Pelacur Cantik Di Tubuh Istri Sampah

"Baiklah, aku akan mencari bukti keterlibatan Clara dengan masa lalu ayahnya yang mendonorkan ginjalnya pada papa. Untuk pernikahanku dengan Alice, aku akan menikahinya segera. Aku tidak ingin anakku tidak memiliki status saat kelahirannya yang tinggal beberapa bulan lagi." Ucap Alvin.

"Mama senang mendengarnya, mama akan persiapkan pernikahan mewah untuk kalian."

"Ma, aku hanya akan menikahi Alice secara siri. Dan tidak ada resepsi ataupun pesta. Uang dari mana untuk semua itu?"

"Mama masih punya perhiasan dan tabungan, meskipun tidak mewah.Tapi pernikahan ini harus tetap diadakan pesta. Mama ingin semua orang tahu, siapa yang layak bersanding di sampingmu sebagai seorang istri."

"Kalau begitu, terserah mama saja. Aku cukup pusing memikirkan setelah ini hidup kita akan seperti apa." Ucap Alvin merasa frustasi.

"Tidak perlu pusing, kita akan tetap tinggal di rumah ini. Dan perusahaan tetap akan jadi milikmu. Mama akan bantu urus, kita harus bisa menuntut Clara. Jangan dibiarkan dia berulah terus."

"Mama, akan cari tahu ada perjanjian apa antara papa kamu dengan pria miskin itu. Hingga papa memberikan semua aset pada anaknya yang tidak tahu diri itu. Atau dulu papa dalam tekanan atau ancaman." Ucapnya lagi.

"Kalau gitu mama urus, aku akan mencari surat kepemilikan apartemen dan mobil yang dipakai Alice."

"Kamu serius menarik semua fasilitas dari kekasihmu itu? Kasihan dia Alvin, mama lihat dia sedikit tertekan tadi. Ngomong-ngomong kandungan Alice sudah berapa bulan, kenapa terlihar lebih besar dengan pakaian itu daripada saat menggunakan setelah kerja yang biasa dia pakai."

"Katanya 3 bulan Ma, aku juga tidak tahu." Jawab Alvin.

"Tapi seperti sudah 5 bulan Alvin, kamu bawa dia ke dokter kandungan. Jangan-jangan selama ini dia tutupi menggunakan korset supaya tidak terlalu kelihatan besar karena malu hamil tanpa suami. Kamu harus segera menikahi dia." Ucap Nyonya Rossa yang berfikir tidak ingin calon cucunya tersiksa karena mamanya malu dengan kehadirannya.

"Iya Ma." Hanya itu yang bisa Alvin katakan, dia terlalu pusing memikirkan perubahan sang istri.

Sementara di kantor, Clara sedang membaca beberapa berkas laporan keuangan. Jangan ditanya darimana kemampuan Clara itu, sedangkan dirinya hanya mantan seorang pelacur tanpa pendidikan tinggi. Itu karena Clara memiliki IQ tinggi, dia cerdas membaca situasi.

Apalagi saat itu kebanyakan kliennya adalah orang-orang dengan jabatan tinggi. Beberapa kali Clara menemani mereka saat ada meeting di luar kota. Tentu tanpa sepengetahuan pasangan sah mereka. Karena Clara bukan pelacur biasa, dia menduduki peringkat atas wanita yang paling dicari. Selain cantik, menarik tentu saja memiliki pemikiran yang pintar.

"Ternyata kamu memang mencuri uang perusahaan. Andai Tuan Bagas tidak merubah kepemilikan menjadi milik Clara pemilik tubuh mungkin sudah habis tak tersisa." Gumam Clara baru.

"Ternyata tugas menggantikan tubuh Clara sangat berat, tidak hanya tentang rumah tangga tapi juga menyelamatkan aset warisan Tuan Bagas yang perlahan dikeruk oleh gundik Alvin."

"Hampir 1 triliun yang hilang, dan itu pasti digunakan Alvin untuk memenuhi kebutuhan perempuan murahan itu. Padahal Alice bukan wanita yang setia. Kamu akan terkejut Alvin, tapi tidak sekarang. Tunggu kalian menikah, maka aku akan bongkar kebusukan wanita yang kamu cintai itu hingga kamu menyesal karena mengkhianati istrimu." Gumamnya lagi.

Tepat pukul 7 malam Clara tiba di rumah besar yang nampak indah dari luar tapi isi neraka di dalamnya. Terlihat ada tiga orang sedang duduk di meja makan, siapa lagi kalau bukan Ibu Mertuanya, suami brengseknya dan tidak ketinggalan gundik.

"Wah... Wah... Sedang makan malam bersama ternyata." Ucap Clara sinis.

