Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggung Sandiwara
"Ehmmmm Kak Bara, maafkan kedatangan kami yang begitu tiba-tiba ya." Suara Estrella terdengar selama hening mencengkam sepanjang perjalanan menuju mall.
Bara tidak menjawab, hanya mengangguk pelan. Dimas sendiri menyetir dengan pelan juga. Diam-diam ia bisa merasakan apa yang Bara rasa. Seharusnya Maira lah yang berada di samping atasannya itu sekarang. Namun kenyataannya sekarang lain, ada seorang perempuan lain dan juga anak kecil yang memanggilnya Daddy.
"Dad, apa kau suka permen?" Serafinna bertanya dengan lucu. Bara mengalihkan pandangannya. Ia memang benci pada Kevin, bahkan setelah Kevin mati pun kebenciannya tak juga hilang.
Tapi, pada gadis kecil bermata emerald ini ia tak bisa benci. Gadis itu tak pantas dibenci karena ia tak tahu apa-apa.
"Tidak suka." sahut Bara sambil tersenyum.
"Kenapa? bukannya permen itu manis?" tanya Serafinna dengan mimiknya yang lucu.
"Ya, tapi bisa membuatmu sakit gigi nanti." Ia menjawil puncak hidung Serafinna gemas.
Diam-diam Estrella memperhatikan itu. Betapa Bara sebenarnya orang yang sangat penyayang. Namun, ia juga tahu Bara tidak akan bisa menerima kehadirannya sekalipun mama telah berulang kali ingin menikahkan mereka.
Tapi, ia berharap kehadiran Serafinna bisa membuka jalan untuk kedekatan mereka selanjutnya. Meski sekarang, Bara tetap saja dingin, berusaha tidak menggubris kehadirannya.
Sesampainya di mall, Serafinna menggandeng Bara dan Estrella membuat mereka terlihat sempurna seperti keluarga kecil bahagia.
"Aku mau main di sana." Bocah cilik itu menunjuk sebuah wahana permainan yang ada di dalam Mall.
"Ayo kita ke sana." Bara menuntun bocah kecil itu dengan langkah riang.
Estrella memperhatikan itu dari kejauhan. Ia tersenyum melihat kedekatan Bara dan Serafinna. Estrella menoleh pada Dimas yang juga sedang berdiri tak jauh darinya.
"Dimas, yang tadi itu benar istrimu?" tanya Estrella tiba-tiba.
Dimas menoleh, bingung harus menjawab apa.
"Ya..." Akhirnya ia menjawab juga meski terasa berat untuk mengatakan iya.
"Dia masih tampak muda, berapa usianya?"
"Baru saja menginjak sembilan belas tahun." sahut Dimas memaksa seulas senyum.
"Pantas. Dia memang masih terlihat muda." balas Estrella.
"Ya, tapi dia sangat dewasa. Ehmmm maksudku dia punya pemikiran yang dewasa di usianya yang masih sangat muda itu." timpal Dimas kembali dengan senyum yang lebih tulus.
"Ehmmmm, Dimas bolehkah aku bertanya?"
"Silahkan Nona."
"Apa Kak Bara tidak memiliki seorang pacar?" tanya Estrella pelan.
"Tidak, Tuan Bara tidak menginginkan wanita mana pun untuk menjadi pacarnya." sahut Dimas lugas. Estrella terdiam.
Estrella ingat dulu saat berita kematian Kevin terdengar bersama istri dari Bara, ia juga sangat terpukul. Tak menyangka bahwa selama ini Kevin yang adalah suaminya bermain serong dengan Sabrina, istri dari Bara yang tak lain adalah adiknya sendiri. Ia juga ternyata sedang mengandung Serafinna saat itu.
Estrella kemudian ikut mama Olivia ke Meksiko sekalian membantu wanita itu di perusahaan. Olivia sangat menginginkan Bara untuk menikahkan mereka. Namun, selama enam tahun berusaha membujuk putranya, Bara bergeming.
