Siapa sangka menjalin hubungan selama tiga tahun namun tiba tiba menikah dengan orang lain, tidak mudah untuk melalui semuanya namun harus di jalani. Apakah ikatan itu akan kuat atau akan berakhir begitu saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Alasan Untuk Cuek
Pelan Andin akhirnya mampu melepaskan diri, Ia bergegas ke kamar mandi untuk melanjutkan aktivitas nya yang sempat tertunda.
..." Jangan tinggalkan aku " Ucapan Ivan terngiang di telinganya....
" Ya Allah, segitu nya Ivan merindukan Mita, sampai terbawa bawa dalam mimpinya. Apa yang harus aku lakukan " Gumam Andin.
Ia mengadukan semuanya pada sang Khaliq, dengan itu hatinya akan lebih tenang. Ia kembali memeriksa aplikasi di ponselnya masih sama, centang satu.
" Kemana kamu sebenarnya Harry "
Andin turun ke bawah, mulai hari ini Ia harus melakukan tugasnya sebagai seorang Istri. Apa yang di katakan sang Bunda benar adanya, meskipun tidak ada cinta di hatinya untuk sang suami, tapi hal itu bukan alasan untuk dirinya bersikap cuek dan tidak peduli.
Diana yang baru selesai melaksanakan kewajiban nya di lantai atas bergegas turun untuk menyiapkan sarapan seperti biasanya, namun alangkah terkejutnya melihat sang Putri sudah berada di dapur. Ia nampak serius dengan apa yang di kerjaannya, sampai-sampai tidak menyadari kedatangan Diana.
" Sayang..... ! Wah wah anak Bunda sudah bangun, nyiapin sarapan lagi. " Ia menyentuh kening Putrinya memastikan nya kalau Andin baik-baik saja.
" Bunda, apa apaan sih, Andin lagi serius nih. Sebaiknya Bunda duduk di sana saja, lagi pula ini sebentar lagi juga selesai "
Andin tetap serius melanjutkan aktivitas nya sesekali Ia melirik jam yang melingkar di tangannya. Ya, hari ini Ia harus kembali bekerja, meskipun Ia bekerja di perusahaan milik keluarga tapi tetap saja tidak bisa ngambil cuti seenaknya.
Meskipun Diana dan juga Haris tidak pernah memaksa sang anak untuk tetap bekerja, apalagi setelah menikah. Mereka berharap Putri mereka satu satunya itu bisa fokus pada pernikahan nya, agar bisa segera memberikan mereka hadiah terbaik sebagai seorang Nenek dan Kakek.
Andin segera naik ke lantai atas menyiapkan keperluan sang suami, jantung nya deg degan karena ini untuk permulaan. Ia berharap semua niat baiknya di lancarkan.
Jantung nya kembali meronta ketika membuka pintu kamar.
..." Ya Allah, roti sobek " Seru Andin sontak menutup wajahnya namun menyisakan celah untuk kedua matanya, malu tapi penasaran....
Ivan tersenyum melihat reaksi Andin yang menurutnya sangat lucu itu.
" Buka saja Andin, kenapa harus ngintip. Lagipula kita ini sudah halal kan " Ivan menaik turunkan alisnya.
Andin berbalik arah, Ia benar-benar malu karena ketahuan mengintip.
" Ish kamu itu apa apaan sih Van, kenapa nggak pakai baju. Cepat pakai bajunya dan turun ke bawah, Bunda nungguin. Bunda sudah selesai membuat sarapan "
Andin gugup dan ucapannya melebar kemana-mana. Bukannya mengambil baju miliknya, Ivan malah mendekat hingga berdiri tepat di belakang Andin.
Aroma sabun menguar melalui penciuman Andin, Ia terkejut karena Ivan ternyata sudah ada di depannya ketika dirinya berbalik.
" Ivander setiawan, cepat kenakan pakaianmu " Pinta Andin sedikit meninggi.
Ivan terus melangkah maju sedangkan Andin sontak mundur, badannya bertambah panas dingin. Otaknya sudah mulai tak mampu berpikir jernih, apalagi pemandangan di depan matanya benar-benar sangat menggoda.
" Ambilkan baju untukku " Bisik Ivan tepat di telinga Andin.
Bisa di bayangkan bagaimana jantung merah itu meronta di dalam sana, namun akhirnya Ia lega ketika mendengar permintaan suaminya.
