Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembelaan
Apa yang kalian lakukan di sini!" Lina muncul menghadang langkah Lusiana.
Ia memindai bawahannya dan Lusiana segera bergantian. Mengernyit dahinya melihat penampilan dari wanita licik itu.
"Anda akan pergi ke mana di tengah malam begini dengan pakaian minim seperti itu, Nona? Bukankah aku sudah memberitahumu aturan di rumah belakang?" ujar Lina menatap tajam pada Lusiana.
Para pelayan di rumah itu sama sekali tak ada yang merasa takut terhadapnya. Mereka hanya takut pada Helena dan mendengarkan kata-katanya seorang.
"Kau ini lupa siapa aku? Aku adalah sekretaris tuan Ferdinan. Dia memintaku untuk membantunya bekerja dan sedang menungguku di ruang kerja. Kau tidak takut dihukum oleh tuanmu?" ucap Lusiana dengan suara rendah, tapi penuh penekanan.
Lina tersenyum mencibir, ia melangkah mendekati Lusiana dan berdiri sangat dekat dengannya.
"Selain nyonya tidak ada satu pun dari penghuni rumah ini yang berani menghukum kami. Sebagai penghuni rumah belakang, Anda tidak diizinkan keluar di tengah malam. Itu aturan yang sudah berjalan sejak lama. Jika kau melanggar, maka mereka semua yang akan menerima hukuman. Silahkan kembali ke kamar Anda, Nona!" ucap Lina menegaskan siapa yang paling berkuasa di rumah itu.
Lusiana terhenyak, langkahnya untuk bertemu dengan Ferdinan tidaklah mudah. Para pelayan begitu patuh dan setiap terhadap Helena.
Jika seperti ini terus, aku tidak akan bisa pergi menemui Ferdinan. Di mana laki-laki itu? Kenapa dia tidak datang membelaku?
Lusiana bergumam di dalam hati, menatap ujung lorong yang gelap tanpa cahaya lampu. Berharap sosok Ferdinan akan muncul di sana dan membawanya dari rumah belakang.
"Silahkan, Nona!" Suara Lina kembali terdengar, menjulurkan tangan meminta Lusiana untuk kembali.
Wanita itu menghentak kaki kesal dan berbalik pergi. Hatinya mengumpat habis-habisan Ferdinan yang tak muncul untuk membawanya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Aku menunggumu di ruang kerja, kenapa kau tidak langsung datang?" Suara Ferdinan yang terdengar memberi harapan pada hati Lusiana.
Ia berbalik dengan senyum sempurna, berjalan cepat mendekati Ferdinan. Bibir dan matanya mencibir Lina karena sudah menghalangi jalannya.
"Kau dengar? Tuan sudah menungguku, tapi kau tidak percaya padaku," ujar Lusiana dengan bangga.
Lina berbalik, menghadap Ferdinan dengan kepala tertunduk.
"Maafkan saya, Tuan, tapi aturan di rumah belakang tidak mengizinkan siapapun keluar di tengah malam. Jika ada yang melanggar maka semua pelayan yang akan menerima hukuman. Anda sangat tahu itu, Tuan," ucap Lina tanpa rasa takut sama sekali.
Lusiana mengernyit, ia menatap Ferdinan yang terdiam. Laki-laki itu bungkam mendengar ucapan seorang pelayan.
Oh, jadi benar. Hanya ucapan Helena yang didengar semua orang di rumah ini. Tidak! Tidak boleh seperti ini, mereka harus merasa takut terhadap Ferdinan karena bagaimanapun dia adalah tuan di rumah ini.
"Lancang! Bahkan kepada tuanmu saja kau masih berani membantah seperti ini?" bentak Lusiana menuding Lina dengan kejam.
"Aturan tetaplah aturan, yang akan mengendalikan seseorang agar tidak melewati batas dalam bertingkah laku," sahut Lina dengan kepala yang sedikit ditundukkan.
Mata Lusiana terbelalak, napasnya tercekat di tenggorokan. Tak menyangka pelayan seperti mereka akan berbicara seperti itu.
"Jika nyonya kalian bertanya, maka katakan padanya aku yang meminta Lusiana untuk keluar," ucap Ferdinan tegas.
Lina tersenyum dan mengangguk patuh. Dia berkata, "Jika begitu, baiklah. Akan saya sampaikan kepada nyonya."
Ferdinan mendengus, menarik tangan Lusiana untuk pergi dari sana. Lina mengangkat wajahnya, tersenyum aneh melepas kepergian kedua manusia itu. Di atas balkon, Helena tersenyum melihat adegan dramatis di bawah sana. Ferdinan berani mengambil resiko hanya untuk seorang Lusiana. Hal itu saja sudah membuktikan bahwa mereka memiliki hubungan khusus.
Para pelayan tidak buta, mereka juga bukan orang bodoh. Lina hanya berusaha melindungi bawahannya yang tidak bersalah terlepas dari hukuman. Mereka orang-orang baik yang tak pernah melanggar aturan. Tidak pantas menerima hukuman hanya karena seorang asing seperti Lusiana.
Ia berbalik menghadap pelayan itu dan berkata, "Kembalilah ke kamarmu! Kau sudah melakukan yang terbaik. Aku akan menyampaikan ini kepada nyonya."
Pelayan itu tersenyum, ia mengangguk patuh. "Baiklah. Terima kasih, Bu Lina," katanya seraya undur diri dari hadapan Lina dan kembali ke kamarnya.
Lina menghela napas, menatap pintu-pintu yang dihuni oleh para pelayan. Ia berbalik kembali ke kamarnya.
"Kalian sudah bekerja dengan sangat baik. Terima kasih kepada kalian karena sudah setia kepadaku. Aku bersyukur memiliki kalian di rumah ini," gumam Helena yang menatap mereka dengan perasaan haru.
"Dulu, aku memperlakukan kalian dengan buruk karena percaya dengan hasutan Ferdinan. Membuat kalian semua menderita tinggal di rumah ini. Sekarang, semua itu tak akan terulang lagi. Aku akan membela kalian semua," lanjutnya kembali bergumam dengan hati yang perih.
Dia ingat betul, para pelayan setia itu sering menerima hukuman darinya. Mereka bahkan kehilangan hak mereka sebagai pekerja. Pemotongan gaji yang tinggi dan hukuman yang lainnya. Kini, dia menyadari kekeliruannya. Mereka adalah orang-orang baik yang harus diperlakukan dengan baik pula.
"Ibu! Sudah larut seperti ini kenapa Ibu berdiri di sana? Salju turun dengan lebat, Ibu akan kedinginan. Aku tidak mau Ibu menjadi sakit nantinya," panggil Keano yang terbangun dari tidurnya.
Ia berdiri di belakang Helena, menatap sedih pada ibunya itu. Helena berbalik setelah menutup tirai. Ia berjalan sambil tersenyum menghampiri anaknya.
"Kau terbangun? Mimpi buruk?" tanya Helena dengan lembut setelah menelisik wajah sendu anaknya.
Keano mengangguk dan berkata, "Aku bermimpi bertemu Ibu yang sedang sekarat di tepi sungai." Air mata anak itu jatuh mengalir.
Deg!
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