dengan penuh kelembutan. Mayra yang semula berusaha menolak pada akhirnya hanya bisa membalas ciuman itu karena tengkuknya di tahan hingga dia tidak bisa lagi berontak.
Mereka terhanyut dalam ciuman hangat penuh kelembutan.
Mayra tersadar dengan keadaan, mereka sekarang sedang berada di tempat yang tidak sepatutnya melakukan hal-hal yang tidak wajar.
Dia segera melepaskan ciuman yang semakin memanas itu, tangan Dirga bahkan sudah bergerilya ke daerah favorit nya yakni gunung kembar miliknya.
Dia cepat berdiri dan berusaha merapihkan kembali pakaiannya yang sedikit kusut. Sementara Dirga tampak sedikit kecewa, dan dia berusaha untuk mengendalikan hasratnya yang selalu saja langsung naik saat bersentuhan dengan istrinya itu.
"Ayo..katanya mau mengajak ku pergi.!"
Ucap Mayra memandang Dirga yang masih duduk santai diatas kursinya.
"Berikan aku panggilan yang layak..!"
Sanggah Dirga dengan tatapan tajamnya.
Mayra mengerutkan alis tak mengerti.
"Maksudmu..?"
"Aku sudah menyuruhmu memanggilku dengan sebutan apa tadi pagi.?"
Mayra terkejut dan wajahnya sontak memerah.
"Tapi ini di kantor mu, ini di tempat umum..!"
"Aku tidak peduli, hanya ada kita berdua disini.!"
Mayra terdiam. Pria ini benar-benar menyebalkan.
Dia sangat pemaksa.
"Hemm..baiklah..ayo sayang..bukannya mau mengajakku makan siang ya.?"
Senyum lebar terukir di bibir Dirga. Dia bangkit kemudian melangkah dan menarik tangan Mayra.
Setelah itu mereka berdua berjalan keluar dari ruangan itu, masuk ke dalam lift khusus yang tidak bisa dipakai sembarang orang.
Dirga tak melepaskan genggaman tangannya pada Mayra, hingga membuat Mayra sedikit gugup.
Sampai keluar dari dalam lift pun dia terus menggandeng erat tangan Mayra.
Mereka sampai ke parkiran khusus yang hanya diisi oleh mobil Dirga saja sebagai CEO di perusahaan itu.
Lee yang sudah berada di sana dengan sigap membukakan pintu untuk mereka.
.....
Lee membawa mereka menuju sebuah restoran mewah. Setelah sampai di tempat tujuan keduanya turun di parkiran khusus.
Dengan tetap menggenggam erat tangan Mayra Dirga membawanya masuk ke sebuah ruangan VVIP di restoran itu.
Mereka duduk berhadapan. Dan Dirga kembali dengan wajah datarnya, duduk elegan dengan menumpang kaki, kedua tangan nya di simpan di sandaran sofa, serta tak henti memandang Mayra.
Mayra merasa risih sekaligus salah tingkah melihat tatapan Dirga.
Ada apa dengan laki-laki ini, dari pagi sikapnya sungguh berbeda.??
Gumam Mayra dalam hati.
"Apa kau tidak bisa kalau tidak menatap ku.?"
"Kau tidak suka.?"
"Bukan begitu aku hanya merasa risih saja.."
"Jangan lupa pakai akhiran sayaang..!"
"Hahhh..?? dasar anehh..!!"
Gumam Mayra menatap Dirga jengah.
"Mulai sekarang, kau harus memanggilku seperti itu, kalau tidak aku akan memberimu hukuman..!"
Titah Dirga. Mayra melengos sebal.
Dirga hanya tersenyum kecil melihat tingkah Mayra.
Dan sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya??
Kenapa dia jadi bersikap kekanakan begini.?
Tapi dia benar-benar suka melihat wajah kesal Mayra saat dia menjahili nya, terlihat lucu dan menggemaskan.
Pelayan datang membawakan pesanan mereka dan menghidangkan nya dengan hati-hati.
Setelah selesai dia membungkuk hormat ke arah keduanya lalu pergi.
"Kenapa sekretaris Lee tidak ikut makan sama kita.?
Bukankah ini juga jam makan siangnya.?"
Tanya Mayra sambil mulai menuangkan makanan di piring Dirga.
"Kenapa, kau suka kalau dia mengganggu kita.?"
Tanya Dirga sewot, wajahnya juga terlihat tidak suka.
"Bukan begitu, aku hanya bertanya saja kan..!"
"Dia bukan anak kecil, bisa mencari makan sendiri.!"
"Baiklah kau benar.."
Mayra tak ingin berdebat lagi.
Akhirnya mereka memulai makan siangnya dengan tenang. Seperti biasa Dirga sesekali menatap wajah cantik Mayra, yang sedang makan dengan anggun di hadapannya.
