bagaimana rasanya ketika kamu mendapatkan sebuah penawaran uang kaget?
Rara di hina dan di maki selama hidupnya.
Ini semua karena kemiskinan.
Tapi ketika dia merasa sudah menyerah, Dia mendapatkan aplikasi rahasia.
Namanya uang kaget.
Singkatnya habis kan uang, semakin banyak uang yang kau habiskan maka uang yang akan kamu kantongi juga akan semakin banyak.
Tapi hanya ada satu kesempatan dan 5 jam saja.
Saksikan bagaimana Rara menghasilkan uang pertama kali di dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Rara masih berdiri di sudut aula, sendirian. Suasana perpisahan di SMA Internasional Nusantara Jakarta tampak meriah dengan sorotan lampu mewah, musik lembut, serta para siswa dan wali murid yang mengenakan pakaian mahal dan bermerek.
Namun semua kemewahan itu terasa seperti tirai tipis yang memisahkan Rara dari dunia mereka.
Tatapan merendahkan, bisik-bisik tajam, dan cibiran masih terasa menggema dalam benaknya. Baru saja ia hampir ditampar oleh seorang wali murid, hanya karena dianggap tak pantas berada di tempat “eksklusif” ini.
Namun, semuanya berubah dalam sekejap.
Lampu aula mulai meredup sedikit. Suara pembawa acara menggema dari atas panggung utama.
Acara pembukaan di mulai dengan beberapa kata sambutan dari pihak pembawa acara.
Pertama tama, perkenalkan kepala sekolah dan beberapa guru terkait. semuanya berlalu seperti mana layaknya.
Tapi endingnya belum berakhir.
“Sebelum kita masuk ke inti acara, izinkan kami mengumumkan sesuatu yang sangat penting dan istimewa.” kata-kata pembawa acara lagi dengan senyum.
Ah bagaimana ingin memperkenalkan sesuatu berprestasi.
Is berprestasi dalam mengaet pria tajir memang benar kan.
Semua kepala menoleh.
Beberapa tampak penasaran, sebagian terlihat acuh. Tapi kalimat berikutnya mengunci perhatian seluruh ruangan.
“Seperti yang kita tahu, setiap tahun sekolah ini menerima bantuan dari para donatur sebagai bentuk dukungan terhadap program akademik dan pembangunan sekolah. Tapi tahun ini... kami menerima sumbangan tunggal terbesar dalam sejarah berdirinya SMA Internasional Nusantara Jakarta."
"sumbangan terbesar dalam sejarah sejak berdirinya sekolah? Eh apa maksudnya?"
"emangnya sebesar apa sih?"
Rata-rata semua orang yang hadir adalah orang kaya dan para millioner di Jakarta. Ada juga beberapa yang berasal dari luar negeri.
Mereka acap kali memberikan sumbangan di sekolah, tapi belum pernah disebutkan sebagai sumbangan terbesar.
Siapa sih orang nya dan berapa sih jumlahnya?
Bisik-bisik mulai menyebar. Bahkan para guru pun terlihat saling pandang . Namun begitu mereka sudah mengetahui ini sejak awal.
Kemarin juga mereka terkejut, tapi sekarang tidak lagi. Yang ada hanya rasa bangga dan rasa kasihan.
Pembawa acara melanjutkan kata-katanya lagi “Jumlah sumbangan yang diterima oleh pihak sekolah kita adalah sebesar 2,5 miliar rupiah Dan yang lebih mengejutkan lagi... penyumbang terbesar kita tahun ini bukan berasal dari wali murid, bukan tokoh masyarakat dan bukan pula alumni.”
Wow.
Terdengar gumaman keras dari berbagai penjuru aula.
Bukan wali murid, tokoh masyarakat dan juga bukan alumni? Jadi siapa.
Deg...deg..
“Penyumbang terbesar tahun ini... adalah....dia adalah salah satu siswa kami sendiri. Murid kelas XII yang mungkin telah Anda dengar namanya beberapa kali malam ini. Mari kita sambut, Anindya Zahra putri Mahesa,atau yang biasa kita panggil... Rara.”
