"Kenapa aku bisa di sini? Kenapa aku tak memakai baju?"
Alicia Putri Pramudya begitu kaget ketika mengetahui dirinya dalam keadaan polos, di sampingnya ada pria yang sangat dia kenal, Hafis. Pria yang pernah menyatakan cinta kepada dirinya tetapi dia tolak.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Alicia Putri Pramudya?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih ulasan bagus dan kasih bintang 5 untuk yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebol
Pukul empat pagi Anjar nampak asik menatap wajah istrinya, padahal Cia terlihat terlelap dalam tidurnya. Rambutnya berantakan, wajahnya polos tanpa make-up. Namun, di mata Anjar wanita itu begitu cantik dan juga sempurna.
Dia tersenyum-senyum mengingat apa yang terjadi tadi malam, dia menyerahkan keperawanannya kepada wanita yang dia cintai itu. Mereka bercumbu dengan penuh gelora di atas meja rias.
Anjar yang tidak sabar berusaha untuk memasuki tubuh istrinya, tetapi ternyata sulit dan akhirnya mereka melakukannya di atas tempat tidur.
Awalnya Anjar berpikir kalau melakukan hubungan itu di atas meja rias akan menyenangkan, karena istrinya itu merupakan seorang janda. Jadi, dia tidak pernah berhati-hati.
Namun, nyatanya miliknya itu begitu sulit untuk masuk ke dalam inti tubuh istrinya tersebut. Karena mungkin Cia sudah lama menjanda, selain itu Cia memang rajin olah raga dan juga senam kegel.
Anjar seperti mendapatkan janda rasa perawan, bahagia dan juga bangga tentunya. Hal yang dia tunggu itu akhirnya bisa dia dapatkan dengan penuh kepuasan.
"Kamu tuh cantik banget, seksi lagi. Bikin aku gak tahan," ujar Anjar yang nampak menurunkan selimut yang dipakai oleh Cia.
Anjar kini bisa melihat dengan jelas kedua dada bulat istrinya, nampak sangat menggoda dan seakan melambai-lambai untuk minta dihisap.
"Ya ampun, boleh enen gak sih pagi-pagi begini?" tanya Anjar sambil menatap kedua buah paling menggoda itu dengan tatapan lapar.
Awalnya dia berusaha untuk menahan diri, tetapi lama-kelamaan tak bisa juga. Akhirnya dia mengusap dan berakhir dengan menghisap, Cia yang sedang tidur tentu saja terganggu oleh kegiatan Anjar tersebut.
"Astagfirullah, Yang. Kamu ngapain?" tanya Cia kaget sekali.
"Hehehe, minum susu, Yang."
Anjar nyengir kuda setelah mengatakan hal itu, sedangkan Cia berusaha untuk melepaskan diri dari Anjar. Namun, ternyata Cia tak bisa lepas dari jerat pria itu. Karena Anjar langsung mengunci pergerakan tubuh istrinya tersebut.
Sempat terjadi penolakan dari Cia, tetapi pada akhirnya pagi ini pergulatan panas terjadi juga. Keduanya memadu cinta dengan penuh gelora.
"Dasar nakal!" ujar Cia ketika kegiatan itu berakhir.
Anjar tidak marah sama sekali melihat istrinya berkata seperti itu, justru dia malah menggendong istrinya dan mengajak istrinya itu untuk mandi bersama.
Pagi ini sepasang pengantin baru itu terlihat begitu romantis sekali, karena setelah mandi bersama mereka langsung salat bersama. Lalu, keduanya sarapan bersama dan kembali saling memeluk di atas kasur.
Cia dan Anjar memutuskan untuk libur satu minggu, mereka tidak akan bekerja di kantor. Namun, keduanya sepakat akan bekerja di atas kasur.
Bekerja, bekerja dan selalu bekerja yang mereka lakukan. Kini mereka merasa butuh waktu satu minggu untuk kesenangan berdua, agar terjalin hubungan yang begitu intim di antara keduanya.
*
Hafis sedang menyuapi Willi, karena anak itu sebentar lagi harus sekolah. Ya, Willi sekarang sudah sekolah TK, anak itu sangat pandai dan terlihat begitu menyayangi Hafis, Willi juga begitu menyayangi kedua orang tua dari Hafis.
Walaupun Willi bukan anak kandung dari Hafis, tetapi anak itu dibesarkan dengan penuh cinta dan juga kasih sayang oleh Hafis dan kedua orang tuanya. Anak itu merupakan anugerah, mereka ingin menjaga titipan dari Tuhan itu dengan sebaik-baiknya.
"Sekolahnya jangan nakal, nanti Nenek nangis kalau Willi nakal."
"Iya, Nek." Willi memeluk neneknya dan juga kakeknya sebelum Hafis mengantarkan anak itu sekolah.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Hafis, Willi diantarkan oleh Hafis menuju sekolahnya memakai motor. Dia makan mengantarkan anak itu sampai ke kelasnya setibanya di sana.
"Ayah akan jemput Willi tepat waktu, jangan pergi ke mana-mana kalau Ayah belum datang."
"Ya," jawab Willi patuh.
Hafis lalu berpamitan untuk pulang, karena dia harus membantu kedua orang tuanya berjualan di rumah makan milik mereka. Rumah makan yang dulunya terlihat kecil, kini sudah berkembang menjadi rumah makan yang besar.
Hafis bahkan memiliki beberapa pelayan yang dipekerjakan di sana, kehidupan pria itu lebih baik walaupun tidak bisa bekerja di kantoran.
Lepas kepergian Hafis, Willi merasa kaget karena tiba-tiba saja ada seorang wanita yang masuk ke dalam kelasnya. Wanita itu terlihat sangat cantik, tetapi Willi tidak mengenal wanita itu.
"Hai, tampan. Boleh kenalan?"
"Nggak boleh, kata ayah, Willi gak boleh dekat-dekat sama orang asing."
Willi menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri, kemudian anak itu berlari menuju ruang guru. Dia takut kalau anak itu akan diculik.
"Padahal aku ingin bertemu dengannya, kenapa anak itu malah lari?" tanya Wanita itu dengan senyum kecut di bibirnya.