Hai Nama ku Azkia Andita besasal dari kampung datang ke kota untuk merubah nasib ku dan keluarga ku, Simak yuk kisah ku.
Kia.... teriak tuan muda anak majikan ku di dalam kamar nya karena aq bekerja di rumah keluarga Darren Anderson menjadi maid pribadi tuan muda di keluarga Anderson, aq menghampiri tuan muda dengan berlari secepat mungkin.
Iya tuan saya di sini, Kia masih mengatur nafasnya kala sampai di hadapan tuan muda Adrian Anderson.
Ck.. lama sekali kamu, carikan dasi yang lain, yang ini aku gak suka, sambil di lempar nya dasi itu ke arah Azkia.
"Baik tuan" Azkia pun mencari dasi lain yang cocok buat tuannya.
➖
➖
Adrian yang gelisah di ruangan tempat dia menunggu acara yg akan di selenggarakan dalam beberapa jam mendatang.
Bian apa kau sudah menemukan Siska?
Belum tuan anak buah ku sedang berpencar mencari Nona Siska.
*****
Nah loh apa yang terjadi 🤭
Yuk simak kelanjutan ceritanya 😅
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan siang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
💝.....
💝.....
💝.....
Nyonya Andini dan Tuan Darren baru keluar dari kamar dengan menggeret koper oleh pelayan yang membantunya berkemas tadi.
Mereka pun menunggu di ruang santai dan memanggil Azkia yang terlihat baru turun dari kamar anak mereka.
"Azkia.. apa Adrian sudah pulang?" tanya nyonya Andini.
Azkia yang mendengar di panggil namanya, dia pun menoleh ke sumber suara yang memanggilnya, lalu menghampiri nyonya Andini yang memanggilnya.
"Iya nyonya, tuan Adrian sedang mandi, dan berpesan agar nyonya dan tuan menunggu nya sebentar," sahut Azkia setelah dia berhadapan tuan dan nyonya nya.
"Oke kalo begitu, terimakasih Kia, emm.. tolong bikinkan teh sama cemilan nya ya!"
"Baik nyonya, kalo begitu saya permisi."
"Iya" hanya jawaban singkat dari bibir nyonya Andini.
Sedangkan pelayan yang tadi sudah memasukan koper tuan dan nyonya nya ke dalam mobil yang di bantu oleh supir tuan Darren.
"Maaf tuan nyonya koper sudah saya masukkan mobil di bantu mang Sarif." kata pelayan Mira memberi tahu pada tuan dan nyonya nya.
"Oh iya, terimakasih Mira, " sahut nyonya Andini dengan senyuman tulusnya.
Sedangkan tuan Darren sedari tadi dia masih fokus pada gawainya.
"Pah ada masalah kah? sampai serius amat liatin handphone nya?"
"Eh ini mah, bukan masalah besar ko, cuma ada yang belum di selesaikan, soal Hotel yang kita boking ternyata ada masalah internal, terpaksa kita pindah Hotel. "
"Oh begitu, sekarang bagaimana? sudah selesai kah?"
"Sudah mah Rendy yang urus kok, tenang aja gak akan menunda kepergian kita. "
Percakapan mereka terpotong karena Adrian datang menghampiri Mamah dan Papah nya, dan Berbarengan Azkia pun datang dengan membawa nampan berisi teh dan cemilan yang di pinta nyonya Andini.
"Mah Pah, sudah lama menunggu?"
"Nyonya Tuan ini teh dan cemilan nya!"
"Wah kalian bisa barengan begitu datang nya, jangan-jangan.. !"
"Apaan sih Mah,"
"Kebetulan aja nyonya, silahkan tuan nyonya dan tuan muda teh dan cemilan nya, ada yang bisa saya bantu lagi?"
"Terimakasih Kia, sudah cukup kamu boleh pergi. "
"Kalo begitu saya permisi."
"Gak kok sayang, Mamah dan Papah belum lama, kamu dari mana aja kok pulang terlambat?"
"Iya Yan kemana dulu, sampai gak makan malam sama Papah dan Mamah? apa ada hal penting?"
"Emmm.. iya Mah Pah, tadi aku ketemu Siska dulu dan melamarnya juga.. "
"Apa kamu ketemu kekasih kamu itu terus melamar dia, apa kamu yakin sama dia sayang, kok Mamah ngerasa gak sreg ya sama hati Mamah!"
"Mah... " Papah Adrian menyikut lengan istrinya tanda agar menjaga perasaan Anak-Nya.
"Terus gimana tanggapan kekasih mu, kapan dia mau menemui kita?" sahut Papah Darren.
"Kok mamah gitu sih, kan mamah belum ketemu sama Siska, belum tau dia gimana? dia udah nerima lamaran Adrian, dan dia juga akan nemuin Mamah dan Papah setelah kalian pulang berlibur."
