K-pop Idol

Sambil mendesah, Hae-woon Unnie mengeluarkan kantongnya dari koper dan mulai merias wajahku.

Aku bercermin dan berkata,

“Wow… Guru, tanganmu emas, ya? Ah, tidak. Hanya saja wajahku sendiri bagus…”

“Hei.”

Kalau aku bicara lagi, aku mungkin akan dipukul.

“Oke~”

Setelah selesai merias wajah, kami menuju ke lokasi syuting

Saat kami tiba, tempat parkir dipenuhi mobil van yang sepertinya membawa trainee lain.

manajer keluar dari mobil dan berbicara dengan staf yang menunggu di pintu masuk tempat parkir sebelum kembali ke kendaraan.

“Teman-teman, sepertinya giliran kalian akan lama.”

Dengan 99 peserta, rasanya syuting adegan masuk saja butuh waktu lama.

Jadi, kami menunggu di mobil, berlatih lagu untuk evaluasi nilai selama satu setengah jam.

Setelah Manajer mendapat tanda dari staf produksi, ia menyalakan mobil dan berkata,

“Baiklah, semuanya, mereka mulai syuting adegan masuk, jadi perbaiki pakaian kalian.”

“Ya~”

Saat kami meninggalkan tempat parkir, mobil berhenti di depan sebuah gedung tempat lokasi syuting berada.

Sepertinya mereka sedang mempersiapkan adegan kedatangan di lokasi syuting.

Begitu kami keluar dari mobil dengan koper, staf produksi mulai merekam kami.

Kami menyapa kamera saat keluar dari mobil.

“Halo~”

“Halo~ para trainee Star! Ini rekaman pertama hari ini; bagaimana perasaan kalian?”

“Aku sangat senang!”

"Aku merasa hebat~"

Setelah menyelesaikan wawancara formal dengan tim produksi, kami mengikuti arahan staf ke sebuah gedung.

"Silakan tinggalkan barang-barang kalian di sini dan bersiap-siap dengan kostum panggung kalian~"

Setelah meletakkan koper kami di satu tempat, kami melepas mantel yang menutupi kostum panggung kami.

Untungnya kami memakainya di baliknya.

"Kami memakainya di dalam!"

Melihat kami, staf produksi datang membawa mikrofon dan memasangkan label nama kepada kami.

Setelah semua persiapan syuting selesai, kami berjalan melalui lorong lokasi syuting sesuai arahan staf produksi.

Hae-woon Unnie dan Jiwoo Unnie terkesima melihat lorong lokasi syuting.

"Wow..."

Meskipun itu hanya lorong lokasi syuting, interiornya yang berkilauan sudah tampak seperti panggung girl grup.

Itu benar-benar menunjukkan anggaran produksi yang tinggi.

Selain itu, ada kamera di seluruh lorong lokasi syuting.

Aku berpura-pura mengabaikan kamera sambil berjalan, tapi kemudian menoleh tepat di depan kamera, hampir menempelkan wajahku ke kamera.

"Seharusnya fotonya bagus, kan?"

"Oh... bagus!"

Hae-woon Unnie mengikuti dan mengusap wajahnya ke kamera.

Bukankah itu agak berlebihan untuk penonton...?

Tidak seperti aku dan Hae-woon Unnie yang sibuk bercanda, Jiwoo Unnie tampak tegang, menyadari keberadaan kamera, dan berbicara dengan nada terpaksa.

"Hae-woon, Yumi-Kim, ayo kita berusaha sebaik mungkin!"

Dia bahkan berpose.

"Ah..."

Kami menatap Jiwoo Unnie seolah-olah kami baru saja melihat sesuatu yang seharusnya tidak kami lihat.

Pipi Jiwoo Unnie memerah, mungkin malu.

Aku harus menyelamatkannya; apa lagi yang bisa kulakukan?

Kurasa aku harus menyelamatkanmu, apa yang bisa kulakukan?

Aku memegang tangan Hae-woon Unnie dan berkata dengan nada palsu.

“Hae-woon Unnie! Leader kita Jiwoo Unnie bilang ayo bersorak, haruskah kita melakukannya dengan cepat?!”

Hae-woon Unnie, yang sudah terbiasa dengan kejenakaanku, langsung bergabung.

“Astaga! Yumi-Kim! Tentu saja kita harus melakukan apa yang dikatakan leader kita Jiwoo Unnie!”

Kami berdua menangkupkan tangan dan menatap Jiwoo Unnie.

“Jiwoo Unnie! Ayo kita semua berkumpul, angkat tangan, dan teriakkan Semangat!”

Jiwoo Unnie tampak sangat malu hingga ia memalingkan muka dari kami.

Yah, setidaknya kami berdua bisa melakukannya.

"Star Semangat!”

Tak lama kemudian, kami dipersilakan masuk oleh staf produksi, dan kami melangkah masuk ke lokasi syuting.

Tempat duduk sesuai urutan yang diprediksi.

Begitu kami memasuki lokasi syuting, 99 kursi menarik perhatian kami.

Setiap kursi memiliki peringkat yang tertulis, dan para peserta duduk.

Dari kejauhan, kami tidak bisa mendengar, tetapi para peserta melihat kami dan berbisik-bisik.

Mereka mungkin sedang membicarakan agensi kami.

Setelah menyapa para peserta yang datang lebih awal, kami mencari tempat duduk.

Untungnya, ada tiga kursi yang berdekatan.

79, 80, 81.

Dan kursi juara pertama yang terlihat jelas.

Kursi juara pertama kosong.

Cawan beracun yang mengurus waktu layar dan kutukan.

Tapi aku agak ingin duduk di sana.

Haruskah aku duduk saja?

Aku menatap para Unniee-ku dan berkata.

"Ada yang mau duduk di posisi pertama?"

"Kamu."

"Kamu duduk."

Kenapa mereka tidak mau duduk saat aku suruh?

Sambil memeluk Unniee-Unnieeku, aku berkata.

"Tapi aku ingin duduk dengan Unniee-Unnieeku~"

Menaiki tangga, aku duduk dengan rapi di kelas 79.

Lalu aku melihat Unniee-Unnieeku di kelas 80 dan 81 dan berkata.

"Aku masih lebih tinggi dari kalian "Oh?"

"Huh..."

Trainee yang duduk di sebelahku, peringkat 77, menyapaku.

Papan namanya bertuliskan "Yia" dan namanya Seo-yia.

"Oh! Halo, senang bertemu denganmu~"

Aku mencoba bersikap agak acuh tak acuh, tetapi aku tidak bisa berhenti tersenyum.

"Tidak, kau lebih cantik, Seo-yia!"

"Benarkah?"

Tidak.