NovelToon NovelToon
The Ceo'S Heart Subtitute

The Ceo'S Heart Subtitute

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Pengganti / CEO / Chicklit
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: flower

--- **“Luna adalah anak angkat dari sebuah keluarga dermawan yang cukup terkenal di London. Meskipun hidup bersama keluarga kaya, Luna tetap harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolahnya sendiri. Ia memiliki kakak perempuan angkat bernama Bella, seorang artis internasional yang sedang menjalin hubungan dengan seorang pebisnis ternama. Suatu hari, tanpa diduga, Luna justru dijadikan *istri sementara* bagi kekasih Bella. Akankah Luna menemukan kebahagiaannya di tengah situasi yang rumit itu?”**

--- Cerita ini Murni karya Author tanpa Plagiat🌻 cerita ini hanya rekayasa tidak mengandung unsur kisah nyata🌻

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11 Romantis

Bryan berjalan keluar meninggalkan kamar dan menuju ruang kerjanya untuk menyelesaikan beberapa urusan. Sementara itu, asisten Jhon masih menangani permasalahan yang sebelumnya belum terselesaikan.

.

.

.

“Kamu sudah tidak waras! Dua kali kamu mempermalukan Daddy, Bella!” Chris menampar pipi putrinya dengan keras.

“Daddy tahu apa! Daddy hanya bisa marah, marah, dan marah!” balas Bella berusaha membela dirinya, namun ia kembali menerima tamparan kedua dari Chris.

“Anak tidak tahu malu! Kerjamu hanya merepotkan saja. Seharusnya sejak dulu aku sudah mengirimmu ke rumah sakit jiwa!” bentaknya.

Nyonya Rayna hanya dapat menangis menyaksikan pertengkaran antar suami dan putrinya. Ia kebingungan bagaimana cara menghentikan mereka, sebab keduanya memiliki sifat yang sama-sama keras kepala.

“Jika reputasiku hancur karena ini, aku benar-benar tidak akan memaafkanmu,” ancam Chris sebelum akhirnya meninggalkan ruangan, diikuti oleh Nyonya Rayna yang masih berusaha menenangkan suaminya.

Bella mengacak rambutnya dengan kasar. Tiba-tiba, deretan notifikasi masuk ke ponselnya. “Apa ini…?” gumamnya.

Saat membuka berita, matanya membesar sempurna ketika melihat namanya tengah menjadi topik trending di media sosial terkait perbuatannya.

“Akhhh!!” teriak Bella sambil membanting ponselnya. Ia kemudian berjalan menuju kamarnya; saat ini ia tidak ingin berbicara dengan siapa pun.

Dengan penuh amarah, Bella menutup pintu kamar dengan keras lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

“Lihat saja. Aku akan membuatmu menyesal, Luna,” geramnya.

Gadis itu ingin sekali mencakar wajah Luna, yang menurutnya bersikap sok polos dan merasa terlalu cantik

***

“Bagaimana, Jhon?”

“Sudah selesai, Tuan. Nona Bella yang selama ini dikenal baik kini runtuh reputasinya karena perlakuan buruknya terhadap Nona Luna.”

“Aku ingin melihat, sampai kapan dia mampu bertahan.” Bryan tersenyum sinis, menunggu saat Bella menyesal. Ia masih menyimpan luka atas perlakuan Bella yang selalu mempermainkannya, namun kini Bella justru bertingkah seolah-olah dirinya adalah korban. Bryan benar-benar merasa muak dengan sikap Bella.

“Jhon, sampaikan kepada Ayah bahwa malam ini aku dan Luna tidak dapat makan malam bersama mereka karena sedang mengurus sesuatu,” ujar Bryan sambil menutup laptopnya.

“Baik, Tuan. Saya akan menyampaikannya,” jawab Jhon dengan hormat.

Jhon membungkuk sedikit, lalu melangkah keluar dari ruangan dengan cepat. Sementara itu, Bryan berdiri dari kursinya dan merapikan jasnya, pikirannya masih dipenuhi rencana yang harus ia jalankan malam itu.

Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya berjalan menuju kamarnya saja dan beristirahat, hari ini dia sangat lelah dan butuh istirahat untuk mengisi energinya kembali.

Ia berjalan perlahan memasuki kamarnya dan mendapati Luna masih belum tertidur. Wajah gadis itu terlihat lelah, namun matanya tetap terbuka seolah menunggu kedatangannya. Tanpa berkata apa-apa, ia naik ke atas ranjang dan meraih Luna dengan lembut, menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.

Luna sempat terkejut sejenak, tetapi segera merasa tenang ketika merasakan kehangatan Bryan. Ia memejamkan mata, sementara Bryan mengusap punggungnya perlahan, seolah ingin menenangkan segala beban yang mungkin masih tersisa di benak Luna.

Suasana kamar yang hening membuat pelukan itu terasa lebih berarti, seakan Bryan tengah berusaha memastikan bahwa Luna merasa aman di sisinya setelah hari yang panjang dan melelahkan.