"Syukur lah kalo dia udah nerima kamu Yan,"
"Tapi ini cuma perasaan Mamah aja sayang, mungkin karena Mamah dengar profesi kekasih kamu aja, jadi Mamah merasa gak cocok."
"Tenang aja mah, Iyan udah bilang sama Siska setelah kita menikah, dia akan berhenti dari profesi nya."
"Bagus deh kalo begitu mamah gak mau punya menantu, yang sibuk dengan karir nya, nanti anak Mamah gak ada yang urusin, masa iya setelah menikah kamu masih harus di urusin sama Kia?"
"Ya gak lah Mah, tenang aja Mamah gak usah khawatir ya." Adrian menghampiri Mamahnya sambel memeluk dan meyakinkan dia agar bisa merestui mereka nantinya.
"Mamah dan Papah berangkat jam berapa?"
"Jam sembilan berangkat, dari sini karena penerbangan jam sepuluh."
"Kalo begitu masih ada waktu 45 menit lagi, Iyan makan malam dulu, Mamah Papah tunggu Iyan ya, Iyan ikut antar ke bandara, biar Mang Sarif ada teman pulang ke sini nya." sahut Adrian sambil tersenyum.
"Iya udah sana kamu makan dulu yang banyak."
Adrian pun bergegas menuju ruang makan, sampai di sana ternyata Azkia sudah menyiapkan makan malam untuknya.
"Kia.. apa ini makan malam untuk ku?"
"Eh.. iya tu-tuan.. " sahut Azkia sambil terbata karena kaget.
"Kanapa kamu gagap Kia?" tanya Adrian.
"Tidak tuan saya hanya kaget, maafkan saya." sahut Azkia sambil menunduk.
"Maaf kalau saya mengagetkan mu."
"Tidak apa tuan."
Azkia pun melayani tuan nya makan malam, setelah mengalahkan ke piring tuan nya, Azkia pun pamit dari ruang makan.
"Apa kamu sudah makan Kia?"
"Eh.. be-belum tuan, saya makan setelah beres makan anda tuan." sahut Azkia sambil menunduk.
"Ini sudah jam delapan lebih, kamu belum makan?" Adrian kaget dengan pengakuan Kia, "kalau begitu kamu temenin saya makan Kia, saya gak mau makan sendirian!" karena Adrian tak mau ada penolakan dia pun berbicara begitu.
"Tapi tuan saya tak enak untuk makan bersama tuan, saya akan temani tuan di sini saja," Kia merasa tak enak jadi dia masih berdiri di dekat meja makan.
"Gak ada tapi Kia, cepat aku gak ada waktu untuk berdebat, kamu bawa piring buat kamu dan duduk di sebelah saya."
"Ba-baik tuan kalau ini mau tuan," Kia pun pergi ambil piring di dapur dan makan bergabung dengan tuan Adrian.
Tak ada sepatah kata pun dari bibir satu sama lain, mereka makan dengan hidmat.
20 menit pun berlalu, mereka pun selesai makan.
"Terimakasih Kia, kamu sudah mau menemani saya makan."
"Sama-sama tuan, maaf saya sudah lancang." sahut Kia sambil menunduk.
"Ini bukan lancang, tapi ini perintah, jadi kamu tak usah minta maaf karena ini bukan kesalahan, ya sudah kamu beresin bekas makan kita, saya pergi dulu."
"Iya tuan silahkan." Kia pun membereskan bekas makan mereka, tak lupa mencuci piring kotor juga."
"Mah.. Pah.. " panggil Adrian.
Yang di panggil pun menoleh berbarengan.
"Sudah makan nya Yan?" tanya Mamah dan Papah Adrian.
"Sudah Mah Pah," sahut Adrian.
"Ya sudah duduk dulu saja masih ada 10 menit lagi, Mamah dan Papah berangkat."
Adrian pun duduk bergabung dengan Mamah dan Papah nya.
10 menit berlalu, mereka pun bangkit dari duduk santainya, bergegas untuk berangkat ke bandara, tapi sebelumnya nyonya Andini memanggil Bi Inah terlebih dahulu.
"Bi Inah... " panggil Nyonya Andini.
Bi Inah yang mendengar nama nya di panggil, dia pun bergegas menghampiri nyonya nya, "saya nyonya, "
"Bi saya dan suami saya pergi dulu, titip rumah dan anak saya, jangan sampai dia tidak makan ya Bi!"
"Apaan sih Mah Iyan udah dewasa loh masa masih di titipin Bi inah sih!" Adrian pun cemberut.
"Hahaha... tetep aja sayang kamu itu anak Mamah, sekali pun nanti kamu sudah menikah, toh gak akan berubah panggilan kamu sama Mamah." Andini mau pun Darren tertawa karena melihat anaknya merajuk.
"Iya Yan kamu ini tetap anak Papah Mamah, sudah sudah nanti kita terlambat, ayo kita berangkat."
Mereka pun berangkat bersama ke bandara.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...