NovelToon NovelToon
IKATAN SUCI YANG TERNODA

IKATAN SUCI YANG TERNODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Mengubah Takdir / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Romansa pedesaan
Popularitas:156.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Niatnya mulia, ingin membantu perekonomian keluarga, meringankan beban suami dalam mencari nafkah.

Namum, Sriana tak menyangka jika kepergiannya mengais rezeki hingga ke negeri orang, meninggalkan kedua anaknya yang masih kecil – bukan berbuah manis, melainkan dimanfaatkan sedemikian rupa.

Sriana merasa diperlakukan bak Sapi perah. Uang dikuras, fisik tak diperhatikan, keluhnya diabaikan, protesnya dicap sebagai istri pembangkang, diamnya dianggap wanita kekanakan.

Sampai suatu ketika, Sriana mendapati hal menyakitkan layaknya ditikam belati tepat di ulu hati, ternyata ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Isyt : 05

Sriana sampai di lantai atas, dia putar pelan handle pintu hingga terbukanya celah sempit, langsung disuguhi pemandangan menjijikan. Triani bertelanjang, berbaring menghadap dinding dan membelakangi pintu, tak perlu melihat lebih dekat, dia tahu apa yang sedang dilakukan sang sepupu. Sampai satu kalimat nyaris membuatnya tersungkur.

“Mas Agung ... Ahhh!”

“Sayang, aku ndak tahan! Pengen ndang cepet ketemu terus kentu gaya mburi sambil jambak rambutmu Tria!”

(Ingin cepat ketemu, lalu berhubungan dengan gaya belakang)

Akhirnya setelah sekian lama, lebih dari puluhan kali dia mendengar desahan di dalam kamar mandi lantai atas, kini dirinya dapat mendengar teman mesum kakak sepupunya, tak lain dan tak bukan … suaminya sendiri.

Ribuan anak panah berlomba-lomba menusuk ulu hatinya, ini lebih dari kata sakit sampai dia kesulitan mendeskripsikan.

Sriana berlari menuruni tangga, masuk ke dalam kamar mandi lantai bawah, sedikit membanting pintu, dia muntah-muntah.

'Sri katanya Mas ku, aroma punyaku lebih enak daripada punya istrinya yang mambu lecit (bau nyengat).'

'Sriana, delok iki – aku bar di transfer dua juta untuk beli baju baru, perawatan, biar selalu kelihatan ayu, ndak kucel mirip orang baru pulang dari sawah … itu Mamas ku yang ngomong loh.'

Hueg!

Hueg!

Saat dia belum puas juga, walaupun wajah sudah memerah, mata berair – jari telunjuknya dipaksa mengorek mulut bagian dalam agar bisa memuntahkan isi perutnya.

‘Ah … Mas punyamu kok selalu banjir kalau abis main denganku? Padahal mung tak pancing pakai desahan, dan juluran lidah sama remas-remas milikku sendiri. Apa istri jelek mu itu ndak bisa kasih kenikmatan yang sama seperti ku?’

Hiks hiks hiks ….

Sriana luruh, terduduk di lantai. Dipukulnya keramik berwarna putih. “Ya Allah … akhh!”

Teriakan itu diiringi hentakan kaki, jambakan rambut, dia kehilangan kendali diri. Tergugu sampai bahunya berguncang hebat – pengkhianatan ini benar-benar tak pernah terpikirkan olehnya, terlintas saja tidak.

“Kebangetan kalian! Salahku opo, kurangku opo, hah?!” gumamnya disela tangis belum juga reda.

(Opo – Apa)

“Dua belas tahun bukan dua belas bulan ya, Allah. Kowe iku manusia opo kewan to Gung?!”

(Kamu itu manusia atau binatang Gung?)

Sriana masih terus meracau, hatinya belum juga merasa lega malah bertambah sakit ketika mengingat perjalanan rumah tangganya.

Dia menikah muda, begitu lulus SMA langsung dipersunting oleh Agung – pemuda yang tinggal satu kampung dengannya. Kala itu Sriana tak berpikir panjang, terlebih dirinya sudah yatim piatu, keluarga tersisa cuma paman dan bibi, ibunya Triani.

