Kata orang, hal yang paling berkesan dan takkan pernah bisa dilupakan adalah malam pertama. Tapi untuk seorang gadis bernama Jaekawa Ayu, malam pertama yang seharusnya bisa ia kenang seumur hidup justru menjadi hal yang paling ingin ia hapus dari ingatan.
Bagaimana tidak, ia melakukannya dengan lelaki yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Lama melupakan kejadian itu, takdir justru mempertemukan Jae dengan lelaki itu di satu tempat bernama Widya Mukti. Apakah Jae akan menagih janji itu atau justru berpura-pura tak mengenalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29# Anjeli's day
Jae merentangkan kedua tangannya pada Yara, demi menyambut bayi gemoy itu, namun ia justru bergerak tersipu malu yang sampai melenting melengkung centil saja diantara baju balon warna ungu pastelnya.
Dan Jae masih mengobrol santai dengan Vio, tentang...Widya Mukti, tentang kampus UNJANA dan tentang prospek ke depannya di bangku belakang.
Sementara Shaka menyetir dengan Arlan di sampingnya.
"Abis ini ada rencana ambil S2 atau langsung kerja?" tanya Vio, membuat Jae berpikir sejenak, "emhh, belum kepikiran kesitu kak, kemaren sih sering dimintain jadi asdosnya Bu Meli. Pengennya ambil magister sambil coba cari pengalaman."
"Kaya Arlan dulu dong, pas semester 3. Keterima training di BUMN, pas masih ambil magister, ya Lan?" Vio melempar pertanyaan itu pada lelaki di depan Jae.
"Mau coba aku masukin?" tanya Arlan yang justru membuat mereka diam, bahasa ambigunya itu bahkan membuat Vio menggeplak bahunya.
Shaka tertawa, "si bang sat." umpatnya pelan.
"Maksudnya mau coba masukin lamaran kerja di tempat kerjaku tepatnya di anak cabangnya? Nanti aku bantu...atau ada niatan jadi dosen?"
Jae menggeleng, "nanti dipikirin lagi. Masih ada beberapa semester, masih lumayan lama." jawabnya.
Amalan apa yang Jae lakukan bertemu dengan mereka? Diantara gempuran persaingan dunia kerja, ia justru ditawari begini, ditambah tawaran menjadi istri seorang yang berpenghasilan.
Tempat acara sudah terasa vibesnya, beberapa orang dengan stelan kondangan, entah baju terbaik, bekas lebaran kemarin terlihat berlalu lalang melintas.
Sayup-sayup suara organ tunggal beradu dengan dentingan lonceng pedagang es krim cincau dan speaker tahu bulat.
Jae kadang tak mengerti, untuk apa berjualan makanan di depan hajatan yang jelas-jelas banyak menyuguhkan makanan gratis. Namun lebih herannya lagi, mereka laku.
Sesuatu yang, jika dianalisa...kalo kenyataannya, daya jual pembeli tidak bergantung pada kemungkinan tak laku itu. Sebab masih banyak berbagai faktor, contohnya diferensiasi produk, kenyamanan dan psikologi konsumen.
Oke, mungkin es krim yang ada di hajatan Anjeli adalah es puter sementara si Abang itu menjual es puter yang dicampurkan dengan cincau dan gula aren. Sungguh perhitungan usaha dan bisnis yang pintar meski sebagai pengusaha kecil, sekecil apapun peluangnya ia kejar.
Tirai-tirai berwarna golden dan putih melambai tertiup angin, bersama hembusan udara membawa serta lantunan merdu suara musik dangdut.
Mobil Rani terparkir menyesuaikan, dibantu hansip disana dan kawan-kawan KKN 30 nyatanya menunggu sang kepala suku untuk masuk ke tenda acara.
Jae turun dari mobil Shaka bersama Vio dan Arlan, dimana Jae sempat ijin untuk bergabung dengan kawan-kawannya.
"Amplop wey, gue lupa masukin duitnya." Ujar Andara bergegas membuka tas selempangnya, membuat Rani mengernyit tak paham, bukankah biasanya dikirim via transfer yang men-scan barcode?
"Berapa sih biasanya kalo titip hadiah pernikahan begini disini?" tanya Rani, "sejuta? Dua juta?"
Salsa tersedak salivanya sendiri. Apalah mereka yang hanya remahan rempeyek begini. Yang cuma bisa titip 100 ribu, apalagi ini kantong mahasiswa, *bacok dong*!
"Cepe aja Ran, ya tapi...kalo Lo mampu sih dengan senang hati penganten mau nampung, atau sekalian Lo tampung beban hidup mereka until Jannah juga ridho mereka." Ujar Andara ditertawai yang lain.
