Nayara Kirana seorang wanita muda berusia 28 tahun. Bekerja sebagai asisten pribadi dari seorang pria matang, dan masih bujang, berusia 35 tahun, bernama Elvano Natha Prawira.
Selama 3 tahun Nayara menjadi asisten pria itu, ia pun sudah dikenal baik oleh keluarga sang atasan.
Suatu malam di sebuah pesta, Nayara tanpa sengaja menghilangkan cincin berlian senilai 500 juta rupiah, milik dari Madam Giselle -- Ibu Elvano yang dititipkan pada gadis itu.
Madam Gi meminta Nayara untuk bertanggung jawab, mengembalikan dalam bentuk uang tunai senilai 500 Juta rupiah.
Namun Nayara tidak memiliki uang sebanyak itu. Sehingga Madam Gi memberikan sebuah penawaran.
"Buat Elvano jatuh cinta sama kamu. Atau saya laporkan kamu ke polisi, dengan tuduhan pencurian?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04. Mami Ingin Dia Bertanggung Jawab!
Elvano berdiri di ujung tangga untuk mengamati sang asisten pribadi yang tengah sibuk mencatat keperluan dapur yang habis, atau persediaannya mulai menipis.
Nayara sungguh berbeda dari kebanyakan wanita yang pernah Elvano kenal. Gadis itu sedikit tomboy, dan jauh dari kesan feminim.
Yang membuat Elvano betah mempekerjakan gadis itu adalah sikap Nayara yang sopan, dan terkesan cuek padanya. Tidak seperti para mantan sekretaris Elvano sebelumnya. Yang secara terang - terangan ingin menggoda pria itu.
Mereka dengan sengaja memamerkan lekuk tubuhnya dengan memakai pakaian yang begitu ketat. Sehingga membuat Elvano merasa risih.
Berbeda dengan Nayara, gadis itu bahkan memakai pakaian yang lima senti lebih lebar dari ukuran sebenarnya. Sangat jarang menggunakan rok, lebih sering memakai celana panjang.
Gadis itu merias wajahnya dengan riasan natural, dan tidak berlebihan. Tidak menor seperti mantan - mantan sekretarisnya dulu.
Kesederhanaan itulah yang membuat Elvano nyaman dengan Nayara. Bukan karena memiliki perasaan khusus, namun ia lebih melihat Nayara seperti seorang pria.
Elvano bahkan tidak mau menandatangani surat pengunduran diri yang pernah gadis itu serahkan. Berbeda dengan para mantan sekretarisnya dulu. Elvano dengan sengaja mengerjai mereka, agar segera mengundurkan diri dari pekerjaannya.
“Pak El, mau makan sekarang?”
Panggilan itu menarik langkah Elvano untuk mendekat ke arah meja makan.
“Kamu sudah selesai?” Pria itu melempar tanya sembari menarik sebuah kursi untuk di tempati.
Nayara mengangguk pelan. Gadis itu pun mendekat ke arah meja makan
“Ayo kita makan bersama. Saya tidak mungkin menghabiskan semua ini.” Ucap Elvano sembari mengisi piringnya dengan makanan.
Elvano tidak keberatan jika Nayara bergabung bersamanya. Justru, pria itu akan marah kalau sang asisten menolak tawarannya.
“Terima kasih, pak.” Nayara pun duduk dihadapan pria itu.
Mereka kemudian menikmati makan siang dengan tenang.
Setelah selesai makan siang, Nayara tidak langsung pulang. Ia masih memiliki tugas lain. Yaitu membersihkan kamar tidur Elvano.
Sebagai seorang asisten yang mengurus segala hal hingga keperluan pribadi, Nayara juga di percaya untuk membersihkan kamar tidur Elvano. Dan tidak mau orang lain yang melakukannya.
Sedangkan untuk kebersihan penthouse, pria itu akan memanggil salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di kediaman Prawira. Biasanya datang setiap dua hari sekali dan itu pun di pantau oleh Nayara.
“Ra, bantu saya memilah pakaian yang sudah tidak bisa dipakai.” Elvano tiba - tiba masuk ke dalam kamarnya.
Untung saja Nayara sudah selesai membersihkan ruang tidur itu. Tidak memakan waktu lama karena di bantu oleh alat kebersihan elektrik.
Gadis itu bergegas mengekori langkah Elvano ke ruang ganti. Berjalan ke sudut ruangan, mengambil sebuah koper yang sudah tidak terpakai untuk menyimpan pakaian yang akan di buang oleh sang atasan.
“Kamu masih memikirkan masalah berlian?” Tanya Elvano sembari memilah pakaian yang sudah kekecilan di tubuhnya.
“Menurut bapak?” Nayara berbalik melempar tanya. Ia duduk lesehan di atas lantai sembari melipat baju dan memasukkan ke dalam koper.
“Kenapa kamu tidak mau menggunakan uang saya? Gilang juga mengatakan, dia menawari kamu pinjaman, tetapi kamu menolaknya.”
