NovelToon NovelToon
Menguasai Petir Dari Hogwarts

Menguasai Petir Dari Hogwarts

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Fantasi / Slice of Life / Action
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zikisri

Nama Ethan Cross dikenal di seluruh dunia sihir sebagai legenda hidup.

Profesor pelatihan taktis di Hogwarts, mantan juara Duel Sihir Internasional, dan penerima Medali Ksatria Merlin Kelas Satu — penyihir yang mampu mengendalikan petir hanya dengan satu gerakan tongkatnya.

Bagi para murid, ia bukan sekadar guru. Ethan adalah sosok yang menakutkan dan menginspirasi sekaligus, pria yang setiap tahun memimpin latihan perang di lapangan Hogwarts, mengajarkan arti kekuatan dan pengendalian diri.

Namun jauh sebelum menjadi legenda, Ethan hanyalah penyihir muda dari Godric’s Hollow yang ingin hidup damai di tengah dunia yang diliputi ketakutan. Hingga suatu malam, petir menjawab panggilannya — dan takdir pun mulai berputar.

“Aku tidak mencari pertempuran,” katanya menatap langit yang bergemuruh.

“Tapi jika harus bertarung… aku tidak akan kalah dari siapa pun.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zikisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27 — Klub Mantra

Malam itu, Ethan sudah berpakaian rapi dan bersiap keluar asrama. Ia tak sedang menuju perpustakaan atau ruang latihan, melainkan ke Klub Mantra milik Profesor Flitwick—undangan khusus yang ia terima dua hari lalu.

Setelah menelusuri koridor panjang menuju lantai delapan menara utama, ia berhenti di depan sebuah permadani besar berhias ksatria berjubah biru perak. Menurut catatan di undangan, tempat ini memang sengaja dipilih karena dekat dengan kantor Kepala Asrama Ravenclaw.

“Kata sandi?” tanya ksatria di permadani itu, suaranya menggema dalam.

“Unicorn,” jawab Ethan dengan tenang, membaca dari undangan kecil di tangannya.

“Sesuai keinginanmu.”

Permadani itu bergeser pelan, menyingkap pintu rahasia yang terbuka begitu halus hingga hampir tak terdengar suara engselnya.

Bagian dalam ruangan tampak seperti perpaduan antara ruang kelas dan perpustakaan. Dinding-dindingnya dipenuhi rak buku tinggi, dan di tengahnya berjajar meja serta kursi beludru yang tampak empuk. Tirai biru tua dan karpet tebal berwarna abu-biru menambah nuansa elegan khas Ravenclaw.

Beberapa siswa sudah duduk di dalam, berbicara pelan satu sama lain.

Ethan baru saja melangkah ke dalam ketika seseorang memanggil,

“Ethan? Apa yang kau lakukan di sini?"

Vanessa Greengrass menatapnya dengan kaget. Rambut peraknya yang rapi bergoyang saat ia menoleh cepat.

Ia adalah prefek yang terkenal disiplin, dan kini menatap Ethan seperti baru melihat hantu.

“Ini bukan tempat yang bisa kau masuki begitu saja,” katanya pelan namun tegas. “Lebih baik kau pergi sebelum Profesor datang dan berpikir kau menyusup. Klub ini tidak terbuka untuk sembarang orang.”

Ethan sempat terdiam sejenak, lalu tersenyum sopan.

“Prefek Greengrass, Anda salah paham. Profesor Flitwick sendiri yang mengundang saya.”

Ia mengangkat selembar undangan bersegel biru perak. Di bawah cahaya lilin, tanda tangan kecil F. Flitwick tampak jelas.

Vanessa mendekat, menatap surat itu, dan rautnya berubah ragu.

Biasanya, anggota klub ini adalah siswa kelas empat ke atas—bahkan siswa tahun ketiga yang diterima sudah dianggap luar biasa. Seorang murid tahun pertama? Hampir mustahil.

“Mungkin Profesor Flitwick ingin kau membantu sesuatu,” bisiknya lebih lembut. “Tapi dengar, klub ini bukan kelas biasa. Di sini kita mengerjakan proyek riset, berdiskusi tentang teori lanjutan, bahkan membantu profesor menulis eksperimen. Ini jauh lebih berat daripada kelas formal.”

Ethan membalas dengan anggukan ringan.

“Terima kasih atas peringatannya, Senior. Tapi Profesor sudah menjelaskan semuanya padaku sebelumnya. Aku tidak akan menahanmu, jangan khawatir.”

Nada tenang itu membuat Vanessa terdiam. Ada sesuatu dalam sikap Ethan—bukan kesombongan, melainkan keyakinan tenang yang membuatnya sulit dibantah. Ia akhirnya hanya menghela napas dan mengisyaratkan tempat duduk kosong di sisi kanan ruangan.

Beberapa menit kemudian, pintu terbuka kembali, dan Profesor Flitwick masuk dengan langkah ringan. Tubuh mungilnya hampir tak terlihat di balik tumpukan buku tebal yang dibawanya, tapi matanya bersinar penuh semangat.

“Ah! Ethan! Senang sekali kau datang tepat waktu,” katanya sambil tersenyum lebar. “Percakapan kita beberapa hari lalu memberiku banyak inspirasi. Aku jadi tak sabar memulai tahun ini.”

