Kultivator Pengembara

​"AKAN AKU MUSNAHKAN SEMUA BANDIT DI SINI, HAHAHAHA!" raung Feng.

​Ia menolehkan kepalanya, melihat ke arah karavan Zoq yang semakin jauh. Zoq, si pedagang gendut, panik melihat pembantaian brutal di belakangnya dan mempercepat laju kudanya.

​"Dia mengkhianati kita,Jian Feng! Kejar dia!" teriak Lin Xue dari punggung Jian Feng.

​Namun, Feng justru tertawa lebih keras. "Hahaha! Kenapa harus mengejar seekor semut? Kesenangan yang nyata ada di sana!"

​Feng menunjuk ke arah tebing curam di mana para bandit melarikan diri, yang pasti mengarah ke markas mereka.

​"Aku tidak akan membunuh hanya dua puluh orang, Lin Xue. Malam ini, aku akan membersihkan sarang mereka! Aku akan menunjukkan pada mereka bagaimana rasanya menjadi kotoran!"

​WUSHH!

​Feng tidak mengejar Zoq. Ia justru berbalik dan melesat ke dalam hutan dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Zoq yang ketakutan di jalan utama.

​Lin Xue, yang menutup mata, hanya bisa menggigit bibirnya. Ia merasakan kecepatan yang memekakkan telinga, Qi Petir yang menguar, dan tawa gila yang tidak manusiawi.

​***

​Dalam waktu singkat, Feng mencapai markas Bandit Gunung. Ratusan bandit, yang terkejut oleh teriakan panik rekan mereka yang selamat, berkumpul di alun-alun markas mereka, siap menghadapi ancaman.

​"Bunuh dia! Dia hanya satu orang!" teriak seorang pemimpin bandit.

​Feng mendarat di tengah-tengah kerumunan, Tombak Petir di tangannya berderak.

​"HAHAHA! Tepat seratus delapan puluh dua sampah yang harus dibakar!"

​TEKNIK PETIR: SERIBU BILAH PEMBUNUH!

​Feng melepaskan bilah-bilah Qi Petir yang tak terhitung jumlahnya. Pembantaian itu jauh lebih cepat dan lebih kejam daripada di jalanan. Feng tidak memberi mereka kesempatan untuk bertarung. Ia bergerak seperti bayangan, menusuk, menebas, dan membakar setiap bandit.

​Tangisan, darah, dan bau hangus memenuhi pegunungan. Lin Xue yang berada di punggungnya hanya bisa memeluk erat Jian Feng, menenggelamkan diri di bahunya, berdoa agar kegilaan ini segera berakhir.

​Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, ratusan Bandit Gunung telah dimusnahkan. Markas mereka hanya menyisakan reruntuhan berdarah dan mayat hangus.

​Setelah pembantaian selesai, Feng berjalan kembali ke jalan utama, di mana karavan Zoq tadi lewat. Ia menemukan jejak roda kereta yang melaju kencang.

​"Sekarang... giliran si pengkhianat gendut itu!" gumam Feng.

​***

​Feng melesat secepat kilat. Ia menemukan karavan itu sudah berhenti di luar pandangan. Zoq sedang merayakan keberhasilannya, bernegosiasi dengan beberapa pria berpakaian hitam di dekat gerobak.

​SRET!

​Feng mendarat di belakang Zoq, Tombak Petir di tangannya berderak di udara.

​Pria-pria berpakaian hitam itu ketakutan dan langsung kabur, meninggalkan karavan.

​Zoq, yang baru saja berbalik, melihat mata merah darah dan senyum mengerikan Jian Feng.

​"J-Jian Feng! Aku bisa jelaskan! Tiga koin emas itu—"

​"Kau menjual istrimu untuk tiga koin perak, tapi kau menjual nyawaku untuk tiga koin emas," potong Feng, suaranya dingin, namun dipenuhi kegilaan. "Kau tahu, aku tidak terlalu peduli dibayar atau tidak. Tapi kau berani mengkhianati tubuh asliku? Dan di depan Lin Xue?"

​Feng mengangkat tombaknya. "Kau akan mati dengan cara yang menyakitkan!"

​BLARR!

​Tombak Petir itu menghujam tubuh Zoq, membakar dagingnya hingga menjadi arang dalam hitungan detik.

​Setelah membunuh Zoq, Feng melonggarkan tali gerobak dan membuka peti kayu besar yang menjadi 'barang langka' Zoq.

​Lin Xue, yang akhirnya membuka mata, menatap ke dalam peti itu. Kengerian baru menyergapnya.

​Di dalam peti kayu itu, ada sekitar sepuluh anak kecil—yang disekap, ketakutan, dan terikat. Mereka adalah barang langka yang dimaksud Zoq—anak-anak kecil yang dijual sebagai budak, mungkin untuk dilemparkan ke lubang penambangan atau dijual sebagai budak seks.

​Lin Xue terdiam. Air matanya kembali mengalir, bukan karena takut pada Feng, tapi karena takdir anak-anak malang itu.

​"Lihat, Lin Xue," kata Feng, suaranya kembali melembut sedikit saat berbicara pada istrinya. "Kotoran ini pantas mati. Dia mencoba menjual orang yang lebih lemah."

​Feng memotong tali ikatan anak-anak itu dengan Tombak Petir-nya.

​"Kita harus membawa mereka ke kota. dan mencari tahu siapa dalangnya." kata Feng. Ia menutup kembali peti itu, menggendong Lin Xue, dan menghilang ke dalam hutan.

​Jian Feng telah membunuh lebih dari dua ratus orang. Ia telah menyelamatkan anak-anak. Dan ia telah membiarkan sisi kegelapannya mengambil kendali sepenuhnya.