NovelToon NovelToon
ACADEMY ANIMERS I : The Silence After The Pen Drops

ACADEMY ANIMERS I : The Silence After The Pen Drops

Status: tamat
Genre:Romansa Fantasi / Fantasi Isekai / Persahabatan / Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Tamat
Popularitas:35
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

Semesta Animers yang damai, dikelola oleh lima kerajaan berdaulat yang dipimpin oleh sahabat karib, kini terancam oleh serangkaian insiden sepele di perbatasan yang memicu krisis sosial. Para pemimpin harus bertemu dalam pertemuan puncak penuh ketegangan untuk menyelesaikan konflik politik dan membuktikan apakah ikatan persahabatan mereka masih cukup kuat untuk menyelamatkan Semesta Animers dari kehancuran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kingdom of Soryu : Tanaki Sabre

Indra memacu kudanya meninggalkan gemerlap Crown City, menuju timur ke arah Soryu City, kerajaan yang dipimpin oleh sahabat karibnya, Sabre. Perjalanan itu panjang, dan atmosfer yang ia tinggalkan di istana terasa jauh berbeda dengan ketegangan yang menyelimuti wilayah luar.

Di tengah perjalanan, ia harus melewati Jembatan Harapan (Hope Bridge), sebuah struktur kuno yang melintasi jurang dalam. Saat melaju di atas jembatan batu tersebut, mata Indra menangkap sesuatu yang aneh di bagian tengah lintasan. Ia menarik tali kekang kudanya, memperlambat laju hingga berhenti total.

Tepat di jalur yang ia lalui, terdapat sebuah bongkahan batu besar dan berbentuk tidak wajar. Indra turun dari kudanya dan mendekati bongkahan itu. Setelah diamati lebih dekat, ia menyadari bahwa itu bukan sekadar batu biasa dari tebing. Itu adalah potongan pilar yang patah. Permukaan batu itu halus di beberapa bagian dan terdapat ukiran samar yang ia kenali—seperti ukiran yang ada di Istana Crown City, yang melambangkan fondasi aliansi kuno.

Pilar itu seharusnya berada di suatu tempat yang terhormat, bukan tergeletak di tengah jembatan.

Indra terheran-heran. Dari mana asalnya? Dan mengapa pilar semacam ini bisa pecah?

Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat, mengabaikan pikiran itu. "Aku ini kenapa," gumamnya pada diri sendiri. "Kenapa aku mementingkan bongkahan pilar yang patah ini? Ada yang lebih penting daripada puing-puing sejarah."

Tujuan utamanya adalah Evelia, dan kemudian sahabat-sahabatnya. Ia tidak punya waktu untuk memikirkan keanehan ini.

Dengan mendesah, Indra kembali menaiki kudanya. Ia melewati sisa puing pilar itu dan melanjutkan perjalanannya.

Perjalanan ke Soryu City penuh tantangan. Karena berada di jalur perbatasan yang kurang stabil, Indra sesekali harus menarik pedangnya untuk membasmi Demon liar yang berkeliaran, menguji kembali kemampuan bertarungnya yang sempat terabaikan. Malam berganti pagi, dan setelah melalui perjalanan yang melelahkan dan penuh bahaya, akhirnya siluet megah Soryu City muncul di cakrawala.

Indra tiba di ibu kota kerajaan sahabatnya. Sekarang, ia harus menemui Sabre dan memulai tugas yang sesungguhnya—menguji kekuatan persahabatan yang menjadi benteng terakhir kedamaian Semesta Animers.

.

.

..

.

Indra memasuki Soryu City. Seketika, ketegangan yang ia rasakan selama perjalanan dari Crown City menguap. Kota ini dipenuhi keramaian yang teratur dan senyum-senyum di wajah warganya. Tidak ada aura ketakutan atau kekacauan; semua orang bergerak dengan damai, membuktikan bahwa Sabre memang telah menjaga kerajaannya dengan sangat baik. Kedamaian di sini terasa nyata, kokoh, seolah konflik perbatasan adalah hal yang sangat jauh.

Ia berjalan di antara kerumunan yang ramai itu hingga tiba di hadapan istana utama Soryu City. Gerbangnya masif, terbuat dari batu hitam pekat, dan di sisi kiri serta kanannya menjulang dua patung naga besar yang tampak perkasa, seolah menjadi penjaga abadi bagi kerajaan tersebut. Patung-patung itu memancarkan aura kekuatan dan loyalitas yang merupakan ciri khas Soryu.

Indra melewati gerbang itu. Setelah menyebutkan identitasnya kepada para penjaga, ia akhirnya berjalan masuk ke dalam istana. Di dalamnya, arsitektur Soryu terasa kuat dan berani, didominasi oleh warna-warna gelap dan material yang kokoh.

Ia menelusuri lorong kerajaan yang terasa panjang dan hening, diselingi derap langkahnya sendiri di atas lantai pualam yang dingin. Setiap langkah membawanya lebih dekat pada sahabatnya, dan pada tujuan pertamanya dalam misi rahasia ini.

