NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:844.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Mommy Ghina

Kekhilafan satu malam, membuat Shanum hamil. Ya, ia hamil setelah melakukan hal terlarang yang seharusnya tidak boleh dilakukan dalam agama sebelum ia dan kekasihnya menikah. Kekasihnya berhasil merayu hingga membuat Shanum terlena, dan berjanji akan menikahinya.

Namun sayangnya, di saat hari pernikahan tiba. Renaldi tidak datang, yang datang hanyalah Ervan—kakaknya. Yang mengatakan jika adiknya tidak bisa menikahinya dan memberikan uang 100 juta sebagai ganti rugi. Shanum marah dan kecewa!

Yang lebih menyakitkan lagi, ibu Shanum kena serangan jantung! Semakin sakit hati Shanum.

“Aku memang perempuan bodoh! Tapi aku akan tetap menuntut tanggung jawab dari anak majikan ayahku!”



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29. Bimbang

Menjelang subuh, ruangan itu masih dibalut keheningan. Lampu di sudut langit-langit hanya menyala redup, memberikan semburat cahaya hangat yang memantul lembut di dinding putih rumah sakit. Di luar, langit belum sepenuhnya terang, tapi bayangan gelap malam mulai bergeser perlahan.

Ervan membuka matanya. Tidurnya tak benar-benar nyenyak. Bahkan bisa dibilang ia hanya sempat terlelap beberapa jam sebelum gelisah itu kembali membangunkannya. Percakapan semalam terus berputar dalam kepalanya, seperti rekaman rusak yang tak berhenti memutar ulang kalimat-kalimat Shanum.

Dengan napas berat, ia bangkit duduk dari ranjang lipat. Selimut tipis jatuh ke pangkuannya, tangan kirinya secara refleks mengusap wajah. Ia menatap lurus ke arah ranjang utama. Shanum masih terlelap, tubuhnya menyamping, wajahnya tenang dalam tidurnya.

Tanpa make-up. Tanpa topeng.

Dan justru saat seperti inilah Ervan bisa melihat perempuan itu seutuhnya. Kulit pucat yang masih terlihat bersih. Alis yang alami. Bibir yang tak diwarnai tapi tetap tampak lembut. Tidak seperti Meidina yang selalu tampil sempurna, Shanum terlihat nyata. Manusiawi. Dan entah kenapa, cantik dalam kesederhanaannya.

Ervan menelan ludah. Hatinya berdesir pelan.

Ia tahu ini seharusnya tidak terjadi. Ia tahu pikirannya tidak semestinya mengarah ke sana. Tapi perasaan itu muncul begitu saja, tanpa bisa ia kendalikan. Tangannya terangkat pelan, seperti ditarik oleh sesuatu yang tak terlihat.

Jemarinya menyentuh pipi Shanum. Lembut. Hangat.

Shanum tidak bergerak. Masih terlelap. Matanya masih terpejam damai, bibirnya mengatup tenang. Napasnya teratur. Seolah sentuhan itu justru membawanya makin dalam ke pelukan mimpi.

Ervan menarik tangannya perlahan turun, lalu berhenti di atas perut Shanum. Ia tahu, di balik lapisan selimut dan pakaian rumah sakit itu, ada kehidupan yang sedang tumbuh. Anak dari Reinaldi—adiknya sendiri. Seorang lelaki yang dengan mudahnya menghindar dari tanggung jawab, lalu melemparkan beban itu ke pundaknya. Namun, perlu diingat kepergian adiknya sendirinya pun atas perintah ia dan mamanya.

Jari-jari Ervan mulai mengelus perlahan. Ada rasa hangat yang sulit dijelaskan.

Dan tanpa sadar, ia bergumam lirih, nyaris seperti doa yang terselip di antara napas.

“Apakah saya harus menceraikan mama-mu, Nak? Tapi, kenapa Om terasa berat?”

“Atau Om, boleh jadi papamu, Nak?

Tidak ada jawaban. Hanya detak jantungnya sendiri yang terdengar begitu keras di telinga. Tapi di dalam dirinya, ada sesuatu yang bergeser. Pelan tapi pasti.

Seketika itu juga, sesuatu di hatinya seperti disentuh dari dalam. Sebuah perasaan aneh, halus, tapi kuat. Bukan cinta—belum. Tapi ada semacam dorongan batin. Sebuah koneksi yang tiba-tiba terasa nyata. Seperti tubuhnya merespons hal yang belum dipahami pikirannya.