Singkat cerita, mereka menikah sederhana. Cuma di KUA terus mengadakan syukuran kecil-kecilan. Setelah resmi menjadi pasangan suami istri, awalnya semua masih terlihat indah, sempurna dimata Sriana.

Meskipun Agung dari kalangan keluarga sederhana, bahkan belum punya rumah sendiri – dan bukan dia yang membawa sang istri, malah Sriana yang menampung suaminya tinggal di rumah warisan orang tuanya, Sri menerima apa adanya.

Tiga bulan berikutnya, Sriana hamil. Pas memasuki trimester terakhir, tiba-tiba Agung memboyong keluarganya, menempati rumah sang istri tanpa berdiskusi terlebih dahulu.

Sriana mencoba menerima, lagipula dia menganggap keluarga suaminya juga keluarganya.

Konflik kecil pun mulai muncul, riak-riak lembut secara perlahan berubah menjadi ombak. Agung dipecat dari pekerjaan – security pabrik tekstil. Kala itu anak pertama Sriana baru berumur enam bulan, dan sudah mulai sering ditinggal sang ibu yang melamar kerja jadi buruh pabrik.

Berkat kegigihan Sriana, perekonomian mulai membaik walaupun tak berlebih tapi cukup. Sriana jadi buruh pabrik, dan Agung kembali jadi satpam penjaga gudang.

Namun mereka terus dirong-rong oleh ayah, dan ibunya Agung. Orang tua itu tak bisa diajak kerjasama hidup prihatin, maunya setiap hari harus ada lauk enak.

Keadaan semakin sulit setelah Sriana melahirkan Ambar Ratih yang umurnya terpaut tiga tahun dengan si sulung Septian.

Agung sering uring-uringan, mertua menuntut dan menyalahkan kenapa harus nambah anak disaat ekonomi tidak stabil.

“Wong kere og nambah anak! Rep dipakani watu bayimu iku, yo? Omah pun seh semen, perabotan yo wes lapuk njaluk ganti anyar, malah kowe meteng maneh. Jian mantu rah ngutek, mangan ae mung sayur-sayuran wes koyok Wedus. Sri, Sri … terah pekok tenan kowe iku!” maki Wiyah, ibu mertuanya Sriana.

(Orang miskin kok nambah anak! Mau dikasih makan batu bayimu itu, iya? Rumah pun masih semen, perabotan sudah lapuk minta ganti baru, malah dirimu hamil lagi. Dasar menantu tidak berotak, makan aja cuma sayur mayur sudah seperti Kambing. Sri, Sri memang bodoh sekali dirimu)!

“Badjingan! Setan alas! Aku rah ikhlas! Demi Allah, aku ndak terima ditipu, dikhianati, dipermainkan!” Sri meradang, dia teringat kata-kata menyakitkan kedua mertuanya, Agung, dan juga Dwita

Masih banyak lagi hal menyakitkan, tapi Sriana terlanjur emosi. Dia kini seperti memiliki tenaga lebih, kepribadian lain, tak melulu menerima, diam saja saat diperlukan tidak adil.

Wajah sembab itu mendongak, memandang pada daun pintu. Mata yang selalu menatap sendu berubah tegas.

“Lihat saja, kalian sangat rapi mengelabui, menjebak, mempermainkan hidupku! Aku ya bisa, akan ku balikan keadaan supaya kalian dapat merasakan sakitnya hati ini!” ia bertekad, tak mau lagi jadi si paling menerima.

Batin Sriana bergejolak, logika terbuka sudah, tapi terbentur oleh kenyataan yang masih tersembunyi. Dia harus main cantik, mencari tahu semuanya.

“Septian, Ambar … tunggu Bunda ya, Nak. Bunda sedang cari cara biar bisa mengobrol dengan kalian tanpa dimandori.” Sriana bangkit, membersihkan bekas muntahan, dan membenahi penampilan.