“Saya tidak yakin jika Madam Gi mau menerima uang yang saya pinjam dari bapak.” Ucap Nayara dengan sendu.
Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Jika Madam Giselle memang tidak akan mau menerima uang yang gadis itu pinjam dari Elvano.
Pria itu menatap sang asisten pribadi. Ia menghela nafas panjang. Sepertinya, Elvano harus berbicara serius dengan sang mami.
.
.
.
“Kebetulan kamu pulang. Mami masak banyak malam ini.” Ucap Madam Giselle menyambut kedatangan putra sulungnya.
Elvano mendesahkan nafas panjang. “Aku mau bicara berdua dengan mami.” Ucapnya kemudian.
Madam Giselle mencebik pelan. Ia tau, Elvano pasti ingin membahas tentang Nayara. Entah apa yang gadis itu telah adukan pada sang atasan.
“Kita bicara setelah makan —
“Sekarang saja. Lagipula, ini belum waktunya makan malam.” Potong Elvano yang kemudian melangkah menuju ruang baca di rumah itu.
“Jika suami atau putriku mencari, katakan aku dan Elvano sedang mengobrol di ruang baca.” Pesan Madam Giselle pada salah satu asisten rumah tangganya.
Wanita paruh baya itu kemudian mengikuti langkah Elvano.
“Apa yang ingin kamu bicarakan, El?”
“Mami pasti sudah tau. Kenapa harus berbelit?”
Madam Giselle menyeringai tipis. Ia kemudian duduk di atas sofa. Sementara Elvano menempati sebuah kursi kayu di dekat rak buku.
“Kamu ingin mami melupakan kesalahan Nara? Dan kamu tau itu tidak akan mami lakukan.”
“Tapi mami tau dia tidak bersalah. Nara tidak mungkin sengaja menghilangkan cincin mami.” Tukas Elvano.
“Mami tau. Dan kamu juga tau, mami ingin dia bertanggung jawab.” Madam Giselle menyadarkan punggung pada sandaran sofa.
“Maka, biarkan dia bertanggung jawab, mi. Aku akan memberikan Nara uang, dan mami harus menerima itu.”
Madam Giselle berdecak pelan. Sepertinya dugaan ia benar. Jika Nayara telah mengatakan sesuatu pada Elvano.
“Apa gadis itu mengatakan sesuatu?”
“Dia hanya mengatakan, mami tidak mungkin mau menerima uang yang dia pinjam dari aku.”
Madam Giselle mengangguk samar. Ternyata Nayara tidak mengatakan yang sejujurnya pada Elvano. Gadis itu masih menggunakan kata ‘mungkin’ dalam kalimatnya.
“Meminjam uang sama kamu untuk bertanggung jawab pada mami, itu sama saja artinya, El. Dia akan tetap memiliki hutang.”
“Tapi setidaknya, Nara tidak di kejar rasa bersalah, mi.” Elvano menghela nafas di akhir kalimatnya.
“Kenapa kamu begitu membela gadis itu?” Selidik Madam Giselle.
Jika Elvano ternyata menyukai sang asisten pribadi, maka tugas Nayara akan sangat mudah untuk merayu pria itu ‘kan?
“Karena aku tidak mau mami membuat Nara mengundurkan diri dari pekerjaannya. Jika mami tidak menyukai dia menjadi asisten pribadiku, bukan seperti itu caranya, mi.” Elvano berujar dengan tegas.
Kening sang mami sampai berkerut dalam mendengar kalimat pria itu.
Bagaimana bisa Elvano berpikiran seperti itu? Sedangkan sang mami berniat untuk menyatukan mereka berdua.
“Kamu terlalu berburuk sangka pada mami, El.”
“Jangan ikut campur urusan pekerjaan, mi. Aku sudah nyaman dengan Nayara. Dia satu - satunya gadis yang tidak ingin menggodaku. Aku sudah menganggapnya seperti Gilang.”
Madam Giselle kembali menyeringai. Elvano tidak tertarik dengan gadis itu. Tetapi, dirinya akan membuat Nayara menuruti keinginannya.
Menjodohkan keduanya secara terang - terangan, itu tidak mungkin. Elvano sendiri yang mengatakan, jika dirinya menganggap Nayara seperti asisten prianya.
“Kamu juga jangan ikut campur urusan mami. Mami hanya ingin Nara bertanggung jawab. Itu saja.” Wanita paruh baya itu kemudian bangkit dari tempat duduknya.
“Mi.”
“Cukup, El. Jika kamu tidak ingin mami berbuat buruk pada asisten pribadimu itu, maka jangan campuri urusan mami.” Madam Giselle kemudian keluar dari ruangan itu.
Elvano meninju udara setelah sang mami menghilang di balik pintu. Kali ini ia benar - benar tidak bisa membaca rencana wanita paruh baya itu.
...****************...
nungguin si el bucin sama si nay..
ayok kak hari ini upny double 🤭