Semua terdiam.
Beberapa mulut terbuka tanpa suara.
Seorang wali murid menjatuhkan gelas kecil di tangannya hingga pecah, tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
Gadis yang baru saja dihina.
Yang baru saja dituduh tak tahu malu. Yang dianggap mencemari nama baik sekolah elit ini… adalah penyumbang dana terbesar?
Rara juga membeku.
Ia bahkan tak menyadari dua guru telah menghampirinya dan membimbingnya pelan menuju panggung.
Sesampainya di atas panggung, kepala sekolah menyerahkan sebuah piagam kehormatan berbingkai kayu ukir emas.
“Kami, keluarga besar SMA Internasional Nusantara Jakarta, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas kontribusi luar biasa ini. Semoga menjadi warisan yang menginspirasi generasi selanjutnya.”
Tepuk tangan pecah… perlahan, tapi hanya segelintir yang melakukan nya.l Beberapa guru mulai berdiri. Bahkan kepala sekolah pun menunduk memberi hormat.
"Rara ibu tau kebelakangan ini adalah hari yang terberat untukmu tapi kami tidak menyangka jika kamu bahkan menyumbang atas namamu sendiri dengan nominal yang tidak terduga"atas kepala sekolah dengan mikrofon.
Pembicaraan ini di dengar oleh semua orang yang sadar termasuk dengan melalui murid yang ada.
Wajah Rara dibanjiri air mata. Tapi kali ini bukan karena kesedihan,melainkan karena ia telah membuktikan sesuatu. Bahwa harga diri bukan diukur dari apa kata orang. Tapi dari apa yang mampu ia bangun .
Di sudut ruangan, gadis-gadis yang tadi mengejeknya kini menunduk.
Para wali murid yang sempat angkuh kini terdiam… dan seluruh aula bergema dengan satu kenyataan yang tak terbantahkan.
Rara… telah membungkam semuanya tanpa berkata sepatah pun.
Tapi sayang tidak semua orang berpikir seperti itu.
Di sekitarnya, suara-suara sumbang masih terdengar .
Beberapa wali murid bahkan bersikeras mempertanyakan kebenaran sumbangan yang disebut kepala sekolah tadi.
"ibu kepala sekolah, alangkah mulianya hati seseorang jika mau menyumbangkan uang yang sebesar itu. tapi yang perlu dipertanyakan adalah asal muasal dari uang itu. jangan sampai sekolah ini memakai uang haram untuk pembangunan"tentu saja Ini adalah nyonya Felicia.
Dia tidak akan pernah mengakui jika gadis murah hari ini lebih tinggi daripada dirinya sendiri.
Tapi apa yang dia katakan adalah hal yang masuk akal mengingat ke rumor yang berkembang.
" Ya Ini juga terlalu tiba-tiba," kata salah satu ibu dengan nada tajam. "Anak dari keluarga yang bangkrut, tiba-tiba jadi penyumbang terbesar? jika bukan dari jalan yang haram, lalu dari mana datangnya.Apakah pihak sekolah sudah dibutakan oleh uang sampai lupa halal haram nya?"
Akibat percakapan itu beberapa wali murid bahkan siswa juga bangkit untuk membicarakan masalah ini secara terang-terangan .
Tapi yang jelas beberapa mereka hanya iri.
Dua setengah miliar, pria tajir yang didapatnya.
Nyonya Felicia juga memiliki suami yang tidak kurang kayanya. tapi dua setengah miliar adalah angka yang tidak mungkin diberikan hanya untuk berdonasi dengan SMA. Sementara anaknya akan tamat tahun ini.
"Atau jangan-jangan ini cara halus untuk menyuap? Siapa yang tahu apa yang terjadi di balik layar?"tiba-tiba saja Cika menuding pihak sekolah.
Hanya satu kata dan itu sudah menjelaskan semuanya.
Suasana kembali tegang.
Beberapa orang murid mulai tertawa pelan.