"Dimas, apa menurutmu, nanti Kak Bara bisa menerima kehadiranku?" tanya Estrella penuh harap.
Dimas menoleh dengan kaku. Ia sangsi. Bara sangat mencintai Maira, itu tidak bisa dibantah.
"Entahlah Nona, Tuan Bara sangat menutup hatinya sejak peristiwa tujuh tahun yang lalu."
"Aku berharap, Serafinna bisa mengambil hatinya." gumam Estrella penuh harap.
Dimas hanya memandang wanita itu dingin. Jujur, ia ingin Bara lepas dari bayang-bayang kejadian tujuh tahun yang lalu Bukankah dengan menghadirkan Estrella dan Serafinna malah akan membuat Bara terpaksa kembali mengenang masa lalu kelam itu? Namun, Nyonya Olivia nampaknya tidak berpikir sejauh itu.
"Tuan Bara mungkin akan sangat perhatian pada Serafinna, namun pada perempuan lain saya masih sangsi, Nona." tandas Dimas tanpa basa basi.
Estrella memandangnya dengan raut kecewa. Tadinya, ia berharap bisa mendapat dukungan dari asisten setia Bara itu, namun kenyataannya lain. Dimas dengan lugas seolah menyangkal semua itu.
Hampir dua jam berada di mall dengan Serafinna yang membawa banyak sekali kantung belanjaan berisi mainan, akhirnya mereka memutuskan kembali ke rumah.
Sepanjang perjalanan Bara teringat Maira. Ia rindu istrinya. Ingin segera memeluk Maira secepatnya.
"Dimas, apa Maira sudah tidur?" tanya Bara tanpa bisa ditahan. Estrella nampak menoleh. Merasa aneh dengan pertanyaan Bara tentang istri asistennya itu.
"Belum, Tuan. Dia masih menunggu." sahut Dimas sambil tersenyum.
Kening Estrella semakin berkerut.
"Cepatlah kita kembali, kasihan dia menunggu terlalu lama." tukas Bara lagi dengan semangat.
Estrella semakin merasa aneh. Namun ia berusaha tidak ingin banyak bertanya tentang istri asisten Bara.
*********
Sesampainya di rumah. Nyonya Olivia sudah tidak terlihat lagi. Perempuan itu memang tidak pernah telat tidur. Ia selalu tidur tepat waktu. Bara baru saja hendak masuk ke dalam kamar ketika Estrella kembali memanggilnya.
"Kak Bara... "
"Ada apa Ella?" tanya Bara tanpa antusias.
"Ehmmmm... Serafinna ingin kau membacakan dongeng untuknya." ungkap Estrella dengan senyuman.
Bara tampak mengusap wajahnya. Ia sebenarnya sudah tidak mau lagi berada diantara Estrella atau Serafinna, ia ingin segera masuk ke kamar dimana Maira telah menunggunya dengan gusar.
Namun Bara akhirnya turun, pergi ke kamar dimana Serafinna telah menunggu.
"Kenapa belum tidur?" tanya Bara sambil mengusap lembut rambut anak kecil itu.
Terlihat Estrella ikut merebahkan diri di samping Serafinna. Bara sedetik pun tidak memandang dirinya.
"Daddy, bacakan aku dongeng ya." pinta Serafinna dengan tatapan penuh harap.
Bara menarik nafas panjang, lalu tersenyum dan mengangguk. Ia mulai membacakan sebuah dongeng pengantar tidur untuk anak kecil itu.
Saat ia masih asyik berada di dalam kamar bersama Serafinna dan Estrella, tanpa sadar, Maira melihat pemandangan itu dari luar lewat pintu kamar yang nampak terbuka sedikit.
"Tuhan...ini sakit sekali." gumam Maira pilu. Ia tidak tahan melihat ini semua. Maka Maira kembali melangkah, menuju kamar dimana masih ada Dimas di dalamnya.
"Nona?" tegur Dimas saat melihat Maira kembali ke kamar dengan berderai air mata.