Setelah beberapa saat berjalan, ia akhirnya tiba di ujung lorong. Di sana, sepasang pintu ganda yang terbuat dari logam gelap dan dihiasi ukiran naga emas berdiri tegak: Ruang Tahta Sabre.

Pintu ganda Ruang Tahta itu terbuka, memperlihatkan Sabre, pemimpin Soryu City, yang tengah duduk santai di singgasana megahnya. Pria itu kini adalah seorang raja, namun sikapnya masih sama seperti yang dikenang Indra.

Sabre menyambut Indra dengan senyum miring yang khas, ada nada sarkasme ringan dalam suaranya.

"Lihat siapa yang datang~" sapa Sabre, menyilangkan kaki dengan santai. "Pangeran dari Crown City, jarang-jarang wajahmu sampai di sini."

Indra membalas pandangan itu dengan sedikit kelegaan yang bercampur nostalgia.

"Sudah lama ya," jawab Indra, suaranya lebih lembut dari sebelumnya, mengenang masa-masa yang telah berlalu.

Sabre tertawa kecil, ia bangkit dari tahta dan melangkah ke bawah. "Begitulah. Tugas kerajaan memisahkan kita, eh?"

Indra berjalan mendekat ke arah Sabre, langkahnya kini tenang namun penuh tujuan. Setelah jarak mereka cukup dekat, Sabre menolehkan kepala.

"Jadi, apa yang membuat Pangeran Indra sampai repot-repot menyeberangi perbatasan? Jika hanya untuk kopi, aku bisa mengirimkan kurir," tanya Sabre.

Indra menatap Sabre dengan tatapan yang sangat serius, yang membuat aura di sekitar mereka langsung berubah.

"Aku butuh bantuanmu, Sabre. Ini tentang Evelia," kata Indra tanpa bertele-tele.

Sabre mengangkat alis, tertarik. "Bantuan seperti apa yang kau butuhkan? Ada masalah dengan tunanganmu?"

"Dia ada di Ranox, sendirian. Mengirim pesan aneh ke Riana, lalu menghilang. Aku khawatir sesuatu terjadi padanya. Aku harus menjemputnya, dan aku ingin kau ikut bersamaku."

Sabre mengangguk-angguk, sama sekali tidak terkejut dengan Ranox atau pesannya. Tanpa basa-basi, ia menjawab, "Tentu saja. Aku akan ikut."

Jawaban yang terlalu cepat dan santai itu membuat Indra kebingungan. "Kau... akan ikut? Semudah itu? Kau tidak keberatan meninggalkan urusan kerajaan?"

Sabre menyeringai, ia berjalan memutari Indra, seolah memeriksa temannya itu. "Kenapa? Kau berharap aku akan menolak? Aku sudah cukup bosan hanya di istana saja. Urusan kerajaan ini terasa seperti memungut debu setiap hari."

"Aku butuh liburan dari semua ini," jelas Sabre, nadanya terdengar sedikit jenuh. "Ranox? Mencari pacar teman? Itu terdengar lebih menarik daripada menandatangani tumpukan dokumen yang sama sekali tidak ada artinya. Anggap saja ini rekreasi."

Indra hanya bisa mengangguk bingung, menerima persetujuan cepat dari sahabatnya itu. Ia tahu Sabre memang selalu tidak terduga, tapi keputusannya kali ini sungguh mengejutkan.

.

.

.

Setelah pembicaraan singkat mengenai rencana perjalanan ke Ranox, Sabre menepuk bahu Indra.

"Baiklah, kita berangkat besok pagi. Kau terlihat seperti baru saja menunggang kuda melintasi neraka," ujar Sabre, tawanya kembali terdengar. "Tentu saja kau akan menginap. Aku akan siapkan kamar terbaik. Kita bisa mendiskusikan rencana detail perjalanan sambil sarapan."

Indra yang memang kelelahan tidak menolak tawaran itu. Ia mengucapkan terima kasih dan segera dibawa oleh salah satu pelayan menuju kamar tamu khusus.

Begitu berada di kamar yang mewah dan tenang di Istana Soryu, Indra menjatuhkan dirinya ke tempat tidur. Meskipun tubuhnya lelah oleh perjalanan dan pertarungan sesekali dengan Demon, pikirannya justru semakin aktif.

Ia kembali teringat pada pesan singkat Evelia. Wajahnya yang cantik dan tawa renyahnya terlintas di benaknya. Kenapa ia harus berada di Ranox? Dan mengapa ia harus menghilang begitu saja? Kekhawatiran yang ia redam di depan Riana dan Ryuzu kembali mencuat. Perasaan aneh yang ia dapatkan saat melihat bongkahan pilar di Hope Bridge seolah menjadi firasat buruk.

Apakah aku bertindak terlalu lambat? gumamnya dalam hati.

Setelah merenung sejenak, melawan kecemasan dan kelelahan yang saling tarik ulur, Indra akhirnya menyerah. Kelelahan fisik akibat perjalanan yang panjang dan berat memenangkan pertempuran itu. Dalam kegelapan kamar yang damai di Soryu City, Indra pun jatuh terlelap, berharap besok ia bisa menemukan jawaban atas kejanggalan yang menyelimuti kekasihnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!