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debar itu.

Dan di sisi ranjang, Shanum tetap tertidur. Tapi wajahnya kini tampak lebih damai. Seolah hatinya tahu bahwa ada seseorang di sisinya. Bahwa meski belum sepenuhnya bisa diandalkan, Ervan tengah berusaha.

Dalam tidur, tubuh Shanum bergeser sedikit. Kepalanya miring, seperti mencari kenyamanan baru. Dan senyum samar—nyaris tak terlihat—terlukis di bibirnya.

Bukan senyum bahagia. Tapi senyum hangat. Ringan. Seperti anak kecil yang sedang bermimpi dipeluk oleh ibunya.

Dan Ervan tetap di sana. Tangan masih menyentuh perut itu. Matanya menatap wajah Shanum dengan perasaan yang tak bisa ia beri nama.

Bukan karena ia jatuh cinta. Tapi karena untuk pertama kalinya sejak pernikahan itu terjadi—ia merasa ada makna yang mungkin belum sempat ia pahami. Dan perlahan-lahan ia menunduk kepalanya mendekati perut istrinya, kecupan singkat ia berikan pada perut yang berselimut selimut tipis.

Subuh pun datang perlahan. Adzan terdengar jauh dari masjid kecil di luar rumah sakit. Suaranya mengalun lembut, menyusup masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Bersamaan dengan itu, hati Ervan terasa sesak, tapi bukan karena sesal. Melainkan karena kesadaran bahwa segala sesuatu tak bisa selalu dikendalikan oleh logika.

Kadang, perasaan datang setelah semuanya terlambat.

Atau mungkin, belum sepenuhnya terlambat.

Ia menarik selimut Shanum dengan hati-hati, memastikan perempuan itu tetap hangat. Lalu beranjak perlahan menuju jendela besar. Matanya menatap langit yang mulai berubah warna. Abu-abu pekat mulai tergantikan semburat biru dan jingga.

Pagi segera datang.

Dan bersama pagi, Ervan tahu … akan ada keputusan yang harus segera ia ambil.

Apakah ia akan tetap pada keputusan untuk bercerai?

Atau ... mungkinkah hatinya mulai mengarah ke jalan lain?

...***...

Jam digital di dinding menunjukkan pukul 06.02 pagi saat Bik Laras membuka pintu kamar kecil dengan langkah pelan. Perempuan paruh baya itu sudah terbiasa bangun sebelum subuh. Rambutnya yang sudah sedikit memutih disanggul rapi, dan aroma minyak kayu putih khas dari tubuhnya langsung memenuhi ruangan begitu ia masuk.

Matanya langsung menangkap sosok Ervan yang duduk sendirian di salah satu sofa di sudut ruangan, dengan secangkir kopi hangat di tangannya. Pria itu tampak diam, hanya memandangi lantai tanpa fokus, seperti larut dalam pikirannya sendiri. Sesekali, ia meniup permukaan kopi dan menyesapnya perlahan.

“Oh, Tuan sudah bangun,” sapa Bik Laras pelan.

Ervan mendongak, seulas senyum tipis menghiasi wajahnya. “Pagi, Bik.”

“Pagi, Tuan. Saya kira masih tidur.”

“Tidak bisa tidur lagi,” jawab Ervan sembari menaruh cangkir ke atas meja kecil di sampingnya. “Saya bikin kopi sendiri. Bik Laras masih tidur tadi.”

“Ndak apa-apa, Tuan. Tapi lain kali bilang saja, saya bisa buatkan.”

Ervan mengangguk, lalu merogoh dompet dari saku celananya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dan menyodorkannya pada perempuan setengah baya itu.

“Tolong belikan sarapan, Bik. Beli bubur ayam buat Shanum, roti panggang buat saya atau nasi campur. Kalau bisa ada jus jeruk juga serta beberapa roti isi buat dia. Dan, beli juga sarapan buat Bibi sendiri,,” ucapnya dengan nada ringan namun perhatian.

Bik Laras mengangguk cepat. “Siap, Tuan. Saya langsung pergi sekarang.”

Ervan mengangguk, lalu kembali menyesap kopinya. Begitu Bik Laras melangkah keluar ruangan, keheningan kembali melingkupi ruang rawat. Hanya suara mesin infus dan monitor detak jantung yang terus berdetak pelan.

Namun ketenangan itu hanya bertahan sebentar.