"Kak, apa Mas Bara akan tidur di sana malam ini?" tanya Maira bergetar.
Dimas menghampiri Maira, menepuk bahu istri Tuan Bara itu lembut berusaha menenangkan.
"Percayalah, Tuan Bara akan kemari sebentar lagi, Nona. Tunggulah disini, aku akan segera ke kamar sebelah." putus Dimas, ia benar-benar merasa tidak nyaman berada dalam satu kamar dengan Maira.
Maira mengangguk, membiarkan Dimas pergi dan berlalu. Sementara ia sendiri kembali masuk dan meringkuk di dalam selimut. Satu jam berlalu Maira mulai mengantuk, belum ada tanda Bara datang.
Maira berusaha memejamkan mata. Namun saat ia baru saja hendak berkelana ke alam mimpinya, tubuhnya serasa direngkuh dari belakang.
Maira menoleh, menemukan Bara telah menyeruak diantara perpotongan leher jenjangnya. Maira tak kuasa menahan airmata.
"Bee... maaf membuatmu menunggu terlalu lama seperti ini." Bara mengulurkan satu jemarinya, menyeka airmata istrinya yang entah sudah habis berapa banyak hari ini.
"Mas... aku takut sekali kau akan berpaling pada wanita itu." gumam Maira lirih.
Bara menggeleng, mencium lembut kening Maira lembut penuh kasih dan sayang.
"Tidak Bee, kaulah yang aku cintai. Bukan perempuan lain, bukan pula Estrella." sahut Bara sambil membelai lembut rambut Maira.
"Tapi, aku melihat kalian sangat akrab di kamar tadi." Maira menunduk, berusaha menepis perih yang kini semakin mencengkram kuat rongga hatinya
"Kau ke sana tadi?" Tanya Bara pilu. Pasti Maira sangat terpukul menyaksikan itu semua.
"Ya... aku mencarimu, Mas. Aku cemburu melihat kalian yang sudah seperti keluarga bahagia." Maira mengeluarkan uneg-unegnya.
"Aku mengerti, Sayangku. Tapi, aku bahkan tidak peduli pada Estrella. Aku hanya tidak tega pada Serafinna. Kau tahu aku malah selalu memikirkan mu ketika bersama mereka tadi. Rasanya, aku hampir sulit bernafas saat merasa kau jauh dari sisiku ini." keluh Bara. Maira menatapnya sama sendu.
Mereka dalam posisi sama-sama sulit. Fisik kadang berjauhan, namun hati saling merindukan. Kini Maira harus rela menjalani peran, berusaha menguasai panggung sandiwara ini dengan sesak yang semakin terasa nyata.
"Sampai kapan kita akan begini, Mas?" tanya Maira dengan suara yang sangat kecil, hampir tak terdengar.
"Bersabarlah Bee, aku akan segera menyelesaikannya. Orang pertama yang harus aku taklukkan, adalah Mama dan itu adalah tantangan terberatnya."
Maira mengangguk, tidak ada lagi suara keluar dari bibirnya. Bara menatap Maira dengan perasaan berkecamuk. Ia hanya menginginkan penyatuan dengan istrinya itu. Berharap cinta mereka semakin erat meski ujian kali ini sungguh terasa sangat berat.
"Menyatulah bersamaku malam ini, Bee." Bara memulainya dari kening, puncak hidung lalu bibir. Saat kecupan itu kembali menyapa bibirnya, Maira bisa merasakan betapa Bara sangat tertekan dengan ini semua.
Maira sudah berjanji, tidak akan menyerah. Ia harus bisa mendukung suaminya dalam memperjuangkan cinta mereka. Meski ia harus rela, menyaksikan kedekatan Bara juga Estrella yang tanpa sengaja harus tercipta karena Serafinna. Meski ia harus pasrah menjalani peran sebagai istri Dimas sesuai skenario yang telah diatur oleh Bara.
Maira tidak mau melepas Bara, termasuk pada Estrella, menantu kesayangan nyonya Olivia.
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