NovelToon NovelToon
Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:987
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Rey... Reyesh?!"

Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.

"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.

Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.

Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.

"Rey... ka-kamu nangis, ya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31 - Tempat Ternyaman bagi Artis IPK

Mutiara memandangi sekelilingnya dengan takjub. Ini benar-benar sebuah pemandangan yang unik bagi dirinya.

Warung makan sederhana itu, memang tidak terlalu jauh dari hiruk-pikuk kampus. Cuma berjalan beberapa ratus meter, tidak sampai lima belas menit dari gedung fakultas tempatnya belajar.

Rumah makan yang 'tersembunyi' dan menjadi salah satu hidden gems bagi para mahasiswa dengan kantong sekarat di akhir bulan.

Apalagi, justru menjadi tempat berkumpulnya para mahasiswa berprestasi!

Suasana di dalamnya, sangat berbeda dari warung makan biasa. Mutiara pun cukup terjekut dan kagum.

Dalam rumah makan itu, bukan hanya sekadar menikmati hidangan, para mahasiswa di sini justru menyempatkan diri untuk belajar.

Mayoritas dari mereka menjadikan warung makan ini sebagai salah satu tempat paling nyaman untuk belajar. Beberapa menyebutnya ssbagai tempat bertapa; bersemedi; ritual mengulang pelajaran, atau semacamnya.

Para mahasiswa yang makan, selalu membuka buku, menulis catatan, dan berdiskusi dengan penuh semangat, seolah-olah tempat ini merupakan ruang belajar dadakan, tidak resmi, namun nyaman.

"Gimana? Keren, kan?" tanya Reyesh, sambil menyesap teh manis hangat yang baru saja dihidangkan untuknya.

Fokus atau maksud utama Reyesh mengajak Mutiara, agar mahasiswi cantik itu merasakan sense dan feeling akademis, saat berada di sebuah rumah makan.

Mutiara memberikan respon dengan kepala menggeleng berkali-kali. TAKJUB!

"Aku tahu, kamu pasti merasa kaget sedikit. Tapi aku nggak ekspektasi kamu bisa memberikan reaksi setakjub ini. Dari tadi cuma geleng-geleng kepala doang ngeliatin para mahasiswa yang sibuk belajar, sehabis ngisi bahan bakar perut." ucap Reyesh.

"Aku cuma.... Ya, speechless." jawab Mutiara apa adanya.

Mutiara tidak pernah membayangkan bahwa ada tempat seperti ini, di mana ilmu dan makanan berpadu menjadi satu. Sebuah kombinasi yang unik dan seru.

Mutiara sempat menduga, apakah Reyesh sengaja mengajaknya ke tempat seperti ini?

Karena akhir-akhir ini, setelah menjadi murid bimbel Reyesh, jam belajar Mutiara ditambah. Secara sadar maupun tidak. Sponton begitu saja. Apalagi, ia sering sekali belajar sambil makan, atau ngemil sambil nonton, tapi tetap membuka buku (walaupun yang masuk ke otak cuma sedikit).

Ia melirik ke arah Reyesh, mahasiswa dengan IPK sempurna yang mengajaknya ke sini, dan menyadari bahwa ada banyak hal yang masih belum ia ketahui dari si jenius itu.

Rasanya, Mutiara masih harus menggali banyak hal dari Reyesh. Mahasiswi cantik itu yakin, pasti banyak hal seru, jika selalu bersama dengan si dingin jenius yang sedang asyik dengan teh manisnya itu.

Rasa penasaran dalam diri Mutiara semakin membuncah, membuatnya ingin bertanya lebih banyak dan lebih jauh, kepada mentor bimbelnya.

"Mut, kamu tahu, nggak?" tanya Reyesh basa-basi.

"Mmm... nggak! Kan kamu belum ngasih tahu apapun."

"Yaampun, bodoh banget aku. Maaf!" ujar Reyesh sambil menepak dahinya sendiri dengan wajah sedikit kesal.

Tingkah laku si jenius yang seperti itu saja, membuat Mutiara senang dan tersenyum tipis.

"Kenapa emangnya, Rey?" tanya Mutiara dengan nada lembut.

"Tempat ini tuh, udah seperti rumah kedua bagi banyak mahasiswa berprestasi, Mut! Yang kuperhatikan, mereka betah banget berlama-lama di sini. Nggak ada suasana yang lebih nyaman untuk belajar, selain di sini." ujar Reyesh.

"Eitts... tapi, dalam lingkup rumah makan, lho ya! Kalo tempat nyaman belajar masih banyak, kok. Misalnya perpustakaan, rumah ibadah, lorong-lorong fakultas yang menyediakan tempat belajar plus wi-fi yang kenceng." tambah Reyesh memberitahu Mutiara.

Bukannya merespon takjub maupun kagum, Mutiara malah merencanakan untuk isengin Reyesh sesekali.

