NovelToon NovelToon
TUMBAL TERAKHIR

TUMBAL TERAKHIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Horor / Iblis / Fantasi Timur
Popularitas:447
Nilai: 5
Nama Author: pena biru123

Ini adalah kisah wanita bernama Ratih, yang pulang dari merantau tiga tahun yang lalu, dia berniat ingin memberi kejutan pada neneknya yang tinggal disana, namun tanpa dia ketahui desa itu adalah awal dari kisah yang akan merubah seluruh hidup nya

bagaimana kisah selanjutnya, ayok kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pena biru123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 20

Ratu Serigala Luna bergerak cepat. Ia memimpin enam Serigala Salju terbaiknya. Mereka adalah makhluk-makhluk yang lahir dari badai, dengan bulu seputih salju abadi dan mata sebiru es yang membeku. Mereka bergerak dalam keheningan yang mematikan di antara tebing-tebing Lembah Penguasa, mengabaikan ketakutan yang berusaha merayapi setiap langkah mereka.

"Lembah Kematian," gumam Luna, napasnya mengepulkan uap beku. "Bahkan udara di sini terasa seperti kematian yang membusuk."

Lembah Kematian bukanlah sekadar jurang. Itu adalah pusaran energi negatif, tempat di mana ilusi berlumuran dengan kenyataan yang paling mengerikan. Bau busuk yang menusuk—campuran belerang, darah basi, dan pembusukan sihir—menusuk hidung mereka.

Mengikuti benang tipis telepati Ratih, Luna memimpin kelompoknya menuju tepi jurang. Saat mereka tiba, jurang itu sudah tertutup, hanya menyisakan celah tipis di tanah yang mengeluarkan kabut hitam tebal.

"Mereka ada di bawah," perintah Luna. "Kita harus turun."

Serigala termuda, Sagara, menggigil. "Tapi, Ratu... itu adalah tempat para Mayat Hidup lahir. Tidak ada energi kehidupan di sana."

"Justru itu," balas Luna, matanya yang biru menusuk kabut. "Ratih dan kawan-kawan tidak memiliki kekuatan Api Biru untuk menahan kegelapan itu. Mereka akan menjadi santapan pertama Bayangan yang lapar. Kita tidak punya waktu."

Dengan lompatan tanpa ragu, Luna meluncur ke dalam jurang yang gelap. Lima Serigala Salju lainnya mengikutinya, mendarat dengan lembut di lapisan kabut. Sagara ragu sejenak, lalu melompat menyusul.

Dasar Lembah Kematian adalah neraka yang berlumuran lumpur hitam dan tulang-belulang monster purba. Penerangan hanya berasal dari cahaya jamur-jamur sihir berwarna hijau pucat yang tumbuh di antara jaring laba-laba raksasa. Di tengah kengerian itu, Ratih, Wijaya, Jaya, dan Dara tergeletak tak sadarkan diri.

Mereka bukan satu-satunya. Mayat-mayat monster dengan mata kosong dan anggota tubuh yang terpelintir perlahan-lahan mulai bergerak, tertarik oleh aroma darah segar.

Luna mendarat beberapa meter dari mereka. Jaring-jaring tebal yang menembak dari Bayangan pengawal saat mereka jatuh telah menyelimuti tubuh Ratih dan kawan-kawan. Jaring itu beracun, melumpuhkan. Di atas jaring itu, laba-laba seukuran kepala manusia mulai menenun sarang baru.

"Cepat!" perintah Luna. "Robek jaring itu! Sagara, gunakan Cakar Beku-mu untuk memutuskan racunnya!"

Serigala-serigala Salju bergerak gesit. Kaki mereka mencakar udara, memutuskan benang-benang laba-laba tebal. Luna sendiri merobek jaring yang mengikat Ratih.

Namun, laba-laba itu bukan ancaman terbesar. Tiba-tiba, tumpukan tulang belulang di dekatnya bergerak. Sebuah raksasa kerangka, diselimuti jamur beracun dan sisa-sisa armor, bangkit perlahan. Matanya kosong, tetapi raungan yang keluar dari rongga mulutnya memekakkan telinga.

"Mayat Hidup! Lindungi mereka!" raung Luna.

Pertempuran pecah. Cakar es Serigala Salju menghantam tulang-belulang, memecahkannya menjadi debu. Namun, setiap tulang yang hancur, dua tulang lagi muncul dari lumpur.

Sagara, si serigala muda, fokus pada Ratih. Ia meletakkan cakar yang diselimuti es murni di luka tusuk Jaya dan di dahi Ratih. Es itu perlahan menyerap racun dan rasa dingin yang disebabkan oleh Penguasa.

"Mereka masih hidup," lapor Sagara, lega. "Tapi tenaga dalam Ratih telah hancur. Ini lebih parah daripada yang kita kira, Ratu."

Luna, setelah mengalahkan kerangka raksasa dengan gigitan yang membekukan, bergegas. "Cukup! Kita harus keluar dari sini! Bentuk formasi perisai, aku akan membawa Ratih!"

Dengan gerakan cepat, Luna mengangkat Ratih yang lemas di punggungnya. Empat serigala lain membawa sisa kelompok yang terluka. Sagara dan Serigala lainnya, Lyra, membentuk perisai belakang, menahan serangan tak berujung dari Mayat Hidup yang merangkak.

Melarikan diri dari dasar lembah lebih sulit daripada turun. Butuh waktu yang terasa seperti keabadian, dengan lolongan Serigala Salju yang terluka, hingga akhirnya mereka kembali ke atas, ke udara Lembah Penguasa kegelapan, meski dingin, terasa jauh lebih bersih daripada di bawah.

Luna membawa mereka kembali ke tempat tersembunyi jauh di pegunungan, di mana Sarang Serigala Salju berada, sebuah gua es alami yang hangat dan dilindungi oleh sihir.

Setelah dua hari yang panjang, Ratih akhirnya membuka matanya. Rasa dingin yang luar biasa merayap di tubuhnya. Ia menoleh, melihat Wijaya, Jaya, dan Dara berbaring di sampingnya, juga terbalut perban tebal.

" Aria...kaeil...Bolu..." bisik Ratih, suaranya serak.

Luna duduk di sampingnya, memandang dengan mata penuh simpati. "Mereka telah dibawa ke bagian terdalam Lembah Penguasa. Kau terlalu memaksakan diri, Api Merah. Kekuatanmu... itu telah hancur."

" Ratu luna...apa masih bisa diperbaiki?" tanya Ratih, dengan harapan tipis.

"Inti Api Birumu tidak hilang, tapi tersegel. Disegel oleh Ketiadaan milik Penguasa," jelas Luna. "Dia tidak menghancurkannya, dia mencurinya inti api biru dari Liontin itu. Liontin itu adalah mata rantai antara dirimu dan Api Purba. Tanpa itu, kamu hanyalah... manusia biasa."

Ratih menutup matanya, merasakan keputusasaan.

Tiba-tiba, Jaya, yang sudah bangun, berbicara. "Kita harus kembali. Sebelum Penguasa mengubah Kael dan menyiksa Aria."

Wijaya mengangguk. "Dan aku butuh pedangku kembali. Aku tidak akan membiarkan Penguasa menang."

" Tapi kalian semua hanya mengantar nyawa kesana, karena tubuh dan kekuatan kalian telah melemah, bahkan luka di tubuh kalian terlalu parah" jelas luna pada semuanya.

Lalu Luna memandang mereka dengan tajam. "Kalian semua terluka, dan yang lebih penting, kalian lemah. Jika kita kembali sekarang, kita hanya akan menambah jumlah boneka Penguasa. Aku punya rencana, tapi itu membutuhkan waktu, dan yang terpenting, tekad."

" Lalu kamu harus bagaimana Luna, kami tidak bisa membiarkan pengusaha kegelapan itu merubah mereka jadi bonekanya " ucap Ratih dengan wajah putus asa

" Kalian harus pulih, dan belajar mengalahkan penguasa kegelapan, sementara waktu aku akan merawat kalian agar pulih dulu.

Dan soal teman kalian yang dikurung, mereka akan baik-baik saja sampai malam bulan purnama penuh" jelas luna .

Pemulihan total: Menggunakan sihir es dan tanaman langka pegunungan untuk menyembuhkan luka dan melawan racun.

Pelatihan Intensif: Melatih Ratih untuk mengendalikan sisa-sisa energinya tanpa liontin.

Kunci Tersembunyi: Fokus pada kemampuan tersembunyi Wijaya, Jaya, dan Dara yang selama ini bergantung pada Api Biru Ratih.

.

: Setelah siap, Luna dan para Serigala Salju akan memimpin tim penyelamat untuk menyusup ke sarang Penguasa.

"Inti dari latihan kalian," kata Luna, menatap Ratih. "Adalah untuk mempelajari cara menyerang Ketiadaan. Penguasa Kegelapan tidak bisa dilukai oleh Api atau pedang. Dia hanya bereaksi terhadap energi murni dan tak terbatas. Energi apa yang lebih murni daripada Kehendak?"

Luna menunjuk ke pergelangan tangan Ratih. "Tanpa liontin, satu-satunya penghubungmu dengan Api Biru adalah jiwamu. Kita akan melatihmu untuk memaksa api itu bangkit dari dalam, dari kehampaan yang ditinggalkan Penguasa. Kamu harus menjadi Api yang Terlahir dari Ketiadaan."

Ratih menatap tangannya yang terasa hampa. Api Biru, kekuatan yang selalu membara, kini hanya menjadi kenangan dingin. Tapi melihat wajah temannya, memikirkan Kael yang akan diubah dan Aria yang kaku, tekad baru membakar jiwanya—tekad yang lebih kuat daripada Api mana pun.

"Berapa lama?" tanya Ratih.

"Satu bulan," jawab Luna. "Dalam satu bulan, kami akan menjadikan kalian lebih kuat dari sebelumnya. Atau kita semua akan mati di tangan Penguasa Kegelapan."

Di saat yang sama, jauh di dalam Lembah, Penguasa Kegelapan mengamati Inti Api Biru Ratih di tangannya. Energi api itu memberontak, terperangkap di dalam cengkeraman kegelapan.

"Kau berani melawan, Api Kecil," bisik Sang Penguasa. "Tapi kau akan menjadi milikku. Sama seperti boneka kain itu..."

Penguasa menoleh, melihat Bolu, boneka kain Dara, yang memancarkan cahaya biru redup saat disentuh oleh Bayangan. Cahaya itu murni dan misterius, seperti bintang kecil di tengah malam.

"Meskipun hanya mainan," gumam Penguasa. "Boneka ini memiliki rahasia yang jauh lebih menarik daripada Api Merah yang konyol. Sebuah sumber daya tersembunyi... Apa sebenarnya kamu, Bolu?"

Penguasa tertawa, tawa dingin yang menggetarkan batu. Persiapan transformasi Kael dan pengungkapan misteri Bolu baru saja dimulai. Waktu terus berjalan, dan Ratih hanya memiliki satu bulan untuk menjadi harapan atau kehancuran mereka semua.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!