Bintang, harus pasrah saat dipaksa menggantikan adiknya, yaitu Azkia. Untuk menikah dengan seorang pria yang mempunyai kepribadian langka.
"Kenapa kamu mengorbankan Kakak? Dia kan di Jodohkannya dengan kamu, bukan aku."
"Aku tidak sudi, menikah dengan Pria yang Alergi pada wanita. Gimana mau bahagia," jawab Azkia dengan ketus.
Emillio Ferdinand, pria yang mempunyai kepribadian langka, harus menerima jika dia di jodohkan orang tuanya dengan Azkia. Dan apakah reaksi Emil, saat mengetahui jika pengantinnya di ganti?
Apakah rumah tangga Bintang dan Emil, akan bertahan? Dengan keadaan Emil yang Alergi jika di sentuh wanita. Atau, mampukah Bintang menyembuhkan penyakit Emil?
Simak yuk kisahnya hanya di Novel ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Allahuma Paksakan
Happy reading......
Pagi ini Bintang dan juga Emil sudah bersiap untuk pergi ke Bandara. Koper pun sudah di siapkan oleh Mama Ria. Semua keperluan untuk kepergian Emil dan juga Bintang, memang sudah di siapkan oleh Mama Ria sedari kemarin.
Bintang semalam kaget saat mendapati 2 koper yang telah di siapkan oleh Mama Ria. Dia senang memiliki Mertua yang begitu perhatian dan sangat menyayangi dirinya.
"Pokoknya, sebelum kamu menjebol gawang. Mama dan Papa larang kalian pulang,'' ucap Mama Ria saat berada di meja makan.
Emil dan Bintang seketika tersedak makanannya saat mendengar ucapan Mama Ria. Sedangkan Papa Ezra dan Mama Ria hanya saling melirik satu sama lain, sambil tersenyum penuh makna.
''Ma, maksud Mama apa? Kalau Emil dan Bintang belum pulang, bagaimana dengan perusahaan?'' tanya Emil dengan nada protes ke arah Mama Ria.
''Kamu tidak usah khawatir soal perusahaan. Papa dan Leon akan mengurusnya. Lagipula, Leon bisa di andalkan soal itu.'' jawab Papa Ezra sambil mengelap mulutnya.
''Tapi Pa, berapa lama Emil dan Bintang di sana?'' tanya Emil dengan nada tidak setuju.
Dia hanya tidak mau berlama - lama di Prancis bersama Bintang. Bukan karena Emil tak suka, hanya saja dia harus mengurus proyek yang lagi di bangun di daerah Yogyakarta.
''Sampai kamu bisa mencetak Gol. Ingat Mil, jika kamu mau sembuh. Maka kamu harus berusaha. Lagipula, jika kamunya selalu menghindar. Bagaimana akan sembuh? Kamu harus mode paksa Mil, jangan terlena dengan alergi mu,'' jelas Papa Ezra sambil kembali memakan sarapan nya.
''Ayo sayang, anak Mama pasti bisa. Allahuma paksakan, Mil.'' seru Mama Ria dengan gembira.
Emil menghela nafas nya dengan pelan. Sementara itu Bintang hanya diam saja. Dia melihat wajah frustasi milik suami langkanya itu. Sejujurnya Bintang juga tidak mau lama - lama di sana. Hanya saja, membantah juga percuma.
Leon sudah sampai di kediaman orang tua Emil. Dia di minta Papa Ezra mengantarkan Emil dan Bintang ke Bandara.
''Semoga lo bisa cetak Gol ya, Bro. Gue cuma bisa doain,'' ucap Leon saat berada di dalam mobil.
''Berisik.'' kesal Emil.
Leon malah terkekeh mendengar sahabatnya kesal. Dia tahu jika Emil tidak mau lama - lama di sana. Hanya saja, Leon sangat mendukung keputusan Mama Rian dan Papa Ezra.
Sesampainya di Bandara, Leon membantu Emil dan Bintang menurunkan barang - barang mereka. Kemudian Bintang pamit ke toilet dulu.
Leon menepuk pundak sahabatnya, membuat Emil mengalihkan pandangannya ke arah Leon. Menatap pria itu dengan heran.
''Dengarkan aku! Jika lo mau sembuh, lo harus lawan rasa itu. Ingat Bro, Bintang adalah seorang istri. Dan dia bukan hanya butuh nafkah lahir saja, tapi dia butuh nafkah batin juga. Mungkin dia tidak memintanya sekarang, tapi nanti pasti. Lo harus lawan rasa itu, Mil. Lo harus sembuh.'' Leon menyemangati sahabatnya.
Sementara itu Emil yang mendengar penuturan Leon terdiam. Dia membenarkan apa yang Leon ucapkan. Dia harus bisa memberikan nafkah batin kepada Bintang, walaupun Emil tidak yakin jika dia bisa, tapi setidaknya dia harus mencobanya.
Pesawat yang di naiki Emil dan Bintang pun lepas landas, meninggalkan kota yang padat penduduk itu. Bahkan, Bintang tidak banyak bicara selama di dalam mobil sampai di dalam pesawat. Entah dia harus senang atau sedih pergi honeymoon.
'Entah kenapa perasaanku tidak menentu? Honeymoon harusnya menjadi hal yang membahagiakan bagi pasangan suami istri. Akan tetapi, kalau honeymoon ala aku sepertinya akan penuh drama,' batin Bintang sambil menatap ke arah luar jendela.
Pemandangan di luar hanyalah awan - awan putih saja, membuat Bintang mengantuk. Kemudian dia memasang headset di telinganya dan mendengarkan musik kesukaannya.
Emil menghela nafasnya saat melihat Bintang memejamkan mata. Sebenarnya dia ingin sekali mengajak istrinya itu mengobrol, tapi Emil bingung harus memulai darimana.
Sedangkan di tempat lain, Tiwi baru saja berbelanja bahan - bahan kue untuk bakery milik sang Mama. Dia sedang berdiri di pinghir jalan, menunggu taksi. Akan tetapi, sudah 15 menit berdiri belum juga ada taksi yang lewat.
Dari kejauhan, Leon melihat Tiwi sedang berdiri di pinggir jalan sambil menenteng banyak belanjaan. Dia pun melewati wanita itu begitu saja. Namun, saat melihat Tiwi kelelahan, entah kenapa Leon malah iba.
Dia pun memundurkan mobilnya kembali hingga berhenti tepat di hadapan Tiwi.
Bersambung.......
aku ajah lihat baju gitu ingin tak bakal menggelikan 😅😅
apa enak nya sihh ikut mertua aku sajahhh jadi bintang ogahhh sumpekkk 😂😂😂😂🤣🤣🤣,,
sulit gerak nafas tinggal seperempat 😀
jarang ada wanita menerima apalagi tanpa cinta
biasanya wanita akan lebih egois apalagi tanpa cinta
bener gak Thor 🤭
pernah kehilangan seorang ayah diwaktu masih SMK tapi tetap sakit meskipun hanya 1 tahun sekali
kurang kasih sayang seorang ayah tau² pergi merasa gak percaya gitu 🤧