“Mengapa kamu belum tidur, Mia Cara?” tanya Bryan dengan nada lembut.

“Aku tidak bisa tidur.”

“Mengapa? Apakah kamu memang tidak bisa tidur jika aku tidak berada di sisimu?” ujar Bryan dengan percaya diri.

“Bukan begitu… Aku hanya khawatir kau akan melukai keluargaku.”

Bryan menghela nafas ketika melihat kekhawatiran Luna terhadap keluarganya, yang jelas-jelas telah bersikap buruk kepadanya.

“Mengapa kamu masih memikirkan mereka, padahal mereka jelas tidak peduli padamu?”

“Seburuk apa pun perlakuan mereka, mereka tetap keluarga aku”

“Aku hanya ingin memberi mereka sedikit pelajaran.”

“Lagipula, mereka tidak berlebihan menyakitiku.”

“Tidak berlebihan? Menampar pipimu hingga lebam, itu kamu anggap tidak berlebihan, Mia Cara? Sudahlah, lebih baik kita tidak membahas hal itu lagi. Aku tidak menyukainya."

Perkataan Bryan membuat Luna terdiam. Ia tidak berani membuka suara karena takut Bryan akan kembali marah seperti sebelumnya.

“Aku ingin memberitahumu sesuatu, Mia Cara."

“Apa itu?”

Bryan kembali menghela nafas sambil tersenyum. Ia menyibakkan rambut Luna ke belakang dan mengusap pipinya dengan lembut. "Besok Lusa ikut aku ke Acara ulang tahun rekan kerja ku ya?"

“Untuk apa aku ikut? Lagi pula, aku tidak memahami dunia kalangan kelas atas seperti kalian.” ujar Luna dengan ragu.

Bryan menggeleng pelan.

“Siapa bilang kamu tidak memahami? Justru kamulah yang paling mengerti di sana,” ucapnya sambil menatap istrinya dengan senyum lembut. “Acara itu bahkan akan menyelenggarakan lomba desain gaun terindah.”

Mendengar hal itu, mata Luna seketika berbinar penuh antusias.

“Benarkah? aku benar-benar ingin ikut,” katanya, kini tidak mampu menyembunyikan rasa senang.

"Tentu saja kamu akan ikut. aku sudah meminta Asisten Jhon membelikanmu sebuah gaun yang cantik, agar semua orang tahu bahwa kamu adalah istriku," ujar Bryan tegas namun tetap hangat.

Luna terdiam sejenak, lalu menatap Bryan dengan perasaan campur aduk antara terharu dan gugup. “Terima kasih… tetapi apakah tidak apa-apa jika aku hadir di sana? aku takut tidak bisa menempatkan diri.”

Bryan mendekat, menggenggam tangan Luna dengan erat. “Selama aku berada di sampingmu, tidak ada seorang pun yang berhak merendahkanmu. Kamu memiliki kemampuan, keberanian, dan pesonamu sendiri. Mereka justru yang akan kagum ketika melihatmu."

Pipi Luna memerah, dan ia tersenyum manis.

“Kalau begitu… aku akan berusaha tampil sebaik mungkin.”

“Itu yang kuinginkan. Aku ingin dunia melihat siapa istriku sebenarnya. sosok perempuan berbakat yang selama ini mereka remehkan" Bryan kemudian menatap Luna lebih lama, seolah memastikan bahwa ia memahami betapa berharganya dirinya.

“Kenapa kamu memperlakukanku sebaik ini? Padahal… di banyak novel yang pernah kubaca, pria yang menikahi wanita yang tidak ia cintai biasanya akan membenci wanita itu seumur hidup,” ucap Luna pelan, menatap wajah suaminya dengan mata penuh keraguan.

Bryan tersenyum tipis, mendekat dan menyentuh pipinya dengan lembut.

“Luna… aku bukan tokoh dalam novel. Dan kamu bukan wanita yang pantas dibenci.”

Luna terdiam, jantungnya berdegup lebih cepat.

“Tapi… aku takut suatu hari kamu berubah pikiran. Aku tidak ingin menjadi bebanmu.”

Bryan menggeleng, jemarinya menyapu rambut Luna ke belakang telinganya.

“Kamu tidak akan pernah menjadi beban. Sejak kamu masuk ke hidupku, rumah ini terasa lebih hangat. Aku… merasa lebih hidup.”

“Kamu benar-benar merasa seperti itu?”

Bryan menatapnya dalam, seolah ingin menegaskan setiap kata.

“Ya. Kamu membuatku ingin pulang lebih cepat setiap hari. Kamu membuatku tersenyum bahkan ketika aku tidak mengatakannya. Dan tanpa kamu sadari, kamu sudah menjadi bagian yang tidak bisa kuhilangkan.”

Pria itu mencondongkan tubuh, menyentuh kening Luna dengan keningnya.

“Tidak perlu berkata apa pun, Mia Cara. Cukup tetap berada di sisiku. Itu sudah lebih dari cukup.”

1
Dwi Winarni Wina
kasian luna diperlukan kayak pembantu sm orgtua angkatnya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!