"Masa...?!" tanya Mutiara dengan nada mengejek.

Mahasiswi cantik itu berharap, Reyesh kecewa dan kesal atas respon barusan. Namun, Reyesh jauh lebih jenius dan merespon balik dengan lebih menjengkelkan.

"Bodo....!!!" jawab Reyesh dengan mimik wajah dibuat jelek dan nada ejekan yang lebih mengesalkan.

Sontak saja, harapan dan ekspektasi Mutiara buyar seketika. Senyum kebahagiaan jika berhasil mengejek Reyesh, berubah drastis menjadi jutek dan manyun terus-terusan.

"Ish... Resek sih, sumpah!!! Susah banget diajak bercandanya! Males, ah!"

"Lho... lho! Kamu barusan mau bercanda, Mut?"

"Bodo amat! Malesin!" ketus Mutiara.

"Sorry! Besok-besok kalau mau bercanda, kasih clue atau petunjuk sedikit. Biar aku ikut guyonan kamu. Gimana?"

"Idih.... ada gitu orang mau ngelawak terus dikasih kisi-kisi dan petunjuk terlebih dahulu?" tanya Mutiara dengan wajah kesal.

"Aku mau ngehibur kamu dengan candaan, Rey! Bukan mau mendaki gunung!" tambahnya dengan nada emosi.

"Ups, sorry!" ucap Reyesh, sambil berakting menyeleting mulutnya agar tertutup rapat, dan tidak berbuat hal yang mengundang Mutiara kesal. Namun, cuma sementara.

------

Di sela kondisi antara Reyesh dan Mutiara yang masih tegang, karena candaan yang tidak pada timing-nya, beberapa mahasiswa berdatangan.

Mutiara dikejutkan oleh beberapa mahasiswa senior yang datang ke rumah makan itu. Sebagian diantaranya sangat familiar dan tidak asing lagi.

"Lah mereka berdua, kan?" ucap Mutiara, kaget. Menunjuk ke arah mahasiswa yang dimaksud, meminta konfirmasi dari Reyesh.

"Oh... iya, he'em! Mahasiswa berprestasi dari fakultas F, kan?"

Mutiara mengangguk dengan mulut masih menganga. Masih tidak percaya dengan yang dilihatnya.

"Tapi duit mereka kan banyak banget! Orang tajir dan sangat berkecukupan. Ngapain pada dateng ke sini? Cuma buat makan? Nggak logis banget, kan?"

"Jangan salah, Mut! Kalau udah full-tim, kamu bisa dibuat kaget sejadi-jadinya!" kata Reyesh.

"Satu hal lagi. Jangan pernah melabeli orang kaya maupun miskin, dari tempat mereka makan. Memang umumnya begitu sih! Tapi, kalo kamu terus-terusan punya pikiran seperti itu, banyak orang yang illfeel berada di dekatmu, Mut."

"Masa sih? Kan aku nggak ngatain mana si miskin dan mana si kaya."

"Iya. Tapi, dari sudut pandangmu barusan, udah menjurus ke arah sana. Jangan keseringan, yah! Bahaya banget buat kamu ke depannya, Mut! Biarkan saja, mereka mau punya banyak uang atau tidak, terserah mereka mau makan di mana! Tugas kita, fokus sama perut masing-masing. Hehe."

Reyesh tidak ingin menghakimi Mutiara. Apalagi memberikan judge kepada mahasiswi cantik itu. Sebisa mungkin, harus disampaikan dengan bahasa dan analogi lembut.

Walaupun rasanya sulit. Tapi, itu sudah semaksimal yang Reyesh bisa.

Mutiara merespon dengan menganggukkan kepala berkali-kali, tapi pelan. Pertanda mahasiswi cantik itu sangat takjub dengan rumah makan yang mendapat julukan Secret Corner ini.

"Gimana? Udah sedikit terbiasa? Kalo rumah makan ini banyak didatangi artis IPK?" tanya Reyesh.

Artis IPK, istilah buatan Reyesh sendiri, bagi para mahasiswa dengan IPK tinggi dan menjadi mahasiswa berprestasi.

Mutiara mengangguk pelan, masih belum bisa menyembunyikan rasa kagumnya.

"Tapi, bagaimana bisa, Rey? Kenapa warung makan sederhana ini... begitu amat istimewa?" tanyanya penuh antusias.

Reyesh mengangkat bahu, dengan wajah enteng. Namun, matanya berbinar saat menatap sekeliling.

"Aku juga kurang tahu, Mut. Mungkin nih ya...karena pemiliknya yang sangat peduli dengan pendidikan. Amat sa-ngat peduli banget. Kalo urusan ini, aku berani sumpah!" ujar Reyesh bersemangat dan antusias, yang tak kalah dengan Mutiara.

Bersambung......

1
Musri
awal yg bagus...
alfphyrizhmi: thanks kaaakk... ditunggu terus ya. nanti sore akan update lagi.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!