"Ya para guru di sini juga tidak murni mengajar. semuanya mata duitan"
"Ya tanpa saja, dih apa Rara memakai pesugihan kah, sampai semua orang terpana?"
Para guru termasuk kepala sekolah juga menyebutkan tidak ada hal semacam itu. Tapi sekarang lagi di sini adalah orang-orang yang tidak terbiasa mendengar alasan. Mereka hanya percaya dengan asumsi yang mereka buat sendiri .
Ahh mungkin tidak ada sumbangan dua setengah miliar, ini hanya sebuah Gimik.
Kepala sekolah tidak menduga jika hari ini akan terjadi kekacauan.
Pada saat menyumbang Rara ingin menyembunyikan masalah ini .
Tapi sebagai kepala sekolah dia berpikir harus melakukannya.
Dia pikir, nominal ini pasti akan memberikan semangat untuk para wali murid yang hadir dan juga para wali murid yang akan datang. Mudah-mudahan mereka akan saling menaikkan nilai sumbangan mereka di masa depan.
Niatnya baik tapi siapa sangka hal yang terjadi malah sebaliknya.
Aduh.
Rara menunduk, matanya memanas. kata-kata semacam ini terlalu kasar untuknya.
Tapi sebelum ada yang melangkah lebih jauh, Bu Lilis,guru seni,mengangkat tangan dan berkata pelan,
“Tolong beri kesempatan bicara. Ada seseorang yang ingin menjelaskan langsung.” katanya.
Orang-orang yang tadi bicara mengalahkan perhatian kepada Ibu Lilis . segera guru seni itu berlari ke depan dan menyambungkan telepon genggamnya dengan layar besar.
Hal ini dimaksudkan agar semua orang bisa melihat dan mendengar sendiri.
Layar besar di belakang panggung segera menyala.
Sebuah video call tersambung.
Wajah seorang pemuda muncul, mengenakan hoodie biru tua dan berdiri di tengah ruang modern penuh buku. Suaranya tenang dan dalam.
“Halo semuanya. Saya Arya Mahesa kakak kandung dari Anindya Zahra Putri Mahesa.”
Nama Arya bukan nama asing di sekolah itu. Ia adalah lulusan terbaik tiga tahun lalu.
Tapi kabar nya dia malah absen dari dunia kampus karena tragedi keluarga. kabar juga menyebarkan jika Arya Mahesa saat ini benar-benar terpuruk. Kondisinya jauh berbeda dibanding dengan dulu. Tapi kini ia tampak berbeda,lebih tenang, lebih dewasa dan lebih tajam.
"Sebelumnya terima kasih kepada ibu guru yang menghubungi saya. mungkin karena kami terlambat mengklarifikasi masalah ini jadi semua orang salah paham"
“Saya dengar ada keraguan soal donasi yang disebutkan tadi. Maka saya akan jelaskan sedikit. Pertama, soal kabar keluarga kami bangkrut,itu tidak benar. Kami memang sempat terkena masalah, tapi saat ini kami baik-baik saja. Kedua orang tua kami dirawat di luar negeri, dan saya pribadi sedang meneruskan S1 saya di sini.”
Kami tidak dalam kesulitan seperti yang kalian pikirkan.”
Beberapa wali murid mulai saling melirik. Wajah-wajah mereka yang tadi begitu yakin kini terlihat ragu.
Apa mungkin mereka salah paham. Meskipun demikian perusahaan Mahesa sangat kecil sehingga tidak mungkin mampu mendonasi sebanyak itu.
Pemikiran ini membuat semua nya kembali berbalik.
Mungkin saja kakak dan adik berusaha menipu orang.
“Ketiga,” lanjut Arya ,nadanya tetap tenang, “Saya tidak akan menyebutkan dari mana uang itu berasal karena itu bukan fokus utamanya. Tapi saya ingin kalian tahu,benar adanya bahwa adik saya telah menyumbangkan dana sebesar Rp2.500.000.000 kepada sekolah ini. Tapi tidak untuk pamer. Tidak juga untuk membeli posisi.”
Ndes.