Ia bergegas melepaskan diri dan berlari kecil menuju lemari, Ia mengambil semua keperluan Ivan. Karena gugup Ia bahkan menyiapkan semuanya tanpa terkecuali.
Ivan menahan tawanya melihat ketakutan Andin, tapi di balik itu tentu saja Ia sangat bahagia.
Setelah menyiapkan semua keperluan Ivan Ia pun mengambil keperluan nya sendiri, bergegas Ia memasuki kamar mandi untuk mengenakan pakaian kerjanya.
" Kamu kemana Andin, pakai bajunya disini saja "
Andin tidak peduli, Ia bergegas masuk dan menutup pintu itu.
" Dasar mesum " Umpat nya sembari mengelus dadanya sendiri.
Ivan tidak tahan untuk tidak tertawa, akhirnya Ia bisa tertawa meskipun tidak terbahak-bahak.
" Hal yang bagus, kedepannya tinggal merebut hatimu " Gumamnya.
***
Andin keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang sudah rapi, Ivan terpesona dengan penampilan sang Istri. Hingga tanpa sadar bibirnya bergumam.
" Cantik " Gumamnya tanpa sadar.
Kening Andin berkerut, Ia tidak percaya mendengar kata itu dari mulut suaminya.
" Cantik ? Siapa yang cantik " Tanya Andin memastikan.
Ivan jadi gelagapan, Ia tidak menyangka kalau Andin mendengar apa yang Ia ucapkan.
" Cantik ? bukan cantik Andin tapi Itik. Aku ingin makan daging itik " Elak Ivan.
Dia segera melenggang keluar setelah sebelumnya mengajak Andin untuk turun.
" Perasaan tadi dia bilang cantik, kok jadi itik sih. Telingaku masih normal kok " Gumam Andin seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ia segera berlari kecil menyusul Ivan, Ia takut Bunda nya akan menceramahi nya lagi kalau sampai tidak melakukan tugasnya dengan baik.
Di meja sudah ada Diana dan juga Haris, Diana berdiri menyambut kedatangan Ivan
" Ayo Nak silahkan duduk, kita sarapan sama sama "
Ivan mengangguk dan duduk di bangku kosong yang ada di depannya.
" Andin sayang, tumben sudah rapi pagi pagi begini, mau kemana Nak " Tanya Diana yang melihat penampilan Putrinya.
Andin menarik kursi untuk nya sendiri, Ia sudah hampir terlambat.
"Bun bisa kita sarapan dulu sekarang sebentar lagi jam kerja di mulai " Pinta Andin.
Haris menatap sang Putri dan Istrinya bergantian.
" Biarkan mereka sarapan dulu Ana, jangan di ganggu " Suara Haris terdengar berwibawa.
Diana melanjutkan sarapan nya, Ia tidak lagi berdebat. Ia sudah tahu bagaimana kebiasaan sang suami, tidak ada pembicaraan ketika sedang manyantap makan di atas meja.
" Aku sudah selesai Bun, Ayah. Maaf Aku ada pertemuan penting jadi berangkat lebih dulu " Ivan sedikit membungkuk sopan, biar bagaimana pun juga sekarang Ia sedang berhadapan dengan sang Ayah mertua.
" Iya pergilah, hati hati di jalan "
Ivan terhenyak mendengar jawaban dari Ayah mertua nya itu, lagi lagi Ia bersyukur karena Ayah mertua nya itu mau menyapanya, itu berarti mertua nya itu tidak membencinya.
" Masakan Bunda sangat lezat, makasih untuk sarapan nya " Ucap Ivan tiba-tiba sebelum akhirnya Ia melangkah pergi.
Diana tersenyum senang meskipun bingung karena masakan pagi ini bukan dirinya yang menyiapkannya, Ia ingin mengatakan kalau itu buatan dari Istrinya namun tidak sempat.
" Andin, cepat antar ke depan pintu " Pinta Diana.
Ia ingin mengajarkan pada Putrinya bagaimana menjadi seorang Istri. Andin melongo tidak percaya.
" Bun, dia sudah besar. Tidak perlu di antar ke depan pintu "
Meski protes Andin tetap mengikuti perintah Bundanya itu, Ia berlari kecil menyusul kepergian Ivan.
" Van, tunggu "
Ivan menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, nampak Istrinya sedang melangkah ke arahnya.
" Iya ada apa Andin " Tanya Ivan kemudian.
" Em hati hati di jalan Van "
Akhirnya hanya kata itu yang keluar dari bibir Andin, Ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi
