Bukan Sekedar Murid Biasa

"Bunu* saja.. aku.." Ucap seorang wanita muda yang sangat kacau. Rambutnya yang botak, tubuhnya yang penuh lebam dan tampak seperti hanya kulit yang menempel pada tulang. Fika. Saat ini dirinya berada di.. Entahlah. Selama perjalanan, matanya di tutup. Ia hanya bisa merasakan sakit, sakit, dan sakit.

"Serius? Oke kalau itu maumu." Ucap salah satu bodyguard.

Tunggu, bukannya Fika telah di lepaskan? Ya, memang benar. Tapi.. Ini adalah Fikara Bonita. Ia tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan. Fika kabur ke Singapura tepat malam setelah ia di sekap. Edo yang membawa Fika kesana. Tapi setelah di Singapura, Edo tewas karna menjalankan sebuah misi dari Fanyasger group.

Edo yang berhati tulus, kenapa mau berpacaran dengan iblis seperti Fika? Jawabannya, dia kesepian. Setiap orang di hidupnya selalu pergi. Termasuk ayah ibunya yang mengalami kecelakaan waktu dia masih kecil. Dan berakhir tewas. Setelah kejadian itu, Edo luntang–lantung tanpa tahu arah pulang. Hingga suatu hari, sosok malaikat yang bukan malaikat, menyelamatkan dirinya. Ya, adik dari Gea. Daisy, sang penerus Fanyasger.

Edo di beri pekerjaan yang layak sembari menunggu di perintahkan untuk menjalankan misi. Ia di pekerjakan di salah satu toko milik Fanyasger. Semua pegawai adalah Fanyas member. Jadi tak heran kalau mereka solid.

Fika berusaha menghancurkan Ethan dan Indah saat melihat mereka berdua berbelanja di mall terbesar di Singapura. Fika pikir, mereka hanya berdua tanpa membawa bodyguard. Namun salah, bodyguard yang mengawasi dan menjaga Ethan dan Indah, rupanya.. Mafia teratas nomor 2 di negara itu. John yang menyewa mereka untuk mengawasi anaknya.

Singkat cerita, Fika tertangkap basah telah berusaha mencampurkan racun pada minuman Ethan dan Indah. Fika menyamar menjadi pelayan. Sebelum Ethan dan Indah meminum minuman mereka, ada bodyguard yang memeriksa keamanan minuman itu. Dan benar saja. Terdapat racun ***** dengan kasar yang sangat sangat tinggi di minuman mereka.

Fika di balik dinding tidak tahu, bahwa ada orang yang memeriksa minuman mereka berdua. Tiba–tiba saja, mulutnya di bekap dari belakang. Dan saat itulah Fika hilang kesadaran. Bangun–bangun, dia sudah berada di mobil dengan mata tertutup. John memerintah agar menyiksa Fika (jangan sampai mati). Agar wanita itu tahu berapa kejamnya balasan yang adil untuk pengganggu hubungan orang.

***

"El, Ichi mana?" Reyhan dan Ellia saat ini berada di rumah kecil yang Reyhan beli untuk merawat Ichi. Ya.. Modus aja sebenernya biar bisa dekat sama Ellia. Ellia yang fokus dengan benda pipih canggihnya sedikit terkejut dengan kehadiran Reyhan.

"Kak Reyhan? Udah selesai urusan pentingnya?" Ucap Ellia sembari menyimpan benda pipihnya di saku celananya.

"Iya, udah kok El. Ichi mana? Udah makan kah dia?" Tanya Reyhan. Dia mengedarkan pandangannya pada seluruh taman, tapi kucing putih itu tidak terlihat sedikitpun.

"Hm? Mana ya tadi.. Kayaknya di dalam–" Ucapan Ellia terhenti saat ia mengingat sesuatu.

"Ikan goreng.." Ellia bergumam. Dia ingat bahwa ia baru selesai memasak ikan goreng untuk dirinya, dan Reyhan nanti. Wah, seperti suami istri saja! Hahaha.

"Oh my god.." Reyhan tak bisa berkata–kata lagi. Sudah fiks Ichi menyomot ikan goreng itu. Ellia berlari memasuki rumah. Namun, pikiran buruknya terpatahkan saat ia melihat Ichi sedang tidur di sofa ruang tamu. Bahkan kucing itu terbangun, dan mengarahkan kepalanya menghadap Ellia karna terterkejut akan langkah Ellia yang seperti raksasa.

"Harus tutup telinga kayaknya gue. Pasti habis ini Ellia jadi toa cantik." Reyhan masih di luar, tidak tau bahwa pikiran buruknya tidak terjadi.

"Ini dia Ichi." Ucap Ellia tiba–tiba muncul dengan damai.

"Loh? Dia gak makan ikan goreng?!" Kata Reyhan terkejut. Kucing macam apa Ichi ini?

"Enggak kok Kak. Ternyata aku udah taruh ikannya di rak piring. Heheheh." Ucap Ellia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hiss kamu iniii.." Reyhan mengacak rambut Ellia yang sudah Ellia persiapkan selama 1 jam itu.

"(🥺👉🏻👈🏻) Kakak.. Kenapa di berantakin! Aku udah effort benerin 1 jam loh.. Hiks.."

"Ehh?! Maaf.. Abisnya Kakak gemes banget sama dedek." Reyhan merasa tidak enak. Tentu saja.

"Kita ke salon ya? Yuk Kakak bayarin."

"Ya emang harusnya gitu!" Bentak Ellia ngambek. Ia langsung pergi keluar menuju motor Reyhan di halaman depan.

"Iya ya.. Kan emang harusnya aku yang ganti rugi. Emang napa si kalau kucel? Toh aku tetep sayang sama dia. Sampai effort banget benerin rambut doang sejam." Gumam Reyhan saat Ellia sudah tak terlihat di hadapannya. Ia pun segera menyusul Ellia.

***