Luna terjebak dalam pernikahan kakaknya dengan william, pria itu kerap disapa Tuan Liam. Liam adalah suami kakak perempuan Luna, bagaimana ceritanya? bagaimana nasib Luna?
silahkan dibaca....
jangan lupa like, komen dan vote
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
keesokan paginya.
Luna menyiapkan sarapan untuk Liam, beraneka cake dia buat dan tersaji sangat rapih di atas meja makan mewah itu. ini juga termasuk salah satu kewajiban Luna, yaitu setiap pagi menyiapkan sarapan pria itu dengan masakan buatannya sendiri.
Setelah lulus sekolah. Luna bekerja di tokoh kue selama 6 bulan, dan dia cukup lihai membuat kue apa saja. termasuk kue ulang tahun, Luna tersenyum misterius setelah selesai mengerjakan semuanya. tentu Ia dibantu beberapa maid, dia tidak sendirian. untuk itulah semuanya tersaji tepat waktu.
Luna mengingat ucapan Liam semalam.
"Jadi berusahalah agar aku tidak suka padamu." Begitu kira-kira ucapan Liam yang masih di ingat Luna dan akan menjadi misinya membuat pria itu tidak jatuh cinta pada kecantikannya.
Luna melangkah menuju kamar dengan sejuta senyum miring di sudut bibirnya, dia membayangkan seorang Tuan Liam menikmati cake motif-motif unik buatannya. pasti terlihat menggemaskan kalaupun pria itu mau makan, kalau tidak berarti dia berhasil membuat Tuan Liam marah dan dipastikan pria itu akan semakin stres.
"Tuan Liam pasti memarahi ku setelah ini karena membuat mood sarapannya berantakan." Kata Luna yakin.
Luna berhenti didepan pintu kamar, saat Ia bangun pria itu masih tidur.
Tiba-tiba saja Liam membuka pintu kamar dan berdiri hadap-hadapan dengan Luna. keduanya bersitatap, Liam mengangkat sebelah alis melihat Luna yang sedang menatapnya dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
"Apa yang kamu lihat Luna? aku tampan hemm?" Tanya Liam dengan godaan sebelah alis tanpa ekspresi.
"Sedikit, saya memerhatikan jas Tuan hari ini. terlihat rapih ya, hehe." Balas Luna salah tingkah dan mempersilahkan Liam berjalan lebih dulu lalu Ia mengekor dari belakang.
Mendapat jawaban Luna nyatanya membuat hati Liam sedikit kesal. "Luna.... " Liam berhenti sepihak, Luna menabrak punggungnya karena tidak tahu pria itu akan berhenti tiba-tiba.
"Ya Tuan?" Tanya Luna heran.
Liam berkacak pinggang dan mulai mengintimidasi Luna. "Sarapanku sudah jadi belum?" Tanyanya kemudian.
"Oh... sudah dong Tuan, saya sudah menyiapkannya pagi-pagi sekali khusus untuk Anda." Luna berbicara sambil tersenyum.
"Tuan bisa mencobanya, masakan saya sangat unik, Tuan pasti memuji bakatku nanti." Balas Luna mencoba pede agar pria itu berimajinasi berlebih-lebihan.
'Biar saja, kalau dia lihat kan bisa kecewa.' Batin Luna dengan niat jahatnya.
"Untuk apa aku memujimu, lain kali jangan pakai sendal yang model begitu. berisik!" Timpal Liam menunjuk sendal rumahan Luna.
Liam meninggalkan gadis itu dengan hatinya yang sedikit puas. Liam menuruni tangga, asisten Dimitri tampaknya sedang menunggu pria itu untuk mendampinginya sarapan lalu ke kantor berdua.
Sementara Luna mencoba mengerti dimana letak salahnya sendal yang Ia pakai.
"Dasar Tuan Liam yang aneh, sendal pun dipermasalahkan. mentang-mentang pemilik mansion." Luna berdecak kesal lalu mengintip ke bawah tepatnya di lantai satu, Ia melihat Liam yang berdiri di tengah meja makan memerhatikan semua cake buatannya dengan ternganga. begitupun dengan asisten Dimitri yang bingung sedang ada acara apa pagi ini sehingga begitu banyak cake tersaji dengan motif rupa-rupa.
"Tiga, dua, satu." Luna menghitung mundur sambil menutup gendang telinganya ketika Liam mulai mencari keberadaannya.
"LUNAAAA!!!!" Teriak pria itu menggelegar kuat.
"Ya, TUANNN!!! saya samperin nih." Jawab Luna dari atas dengan berlari menuruni anak tangga.
***
"Katakan padaku dimana sarapan yang kamu buat hah?" Tanya Liam memastikan.
"Ini Tuan," Luna menunjukkan cake motif doraemon lucu.
"Nah ini juga, Tuan jangan salah. ini hanya mirip telor ceplok tapi aslinya cake kok. semuanya cake," Kata Luna dengan deretan gigi putihnya yang tersenyum centil.
Liam menarik nafas kasar lalu menatap Dimitri dengan sorot mengerikan. "Aku tunggu di mobil, jelaskan padanya sarapan seperti apa yang aku mau." Jelas Liam lalu pergi meninggalkan Luna dan asisten Dimitri dengan tatapan kesal serta bunyi hentakan kaki yang sangat nyaring.
"Huhhhh... Kak Dimitri, nanti tolong sampaikan tuh ke Tuan Liam. sepatunya jangan lupa di ganti, berisik!!" Kata Luna memandangi punggung Liam.
Bersambung....