Dia sepertinya sekarang ini sudah kecanduan, hingga rasanya ingin terus memandangi wajah elok wanita yang berstatus istri keduanya itu.
Akhirnya makan siang pun selesai.
Mayra berpamitan pada Dirga untuk melaksanakan sembahyang Dzuhur dulu.
Kemudian Lee masuk ke ruangan itu untuk menyerahkan beberapa file pekerjaan yang harus di cek oleh Dirga sambil mengisi waktu istirahatnya..
"Kita keluar lewat jalan depan saja.!"
Ucap Dirga sambil menutup berkas dan kembali di serahkan pada Lee yang tampak sedikit terkejut.
"Tapi tuan..itu akan menimbulkan sedikit kecurigaan orang-orang yang melihat anda nanti."
"Biarkan saja.!"
Debat Dirga. Lee mengerutkan alisnya sedikit, dia berpikir apakah tuan nya ini sudah mulai berubah pikiran.?
"Baik Tuan, kalau begitu saya akan memindahkan mobil dulu.!"
"Heumm.."
Lee membungkuk, lalu pergi keluar dari ruangan itu.
Tidak lama Mayra sudah kembali dengan wajah segar sehabis membasuh muka dengan air wudhu.
Terlihat semakin bersinar dan bercahaya, inner beauty nya seolah semakin terpancar, membuat Dirga tak berkedip menatap nya.
Padahal wajah nya itu benar-benar natural tanpa polesan apapun saat ini.
"Sayang..sudah selesai kan..? Aku harus segera kembali ke kantor. Banyak pekerjaan yang tertunda."
Ucap Mayra seraya mengambil tasnya.
Dirga masih menatapnya dengan enggan.
"Baiklah..kalau begitu aku akan pergi duluan saja.!"
"Hei hei..apa-apaan kau ini.! apa kau sudah tidak sabar ingin segera menemui bos mu itu hahh.?"
Sergah Dirga sambil menarik tangan Mayra hingga akhirnya Mayra kembali terduduk di samping Dirga.
"Kau selalu saja berburuk sangka.! Aku benar-benar banyak pekerjaan, kau tahu sendiri kan tadi aku tidak langsung balik ke kantor.!"
Ucap Mayra sambil menatap wajah tampan Dirga.
Dalam sekali gerakan Dirga mencium bibir Mayra dan melumatnya rakus. Mayra meronta mendorong dada Dirga karena kaget dengan serangan nya.
Kenapa laki-laki ini suka sekali menciumnya sih.?
Untung mereka adalah pasangan halal.
Gumam Mayra dalam hati sedikit kesal.
Tapi anehnya dia juga selalu menikmati setiap serangan ciuman dari suaminya tersebut.
Mereka akhirnya keluar dari restoran itu melalui pintu depan yang cukup privat, tapi tetap saja bisa dilihat oleh pengunjung lain yang ada di sana.
Saat mereka masuk ke ruang paling depan dari restoran tersebut, tiba2 tanpa di duga muncul Evelyin bersama asisten dan juga manajernya.
Mereka berhenti, kaget dan saling menatap.
Evelyin terlihat menatap tajam penuh kebencian pada Mayra yang telah berani jalan bersama suaminya tanpa sepengetahuannya. Dia maju mendekat, dan..
Plak !
Tanpa aba-aba Evelyin memberikan tamparan keras di wajah Mayra hingga membuatnya sedikit terhuyung ke belakang dan Dirga reflek merangkulnya.
Melihat hal itu emosi Evelyin meledak, dia semakin merangsek ingin kembali memukul Mayra , tapi di tahan oleh tangan Dirga .
Mereka berdua kini bertatapan panas terbakar emosi.
"Lepas honey..!! akan ku beri pelajaran wanita murahan ini..!! berani-beraninya dia mencoba merayumu..!! sudah merasa hebat dia rupanya.!"
Teriak Evelyin sambil meronta ingin melepaskan pegangan tangan Dirga yang sangat kuat di tangannya. Mayra beringsut menjauh.
Dirga meliriknya sekilas melihat keadaanya.
Matanya tampak menyala menahan emosi.
Dia dalam dilema sekarang.
"Hei..wanita kotor.! dengar ya.! sudah merasa cukup terkenal kamu rupanya hanya karena iklan jelekmu itu.! Ciihh..!! Benar-benar memalukan.! Baru segitu udah tebar pesona di mana-mana.!! "
Evelyin meludah di depan Mayra dan hal itu membuat Dirga semakin tersulut emosinya.
"Jaga bicaramu Ev..!!" bentaknya menggelegar.
Semua yang ada di tempat itu membeku, gemetar.
Evelyin menatap tak percaya pada Dirga, suami yang sangat mencintainya itu berani membentaknya..
**********
TBC....