Arlan, Vio dan Shaka sudah mulai berjalan mengisi antrian di buku tamu, begitupun dengan mereka menyusul di belakang.
"Teteh!" sapa pagar ayu yang menjaga dengan make up hasil MUA kampung yang well---sudah bisa bersaing dengan MUA kota. Makanya para pagar ayu yang rupa anak kencur saja bisa jadi secantik yang punya hajat.
"Hay..." cukup bingung, siapa yang menyapa sebab tak sampai hafal satu persatu remaja kampung disini.
"Teteh aku ikut science camp yang dilist Tarka loh!"
"Oh, iya..."
"Teteh boleh foto engga?!" mereka saling pandang namun tak urung menerima permintaan para gadis itu.
"Kaya girl band Korea ih sumpah...teteh.." tawanya gemas.
"Iya, teh Bian cantik banget!"
Bianca langsung mendapat toyoran dan seruan dari mereka. Dan kehadiran mereka dinotice oleh warga yang juga hadir sebagai tamu undangan.
"Teh Jae ngga pake motor gedenya ihhh? keren sumpah..."
Setelah Jae membubuhkan nama KKN 30, lantas mereka mendapatkan kipas yang dibungkus dengan kain tile. Padahal sebelumnya Rani sudah mengeluarkan ponselnya dan cukup dibuat mengernyit, "barcodenya dimana?"
Hahahaha, Bianca tak tahan lagi, "kagak ada barcode-barcodean, mereka terima cash...Lo emang ngga bawa amplop?"
Maharani menggeleng.
"Ini?" Rani mengangkat itu.
"Kipas Rani...souvenir murah, ngga pernah dapet ya? Kasian...mainnya di mall sama mansion terus sih..." cibir Salsa membuat mereka tertawa.
"Ya gue tau souvenir. Tapi gue ngga paham ini apa isinya?"
Dan kembali, mereka harus mengantre demi mendapatkan giliran bersalaman dengan pengantin, sesekali mereka mendapati orang dapur lalu lalang dengan make up yang telah menjadi dua dunia. Alias beda lapisan antara kulit dan bedak dasar.
Sesil berdiri kalem, sementara Bianca dan Andara sudah bercanda sembari mendengarkan alunan musik dangdut yang mengalun dan sesekali lirih bernyanyi. Sementara Jae, ia sadar dengan Arlan yang sudah melambaikan tangannya, memberi sinyal keberadaannya.
Ia mengangguk singkat seiring dengan antrian yang maju.
"Eh teteh KKN !!" Seru Anjeli dalam balutan kebaya pengantin hijab warna hijaunya kini.
"Hay teteh Anjeli, selamat ya....sudah mematahkan takdir, kalo Anjeli ngga harus sama Rahul aja..." ujar Bianca, "selamat ya akang..."
Dikelilingi oleh gadis cantik ia hanya tersipu malu saja.
"Foto dulu, kang fotografer saya mau foto sama teteh-teteh KKN..."
Lantas mereka memposisikan diri membuat antrian di belakang harus dengan sabar menanti satenya habis.
Layaknya model fotogenik, mereka memasang gaya yang lain daripada tamu undangan lain, 1--2--3...
Jepret!
"Ya ampun teteh meni kaya apa sih yang kalo orang gaul bilang mah?"
Jae sempat mengernyit, "bridesmaid?" tanya Salsa diangguki Anjeli, "sekali lagi ahhh! Lucu, berasa jadi anggota girl band!" pintanya.
Jae dan kawan-kawan mau tak mau meladeni permintaan pengantin perempuan ini, "tunjuk teh Anjeli!" ucap Bianca berseru.
"HAPPY WEDDING!!!" jepret!
Mereka memilih tempat duduk sambil membawa sepiring nasi yang sudah diberi lauknya.
Dan dengan sigap para pengatur acara memberikan bangku besi, dan atas permintaan Arlan, mereka duduk bersama.
Rani melirik aneh sendok dan garpu yang ia pegang, "lah ini gimana konsepnya sih?" Ia membaca di belakang sendok dan garpunya
Wati--Asep
Cucu Erna
Mahadri sungguh langsung menyemburkan tawanya melihat sang adik kebingungan begitu.
"Berarti itu sendok sama garpunya bukan punya yang punya hajat, Rani..." terang Lula. Bahkan Andara dan Salsa sudah mati-matian menahan tawanya sebab sedang mengunyah.