Gemerisik dari ranjang utama membuat Ervan menoleh cepat. Shanum menggeliat pelan di bawah selimutnya, lalu perlahan membuka mata. Ia tampak bingung beberapa detik, lalu tanpa berkata apa-apa langsung mencoba menyibak selimut dan bangkit.

Ervan bangkit dari duduknya, meletakkan cangkir ke meja, lalu menghampiri. “Mau ke mana?” tanyanya cepat, sedikit khawatir.

Shanum mendongak setengah kesal. “Mau ke kamar mandi.”

“Biar saya bantu.”

“Eh, enggak usah,” jawab Shanum cepat. “Shanum bisa sendiri.”

Bersambung ... ✍️

1
Herman Lim
novel baru kah ne kak terbit dimn ne
Aprisya
wah asyeeek ada karya baru,, semoga tetep stenbay di NT ya mom
Teh Euis Tea
launcing di mana mam? mudah"an disini ya🥰
Kimo Miko
begitulah orang kalau gak punya rasa syukur dan gak mau menerima takdirnya yang tidak berjodoh dengan ervan. ujung ujungnya yg diandalkan emosi sesaat dan berakhir di hotel prodeo. dengan mengingat kilas balik meidina karena atm berjalannya lepas , kliniknya kabur ditarik oleh ervan kembali. dan dari awal niatnya sudah gak tulus
Kimo Miko
tuh orang yang kepalanya selalu ingin dibenarkan gak mau salah dan sombong itu seperti bu eliza . Dikasih info malah nuduh minta transferan. lihat kejadian lewat dosial medis jekangkang. rasain klo punya pikiran buruk
anonim
putrimu mau membunuh Shanum yang sedang mengandung lho bu Eliza.
Dua nyawa melayang kalau Ervan tidak melindungi Shanum. Mesti diadili dengan adil di hukum yang pantas tuh Meidina berikut duo temannya yang main sosmed siarkan langsung peristiwanya.
Kimo Miko
kenapa perjalanan shanum dan ervan berliku seperti huruf S sih thor. hurufS nya aja kalau jalannya datar sih mending lah ini sudah huruf S naik turun gunung. sabar sabar....
anonim
Meidina biar jera ya mesti dapat hukuman. Sudah dua kali berulah yang ketiga kalinya tidak menutup kemungkinan lebih parah nanti
Naufal Affiq
lanjut mommy,seru ceritanya
Nur
𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢𝑛𝑦𝑎 𝑟𝑖𝑙𝑖𝑠 𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑀𝑜𝑚𝑚𝑦? 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑛𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑢
Kar Genjreng
wahhh ada karya baru ya mommy,,, kelihatan nya seru,,,,,,Mas Ervan shanum akan pindah ke jakarta,,
Cinta Rodriques
enak aja.....
Kimo Miko
semoga ervan selamat . shanum jaga kondisi kesehatan dan mental kasihan debay nya. berdoa aja biar semuanya baik baik saja.
Nur
𝑎𝑙ℎ𝑎𝑚𝑑𝑢𝑙𝑖𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆ℎ𝑎𝑛𝑢𝑚 𝑏𝑎𝑖𝑘-𝑏𝑎𝑖𝑘 𝑠𝑎𝑗𝑎
𝑚𝑎𝑘𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑚𝑜𝑚𝑚𝑦
𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡💪💪💪💪
Kar Genjreng
awalnya memang tidak akan menyakiti Ervan tapi istri nya Shanum maka dari Ervan menjadi garda terdepan buat sang istri,,, Suami mana yang iklas di sakiti terlebih dalam keadaan hamil,, kalau menyesal ya pasti,,,maka dari pikir kan dulu matang matang jangan gegabah,,, kalah merebut pisau milik pedagang,,,dan tidak cuma itu dua sahabatmu menghalangi pedagang yang akan menolong,,menangis sampai kelenger ya silahkan di hotel prodeo mu ini 😮😮😚😚
Kimo Miko
makanya... terima takdirmu tidak bisa bersanding dengan ervan. dan temenmu fany dan elaz tidak melerai malah buat konten. kalian orang berpengalaman tapi oon. konten termasuk barang bukti nyata kejadian. omg orang pengalaman sekolah tinggi tapi tolol itu seperti kalian. 🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Teti Hayati
Disini aja... 🤗
Kasih Bonda
next Thor semangat
Elvira Thoenger
shanum hamil bayi kembar cowok duplikat Ervan donk
Reni Anjarwani
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!