“Jeleknya kamu Sri. Bukan karena ndak punya modal untuk mempercantik diri, tapi terlalu bodoh sampai rusak kulit wajahmu pun cuma mengandalkan krim yang katanya manjur. Harusnya pergi ke dokter kulit malah duitnya dikirim untuk bisnis yang aslinya dipakai biar lancar gesek-gesek f*feknya Triani!” Dirabanya bagian pipi yang berjerawat, dia mengomeli dirinya sendiri.

Sriana keluar dari kamar mandi, isi kepalanya penuh oleh rencana, batinnya berisik menerka semua kemungkinan.

Pulang ke Indonesia, tidak semuda itu. Dia pekerja resmi, ada kontrak kerja yang ditandatangani kedua belah pihak. Kalaupun berhenti dan langsung pulang harus bayar satu bulan gaji.

Semisal memutuskan kontrak masih menunggu satu bulan baru boleh keluar dari rumah ini, dan hal tersebut bisa memicu terjadinya kecurigaan dikarenakan dalang masalah tinggal satu atap dengannya.

Dia takut berimbas ke buah hatinya yang belum diketahui pasti apa benar-benar berubah, atau ada cerita lain dibalik sifat keras kepala, kemauan tanpa mau mengerti kondisi ibunya.

Sriana juga tidak punya tempat untuk pulang, berlindung. Rumahnya dikuasai Agung bersama keluarganya, dan sertifikatnya masih digadaikan di bank.

Ada seorang paman, tapi hubungan mereka renggang – istri pamannya pernah pinjam uang lima juta, kala ditagih malah dia yang dimusuhi, sampai sekarang pun hutang itu belum dilunasi, nomornya malah diblokir.

Ada satu orang bibi yaitu ibunya Triani, tak menutup kemungkinan bila dia juga punya andil dalam konspirasi menjijikan ini.

***

Keesokan harinya.

"Eka, kapan hari dirimu pernah bilang kalau punya hp yang sudah nggak dipakai tapi masih bisa digunakan, tak gantiin boleh, ndak?"

.

.

Bersambung.

1
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
GILANI.....🤢🤢🤢🤮🤮🤮🤮
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
bagus sri.... nanti uangnya ditabung buat besanan sama saya....🤣🤣🤣
Reni
yohhhhh cangkem mu Gung Gung lek njalok kiriman jiannnn manis tenan
imau
preeet
imau
dari dulu pun Sri yg ngerjakan tugas Tri, asal kamu tau
Siti Siti Saadah
semoga berhasil anak" sholeh 😍
Siti Siti Saadah
detektif dimas beraksi💪
Salim ah
memang cinta buta , buta hati , buta rasa dan buta segalanya biarpun satu kabupaten bilang kamu pasti tutup telinga tutup mata ,itu jadi pelajaran untuk menjadi yg terbaik buat kamu sri
vanari
ya Allah... mas Tian dan de Ambar ati2 ya....
maya ummu ihsan
anak setan kali
Yuliana Tunru
klga mu sri mmg srigala bahagia lihat bersatu x selingjuhan yg dibiayai iatri sah ..tian dan ambar cari apa y ..apa sri maunurus cerai atau gmn ..💪💪💪
Cublik: 🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
Zeliii... S
semoga cepat ketemu apa yg anak² itu cari...
Zeliii... S: jangan dong kak... 🔥🔥🔥
total 2 replies
Fa Yun
Ambar dan tian lagi nyari surat rumah kayak w
Cublik: Surat rumah di bank, Kak
total 1 replies
Zeliii... S
Ayoo... kumpulan bukti² yg banyak sriana... 🔥🔥🔥
Zeliii... S
Dih bener² mata duitan si agung...
Ratih Tupperware Denpasar
pembokap aja gaya anake nyeluk mami , kukira mami ge*mo gang Do ly
Cublik: Kakak 🤣🤣🤣
total 1 replies
bunda fafa
baiknya nyonya ini..rejeki km sri.. orang baik dan tulus serta jujur selalu dipertemukan dgn orang baik jg
bunda fafa
kalau dasarnya jujur tentu saja sriana tdk keberatan beda lg kl misal itu si sundel tri 😏
hidagede1
jin mata duitan mangkanya bisa ngomong mesra🤮
Cublik: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
!m_mah
ana apa 🤔
Cublik: Gebrakan anyar, Kak 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!