NovelToon NovelToon
Cinta Atau Obsesi??

Cinta Atau Obsesi??

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Teen School/College / Crazy Rich/Konglomerat / Mafia / Romansa / Nikah Kontrak
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: nhaya

Kanaya hidup dalam gelembung kaca keindahan yang dilindungi, merayakan tahun-tahun terakhir masa remajanya. Namun, di malam ulang tahunnya yang ke-18, gelembung itu pecah, dihancurkan oleh HUTANG GELAP AYAHNYA. Sebagai jaminan, Kanaya diserahkan. Dijual kepada iblis.Seorang Pangeran Mafia yang telah naik takhta. Dingin, cerdik, dan haus kekuasaan. Artama tidak mengenal cinta, hanya kepemilikan.Ia mengambil Kanaya,gadis yang sepuluh tahun lebih muda,bukan sebagai manusia, melainkan sebagai properti mewah untuk melunasi hutang ayahnya. Sebuah simbol, sebuah boneka, yang keberadaannya sepenuhnya dikendalikan.
​Kanaya diculik dan dipaksa tinggal di sangkar emas milik Artama. Di sana, ia dipaksa menelan kenyataan bahwa pemaksaan adalah bahasa sehari-hari. Artama mengikatnya, menguji batas ketahanannya, dan perlahan-lahan mematahkan semangatnya demi mendapatkan ketaatan absolut.
Bagaimana kelanjutannya??
Gas!!Baca...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nhaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The fitting room of little girl

Aku sekarang nggak lagi teriak. Aku nggak lagi berontak. Aku cuma berdiri, memandangi dress hitam itu. Bekas luka pertama di pergelangan kakiku sudah ada. Tapi Artama benar. Bekas luka jiwa-ku baru saja dimulai.

​Kertas yang ditandatangani Artama itu tergeletak di samping kotak dress. Isinya bukan ucapan selamat ulang tahun yang manis, melainkan sebuah ultimatum. Yang artinya melawan berarti pertumpahan d4rah.

​Pikiranku bekerja cepat. Kemarin aku berontak, dan balasannya? Dipaksa menyaksikan eks3kusi. Hari ini, kalau aku menolak dress ini, balasan Artama pasti lebih kejam. Dia adalah pria yang terobsesi pada kontrol dan tata tertib.Dan aku sangat benci itu.

​Aku pun melihat bayangan diriku di cermin besar ruangan. WWajahku terlihat pucat, dan mataku bengkak. Pakaian terakhirku, dress champagne yang seharusnya merayakan kebebasan, sekarang terasa kotor dan ironis.

Hati dan pikiranku sekarang sedang berkecamuk rasanya.

​Aku harus pakai dress itu. Aku harus pura-pura tunduk.

​Tapi... nggak. Otakku mungkin setuju, tapi harga diriku, sisa-sisa Kanaya Ainsley Eden yang berusia tΠjuh b3las, langsung menjerit. Aku nggak mau jadi boneka patuh Artama. Apalagi di hari ulang tahunku sendiri.

​Aku lalu mengambil kotak itu, berjalan ke sudut ruangan, dan melemparkannya ke lantai. Bruak!

​Dress hitam itu keluar dari kotaknya.Aku membiarkannya. Aku pun memilih untuk duduk di lantai, bersandar di dinding, memeluk lututku, dan mengenakan dress champagne yang sudah kusut ini. Aku nggak akan ganti baju sampai aku mati kedinginan disini.Aku sudah tidak peduli lagi.

Namun,​Setelah beberapa menit keheningan mencekam, pintu kamar utama terbuka.

​Artama pun masuk.

​Dia sudah rapi. Setelan jas mahal yang perfectly tailored, dasi yang tight, rambut hitamnya tersisir rapi. Dia berjalan masuk sambil mengancingkan manset nya—manset emas yang pasti harganya setara motor atau bahkan mobil ayahku sebelumnya.

​Dia lalu berhenti di tengah ruangan. Tatapannya langsung jatuh ke dress hitam yang tergeletak di lantai, lalu ke arahku, yang masih meringkuk.