"Itu artinya, sendoknya punya ibu Wati istrinya pak Asep. Garpunya punya Bu Cucu Erna." Tambah Jae.
"Kasian banget klan Purwangga ngga pernah ngerasain hal receh begini. Sini gue ajak keliling kondangan di Indonesia, Ran..." ujar Alby.
Hah! Rani baru ingat, "bang...Lo bawa amplop tambahan ngga?" tanya Rani mencolek pundak Mahadri, bukan Mahad namun Syua yang sudah tertawa, "ini gue tuh ngerasa Rani kaya terdampar dimana gitu. Persis dia dulu..." tunjuknya pada Mahad disetujui anggota KKN 21 yang lain.
Lantas Senja memberikan amplop baru miliknya dari dompet pada Rani, "nih... besok-besok kalo ngga ada amplop begini, Lo beli cadangan amplop angpaw. Yang penting isinya..."
Dan kembali Rani berpikir keras, "gue mesti isi berapa, kak Livi? Sejuta? Dua juta?"
Alby terbatuk begitupun Jovi, merasa jiwa miskinnya tercolek kah?
"Gue kalo punya bini begini, gaji gue auto abis buat kondangan." Ujar Arlan.
Mei tertawa bersama Jingga.
Jae hanya mengulas senyum disaat semua sudah hampir tersedak oleh makanannya sendiri.
Arlan memperhatikannya yang masih makan, sementara ia sudah selesai dan menyisihkan piring miliknya di bawah bangku.
Bersiap mengambil batangan tembakau, namun masih disana dan mengobrol dengan Zaltan.
"Jae!" heboh Bianca yang mencolek dirinya sembari menunjuk ke arah antrian mengular dimana seseorang dengan batik parangnya sedang memandang ke arahnya.
Ia selesai mengambil makan dan langsung mencari tempat duduk, "kang...teh.." sapanya pada mantan KKN 21, lantas berikutnya menyapa Jae, "eh teh Jae sama teteh yang lain ada disini juga, baru datang, teh?"
"Eh ada ee Siddiq?!" ucap Andara refleks yang langsung digeplaki Sesil, "maksudnya aa..." Andara tergagap lupa, "AA Siddiq."
Jae mengangguk sopan, "iya pak."
Siddiq terkekeh, "jangan bapak atuh teh, saya sama teh Jae ngga beda jauh umurnya. Saya bapak, teteh mau jadi ibunya gitu? Heheh, bercanda teh..."
Arlan menoleh horor dan berdehem.
Senja melipat bibir, Vio sudah tertawa. Alby dan Jovi langsung memasang taruhan.
Begitupun Zaltan yang mencolek perut Lula, "pulang yuk, bakal ada yang ngacak-ngacak orang abis ini..."
Arlan berdehem so-soan tertular batuknya Jae, dengan tangan yang sudah merambat merangkul kepala kursi Jae, "kurang ngga makannya?" jaraknya itu begitu dekat dan in tim seolah sedang menunjukan kedekatan mereka itu siap di publish termasuk pada lelaki bernama Siddiq.
Bianca melipat bibirnya begitupun yang lain yang mengalihkan pandangan ke arah lain, sementara Jae...ia anteng saja seperti air sungai yang tenang. Makan dan mengunyah seperti bumi gonjang ganjing tak terasa olehnya. Mau Arlan gontok-gontokan dengan Siddiq pun ia anteng saja makan sambil melihat panggung di depan sana.
"Engga udah cukup kenyang." Jawabnya.
Arlan bahkan sudah memasukan kembali batang tembakau miliknya ke dalam saku, urung melakukan nyebat di luar tenda.
/
"Selamat datang buat para tamu undangan, dan tamu istimewa bapak Kadus Widya Mukti teteh akang Co-op 21 dan teteh teteh KKN 30." sapa si biduan di depan sana, hak tingginya membuat tinggi badannya terdongkrak sempurna bersama baju kebaya seksi yang terbelah di bagian rok sebatas paha.
"Silahkan barangkali ada akang teteh yang mau request atau nyanyi menemani saya?" tawarnya tertawa renyah.
Di luar prediksi, Bianca berdiri saat Rani dan kawan-kawan memintanya menyanyi, "buruan...buruan Bianca...Bianca!" suara mereka didengar dan justru memancing keriuhan nama Bianca untuk maju ke depan.
"Bang ke Lo semua." umpat Bianca lucu sekali justru mengundang tawa.
duh gemes sama Bianca aku tuh
waktu di KKN 21 aku gemes sama senja sekarang ada bianca😍😍😍
🤭🤭🤭🤭
sabar ya abang arlan di kata lutung🤭