"Enak ya, tanpa kerja bisa makan enak. Apalagi pelacur itu, cukup ngang kang semua kebutuhan tercukupi. Sungguh luar biasa Anda."

"Tutup mulutmu wanita miskin, mulai hari ini statusku di rumah ini adalah Nyonya. Kamu harus menghormati aku, jika tetap ingin tinggal." Ucap Alice sombong.

"Ohhh... Nyonya rumah ternyata." Ucap Clara.

"Kita lihat, apa yang bisa dilakukan Nyonya rumah seperti kamu. Karena aku juga lapar, aku ikut makan ya Nyonya rumah."

Duduk dengan anggun, Clara mengambil makanan untuk dia makan. Menghiraukan tatapan marah dari ketiga orang.

"Tidak perlu memandangku begitu, kalian tidak akan kenyang jika hanya menatap wajahku yang cantik ini."

"Seminggu lagi aku akan menikahi Alice, aku tidak butuh persetujuanmu untuk menjadikan perempuan yang aku cintai ini sebagai istri keduaku." Ucap Alvin berharap Clara menangis lalu menjadi semakin lemah seperti sebelumnya. Kemudian Alvin akan menekan Clara supaya mengembalikan semua miliknya dengan syarat yang pasti menguntungkannya.

"Terserah, memang apa peduliku." Jawabnya.

Alvin terpaku, ternyata tidak sesuai harapannya. Istrinya benar-benar sudah berubah, tidak ada lagi sorot mata penuh cinta yang selama ini dia lihat. Yang ada hanya tatapan penuh dendam dan kebencian yang begitu besar untuknya.

"Semua ada konsekuensinya Alvin, kamu boleh menikahi siapapun yang kamu mau. Aku tidak akan melarang."

"Tapi ingat status kamu di sini hanya numpang tinggal, rumah ini sudah menjadi milikku sejak setahun yang lalu. Jika aku dulu diam dan mengalah tapi kamu semakin tidak tahu diri. Maka jangan salahkan aku jika sekarang aku ambil semua darimu." Ucap Clara tenang tapi penuh intimidasi, membuat semua bergidik ngeri.

"Kamu tidak bisa seenaknya Clara, ini rumah suamiku. Aku sebagai istri berhak untuk tetap tinggal di sini sampai kapan pun tanpa persetujuan darimu yang hanya orang luar meskipun statusmu istri dari putraku." Ucap Nyonya Rossa.

"Katakan saja di pengadilan Ibu Mertua. Jika kalian semua keberatan, silahkan ajukan banding." Ucap Clara.

"Aku sudah kenyang, mau istirahat dulu. Kalian bertiga boleh tidur gratis hanya untuk malam ini. Selanjutnya kalian harus membayarnya padaku."

Setelah mengatakan itu, Clara pergi menuju kamar tamu. Besok pagi dia akan merombak semua yang ada di rumah ini. Clara akan melakukan perubahan besar-besaran untuk mendisiplinkan para manusia kejam.

Pagi hari, sebelum para iblis bangun Clara sudah membangunkan Bik Tutik dan Mang Yanto tukang kebon untuk membantu melancarkan rencananya.

"Maaf membangunkan kalian, tapi kita butuh kerja sama sebelum para penghuni neraka itu bangun dan mengacaukannya. Kita akan buat kejutan."

"Apa yang bisa kami bantu Non?" Tanya Bik Tutik ragu.

"Kosongkan paviliun ini, bersihkan semua barang-barang kalian dan bawa..."

"Jangan pecat saya, maaf jika selama ini saya hanya diam saat Nona Clara disiksa oleh Nyonya Rossa dan Aden Alvin. Saya takut." Ucap Mang Yanto.

"Aduh, siapa juga yang akan memecat kalian berdua. Aku ingin kalian pindah ke dalam rumah."

"Maksudnya bagaimana?" Tanya Bik Tutik.

"Mulai hari ini, Bik Tutik dan Mang Yanto tinggal bersama saya di dalam rumah. Sedangkan mereka bertiga akan tinggal di paviliun menggantikan kalian. Dan kalian bekerja hanya untukku. Hanya aku yang boleh memerintah kalian berdua."

"Apa tidak masalah Nona, saya takut Anda nanti disiksa lagi."

"Tidak ada lagi yang akan berani menyiksaku. Ayo cepat bersihkan."

Tak berapa lama, paviliun sudah bersih. Lemari kayu tua, kasur dan ranjang semua Clara pindahkan ke luar paviliun. Hanya tersisa tikar dan beberapa kardus kosong. Clara akan membuat nasib ketiga manusia berhati iblis itu sama seperti dirinya. Hanya seorang sampah.