​"Kamu mencoba menguji kesabaranku lagi, Kanaya," suaranya tenang, datar, tanpa nada tanya. Itu adalah pernyataan, dan itu ancaman.

​Aku mendongak, menantangnya. "Aku bukan boneka. Aku tidak akan pakai baju yang lo suruh."

​Artama pun menghela napas, seolah dia sedang berurusan dengan anak kecil yang merepotkan. Ekspresinya nggak menunjukkan kemarahan, tapi justru kekesalan,kekesalan karena aku menyia-nyiakan waktunya yang berharga.

​"Sayang sekali. Aku memberimu kesempatan untuk melakukan ini dengan elegan. Tapi kamu selalu memilih jalan yang sulit," katanya.

​Dia kemudian berjalan mendekat. Aku pun langsung berdiri, tubuhku terasa tegang.

​"Jangan mendekat!"

​Dia mengabaikan ku total. Tangannya terulur ke meja, mengambil ponselnya. Dia menekan satu tombol.

"Batalkan pertemuan jam sepuluh ini. Aku harus mengurus properti yang rewel."

​Lalu, dia menoleh ke arahku. "Kamu punya dua menit untuk berganti. Atau aku yang akan melakukannya. Dan percayalah, kamu pasti tidak akan suka caraku."

​Napas Kanaya tercekat. Aku tahu dia serius. Kata "memaksa" Artama bukan sekadar ancaman kosong.

​"Lo... lo nggak bakal berani!" ujarku, tapi suaraku bergetar.

​Artama hanya tersenyum tipis. Senyum yang benar-benar mengerikan, karena senyum itu nggak mencapai matanya. "Tantangan yang menarik. Tapi aku selalu mendapatkan apa yang kuinginkan, Kanaya. Bahkan pada ketaatanmu."

​Dia pun berjalan santai menuju dress hitam itu di lantai. Mengambilnya. Melipatnya rapi di tangannya.

​"Baiklah.Waktunya habis," katanya, nadanya final.

​Artama langsung melangkah mendekatiku. Aku spontan mundur, sampai punggungku menabrak dinding dingin dan keras itu. Aku mencoba menjulurkan tangan untuk menghentikannya, tapi dia dengan mudahnya menangkap pergelangan tanganku. Cengkeramannya sangat kuat, tapi terukur. Bukan kasar. Hanya dominan.

​"Kamu akan pakai ini,Kanaya," bisiknya, suaranya dekat sekali, membuat bulu kudukku langsung merinding. "Dan kamu akan belajar bahwa di dunia ini,dan di dunia mu, kontrol ada padaku."

​Aku pun memberontak, mencoba menarik tanganku, tapi dia terlalu kuat.

​"Lepasin aku, b4j!ngan!" Aku menendang kakinya, tapi Artama hanya mengernyitkan dahi sekilas.

​Dalam satu gerakan cepat, dia mengunci kedua pergelangan tanganku dengan satu tangan kuatnya di belakang punggungku. Aku tidak bisa bergerak. Aku terperangkap.

"Kau monster!!psikop4t m3s|_|m!!lepaskan aku!!".

​Tangannya yang bebas meraih resleting dress champagne ku.

​"Tolong! Artama, jangan!" Air mataku langsung mengalir deras. Ini adalah pemaksaan yang paling intim dan merendahkan.

​Artama tidak menjawab.Matanya tetap fokus pada pekerjaannya dan sesekali aku merasakan sentuhan pelan dari bibirnya.Ia pun mencium di beberapa bagian tubuhku.

"Aku senang ayahmu mengkhianati ku,agar aku bisa mendapatkan mainan cantik dan sempurna sepertimu,Kanaya.".Bisik Artama di sela-sela ciuman singkat ke beberapa bagian tubuhku.

"Kau..!Monster!!kau !blis!!Ayahku di fitnah!!dia bukan pengkhianat!!".Ketus ku dengan tubuh yang gemetar.

" Aku tahu!tapi aku memiliki bukti pengkhianatan ayahmu,dan kau harus menanggungnya!".