Beberapa siswa yang sudah hadir saling berpandangan penasaran. Seorang murid tahun pertama dipanggil langsung oleh Profesor dengan nada akrab—jelas bukan hal biasa. Mereka semua menoleh, menatap Ethan penuh rasa ingin tahu.

Ethan hanya membalas dengan senyum tipis dan menundukkan kepala sopan. Ia memang tidak suka menjadi pusat perhatian, tapi antusiasme Profesor Flitwick terlalu tulus untuk diabaikan.

“Baiklah,” kata Flitwick sambil melompat ke atas kursi tingginya yang sudah disiapkan di depan. “Sepertinya semua sudah hadir. Mari kita mulai pertemuan pertama Klub Mantra tahun ini!”

Para siswa menegakkan punggung, dan ruangan menjadi hening.

“Pertama,” kata Flitwick sambil membuka daftar, “mari kita sambut anggota baru kita—Shirley Runster, siswa tahun keempat dari Hufflepuff!”

Seorang gadis berambut coklat gelap berdiri dan membungkuk ringan. Tepuk tangan sopan terdengar dari sekeliling ruangan.

“Berikutnya, Quirinus Quirrell dari Ravenclaw, tahun kelima.”

Pemuda itu tampak sedikit gugup, tangannya bergerak canggung di pangkuan sebelum ia berdiri dan mengangguk kaku. Beberapa siswa menepuk tangan dengan senyum penyemangat.

“Dan terakhir…” Flitwick berhenti sejenak, menatap ke arah Ethan sambil tersenyum bangga.

“Siswa tahun pertama dari Slytherin—Ethan Cross.”

Ruangan langsung sunyi. Beberapa siswa menatapnya tak percaya. Tahun pertama? Itu bahkan belum dua minggu setelah semester dimulai.

Bahkan Vanessa, yang sudah tahu sebelumnya, ikut merasa canggung.

Baru ketika Flitwick sendiri yang mulai bertepuk tangan, para siswa lain akhirnya ikut menyusul, walau masih penuh rasa ingin tahu.

Ethan hanya menunduk ringan, menjaga ekspresinya tetap tenang meski bisa merasakan tatapan di sekelilingnya.

“Baik,” lanjut Flitwick setelah suasana kembali hening. “Mari kita bahas topik penelitian tahun ini.”

Ia mengangkat tongkat kecil peraknya dan mengetuk udara. Huruf-huruf bercahaya langsung meluncur di udara, membentuk tulisan rapi di papan mantra yang mengambang di sisi podium.

Topik Penelitian Klub Mantra Tahun Ini

Mantra Senyap — penelitian metode penguasaan cepat dalam pelafalan tanpa suara.

Wandless Magic — teknik dasar mengendalikan sihir tanpa tongkat dari tahap awal.

Mantra Pengendali Suhu — pengembangan dan penerapan sihir suhu lingkungan.

Mantra Gelombang Suara — ide pengembangan efek getaran dan resonansi magis.

Evolusi Mantra dari Rune Kuno — penelusuran asal pembentukan mantra modern dari simbol sihir kuno.

Mantra Ekstensi Tak Terdeteksi — eksperimen lanjutan untuk menguji batas material sihir terbaik (penelitian berlanjut dari tahun lalu, bahan terbaik sementara: baja goblin Urim dan 37 bahan sekunder).

Kuantifikasi Sensitivitas Sihir — penelitian untuk mengukur dan meningkatkan kepekaan magis individu.

Tulisan bercahaya itu melayang lembut di udara, berputar perlahan seolah menunggu pemiliknya memilih arah riset mereka sendiri.

Suasana ruangan berubah hening penuh antisipasi. Bahkan para senior terlihat tertegun membaca daftar itu—beberapa topik jelas melampaui standar Hogwarts biasa.

Ethan memandangi deretan topik itu lama, matanya memantulkan cahaya biru lembut dari huruf-huruf mantra yang berkilau di udara. Di antara semuanya, satu hal yang paling menarik perhatiannya adalah baris terakhir: Kuantifikasi Sensitivitas Sihir.

Ia bisa merasakan, ini bukan sekadar klub pelengkap sekolah—ini adalah tempat di mana batas-batas sihir benar-benar diuji.

Dan malam itu, Ethan tahu, langkah kecilnya baru saja menapaki gerbang dunia penyihir yang sebenarnya.

1
Mike Shrye❀∂я
wiiih tulisan nya rapi..... semangat
Zikisri: makasih atas penyemangat nya kk🤭
total 1 replies
Opety Quot's
di tunggu chapter selanjutnya thor
Sertia
Mantap/Good/ lanjutkan
Iqsan Maulana
lumayan bagus ni😁
Iqsan Maulana
next Thor
Hani Andini
next..
king_s1mbaaa s1mbaa
tambahin chapter nya thor...
Reyhan Ramdhan
lanjut thor👍
Zikisri: siap💪
total 1 replies
Reyhan Ramdhan
Bagus, Sangat Rekomen/Good/
Zikisri: thanks 👍
total 1 replies
I Fine
lebih banyak chapter nya thor/Shy/
I Fine
next chapter nya thor💪
Zikisri: Oke 👍
total 1 replies
Niat Pemulihan
nice
Evan Setyawan
Lanjutannya thor👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!