Ada pisau tidak terlihat ketika Arya menyebutkan hal ini. para wali murid langsung malu mendengarnya.
Video berganti menampilkan dokumentasi foto dan video pendek Rara yang datang diam-diam ke sekolah.Saat dia menyerahkan dokumen, berbicara dengan bendahara, serta bukti tertulis dengan angka yang jelas dan stempel resmi.
“Dia bahkan meminta agar namanya tidak diumumkan karena dia hanya ingin membantu. Bukan karena ingin dianggap.” jelas Arya pada akhirnya.
untuk lebih meyakinkan video mengenai pembicaraan itu antara Rara dan kepala sekolah juga ditampilkan.
Melihat ini kepala sekolah langsung maju dan Dia berkata,"Rara memang menyebutkan hal itu dan akulah yang secara pribadi menyebutkannya di acara ini. Kupikir kita akan sama-sama bangga melihat siswa berprestasi yang memiliki hati nurani bersih. kita selalu meremehkan dia sejak awal masuk ke sekolah ini tapi di penghujung tahun sebenarnya Dia adalah seorang penyumbang paling besar di sini"
"seharusnya ini memberikan pelajaran pada yang lain, di mana Rara tidak membalas keburukan dengan keburukan tapi membalasnya dengan kebaikan"
"tapi sekali lagi aku sebagai kepala sekolah meminta maaf karena kesalahpahaman ini dikarenakan keegoisanku sendiri. seharusnya aku tidak berkoar-koar di sini seperti yang diinginkan oleh Rara..
"Rara sebagai pribadi Ibu meminta maaf"
"Bu tidak apa-apa Ibu sebenarnya termasuk baik"kata Rara yang kembali tersenyum dengan ramah tanpa menyalahkan masalah ini kepada kepala sekolah.
Terdengar bisik-bisik pelan. Suasana perlahan mendingin.
Namun, salah satu wali murid masih tak puas. Ia berdiri dan menyela keras.
“Kalau memang kaya, kenapa berpakaian seperti itu? Anak saya bisa berpakaian lebih baik!”
Nah Rara kena lagi.
Rara membeli pakaian untuk Nadia dan dua temannya di live streaming tapi dia tidak membeli untuk dirinya sendiri saat itu.
Dia tidak ingin tampil terlalu glamor di dalam acara sepele seperti acara sekolah.
Tapi dia sendiri tidak menyangka jika hal ini akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
Tapi Arya yang berada di layar tersenyum tipis, lalu menggeleng perlahan.
“Ah, pakaian. Kalau itu yang jadi ukuran... Baju yang Rara pakai sekarang adalah edisi terbatas dari Kaze Atelier. Sepatunya dari Vallè Noire. Total dari ujung kepala sampai kaki... mungkin sekitar enam puluh juta. Tapi, sekali lagi, adikku tidak suka pamer. Sayangnya, kalian memaksa dia membuktikan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dibuktikan.”
"Sugar Daddy apa? keluarga Mahesa masih mampu membeli sekolah ini"
Kata-katanya mulai terdengar lebih dingin.
“Aku tadinya tidak ingin ikut campur. Tapi dari cara kalian bicara, dari nada kalian… jelas sekali Rara mengalami sesuatu yang tidak pantas di tempat ini.”
“Dipermalukan, direndahkan, dituduh tanpa dasar… hanya karena kalian berpikir keluarga kami jatuh miskin? Kalian pikir kekayaan adalah satu-satunya dasar untuk menghormati seseorang?”
Wajah para wali murid memucat. Beberapa murid juga tertunduk. Bahkan guru-guru pun tak bisa bicara.
Arya mengakhiri video call dengan satu kalimat yang tajam tapi tenang.
“Uang bisa datang dan pergi. Tapi harga diri dan martabat seseorang,itu jauh lebih mahal dari dua miliar setengah sekalipun.”
Layar mati.
Dan di dalam ruangan yang penuh tawa sinis sebelumnya, kini yang terdengar hanya... keheningan. Memalukan dan berat.
Apa mngkin rara menghancurkan bisnis mereka sprt arya lakukan