Sensasi sentuhan singkat Artama membuat bulu kudukku merinding. Dengan suara resleting yang memecah kesunyian ruangan mewah itu, dress ku pun melorot ke pinggang. Seketika, rasa dingin menyerang kulit tel4nj4ng ku.

​Wajahku memerah karena malu, marah, dan ketakutan. Aku berusaha bergerak, memutar badan. Tapi cengkeraman Artama di pergelangan tanganku bagai belenggu besi.Saat ini aku hanya memakai bra dan mini pants.

​Dia mendorong dress champagne itu dari pinggangku dengan ujung kakinya, lalu mengangkat ku sedikit agar dress itu jatuh ke lantai.

​Artama melepaskan tangannya dari pergelangan tanganku hanya untuk sesaat,cukup lama baginya untuk mengambil dress hitam di tangannya, memutar ku dengan lembut, dan memaksa kepalaku masuk melalui lubang leher.

Sial!!putri Edward sangat memicu hasratku!!aku harus menyelesaikan ini secepatnya!!aku tidak boleh menyentuh dia!!dia hanyalah mainan!!mainan yang harus m4ti!!!Batin Artama dengan ekspresi yang tidak bisa di tebak.

​Aku hanya bisa terdiam, tubuhku membeku. Dia dengan santai menurunkan dress itu ke tubuhku, merapikannya. Jari-jari dinginnya menyentuh kulitku di sepanjang punggung, mencari resleting. Sentuhan itu bukan sentuhan nafsu, melainkan sentuhan kepemilikan. Dia memperlakukanku seperti barang mahal yang perlu dikemas dengan benar.

​"Selesai," gumamnya, saat resleting itu tertutup.

​Dia pun membebaskan tanganku, dan aku langsung melangkah mundur, memeluk tubuhku sendiri. Dress hitam itu pas sempurna di tubuhku, ketat, dan jelas sangat mahal. Itu membuatku terlihat... dewasa. Dan sangat rentan.

​"Jangan gunakan air matamu.," perintah Artama, nadanya masih datar.

"Air mata tidak akan mengubah apa pun di dunia ini."

​"Lo... lo adalah monster!" Aku terisak, berusaha mencari kata yang paling menyakitkan.

​Artama tidak tersinggung. Dia justru terlihat sedikit tertarik. Dia melangkah maju lagi membuat tubuhku benar-benar menempel di dinding dingin itu, dan kali ini, dia menyentuh daguku, mengangkatnya lembut,mendekatkan wajahnya hingga kami bersisa beberapa inci saja.

​"Aku bukan monster. Aku adalah kenyataan," bisiknya.Aku bisa merasakan deru nafas Artama yang segar dan hangat.Tapi jantungku bergejolak.Aku tak berani memandang matanya, hanya menatap bibirnya,tipis dan berwarna nude natural.Aku akui itu telihat hot tapi dia tetap monster.

"Monster hanya ada di dongeng. Aku adalah pria yang dibayar Ayahmu untuk mengambil mu. Dan di dunia ini, aku bisa membeli atau menghancurkan siapa pun. Termasuk dirimu,little scar.."

​Dia melepaskan daguku, dan mundur selangkah. Pandangannya menyapu dari atas ke bawah, menilai hasil karyanya.

​"Sempurna!Sekarang, Kanaya, kamu akan belajar bagaimana menjadi jaminan yang berharga. Dan kamu akan belajar bahwa ketaatan jauh lebih mudah daripada perlawanan."

​Dia lalu berjalan ke pintu. "Tunggu di sini. Aku akan menjemputmu dalam sepuluh menit. Jangan mencoba melarikan diri, atau aku akan pastikan kamu mendapatkan lebih dari sekadar bekas luka."

​Pintu tertutup di belakangnya, meninggalkan aku sendirian, mengenakan dress hitam yang terasa seperti belenggu. Di hari ulang tahunku yang ke Dlapan b3las, aku tidak mendapatkan kebebasan. Aku mendapatkan seorang monster yang bernama Artama.

​Dan aku pun menyadari,bahwa luka Dlapan B3las t4hun adalah nama yang sepertinya sangat cocok untukku. Bekas luka itu sudah ditorehkan, dan ini baru awal.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!