NovelToon NovelToon
Misi Jantung Berdebar

Misi Jantung Berdebar

Status: sedang berlangsung
Genre:Kriminal dan Bidadari / Bad Boy / Sistem / Cintapertama
Popularitas:106
Nilai: 5
Nama Author: Ray Nando

​Di sudut sebuah toserba 24 jam yang sepi, seorang pemuda berdiri di balik kasir. Namanya Jin Ray.

​Ray bukan pemuda biasa. Di balik seragam toserba berwarna oranye norak yang ia kenakan, tubuhnya dipenuhi bekas luka. Ada luka sayatan tipis di alis kirinya dan bekas jahitan lama di punggung tangannya. Tatapannya tajam, waspada, seperti seekor serigala yang dipaksa memakai kalung anjing rumahan.

​“Tiga ribu lima ratus won,” ucap Ray datar. Suaranya serak, berat, jenis suara yang dulu membuat orang gemetar ketakutan saat ia menagih utang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arsitek Realitas dan Labirin Beton

​Suara langkah kaki berat sepatu bot militer bergema di lorong lantai 7. Pasukan elit Kang Min-Ho—kini mengenakan zirah eksoskeleton hitam yang terlihat futuristik—sedang menaiki tangga.

​"Mereka ada di sini," geram Ujang. Dia merenggut pintu besi apartemen Ray yang sudah rusak engselnya dengan tangan kosong, menggunakannya sebagai perisai raksasa. "Aku akan menahan depan. Ray, kau jaga belakang dan lindungi gadis itu."

​Ray mengangguk, tinju merahnya berpendar. "Hana, tetap di tengah kami. Jangan jauh-jauh."

​Hana mencengkeram tongkat baseball logamnya erat-erat. Tangannya berkeringat. Jantungnya berpacu, bukan karena cinta, tapi karena adrenalin murni. Dia melihat ke sekeliling apartemennya yang hancur. Dinding retak, perabotan berantakan.

​Namun, ada yang aneh.

​Di mata Hana, retakan di dinding itu tidak terlihat seperti kerusakan biasa. Dia melihat garis-garis biru neon yang menyala di balik beton. Dia melihat struktur besi, pipa, dan kabel seolah-olah dia memiliki penglihatan sinar-X.

​BAM!

​Dinding depan apartemen meledak. Tiga prajurit eksoskeleton menerobos masuk.

​"Target terlihat! Eksekusi!" teriak pemimpin pasukan.

​Ujang menerjang maju, menabrakkan pintu besi yang dia pegang ke arah para prajurit itu seperti banteng mengamuk.

​KRANG!

​Dua prajurit terpelanting, tapi satu prajurit lolos dan menembakkan senapan energi ke arah Ray.

​Ray menepis tembakan itu dengan punggung tangannya (Skill Pasif Baru: Deflect), lalu meluncur di lantai dan meninju lutut mekanik prajurit itu. Kaki robot itu hancur, prajurit itu jatuh berlutut.

​"Lari ke tangga darurat!" teriak Ray.

​Mereka bertiga berlari keluar menuju koridor. Namun, begitu mereka sampai di pintu tangga darurat, mereka berhenti mendadak.

​Tangga itu... hilang.

​Bukan hancur, tapi benar-benar hilang. Di balik pintu itu hanya ada tembok beton padat.

​"Jalan buntu!" seru Ujang. "Mereka menutup akses!"

​Dari ujung koridor yang lain, pintu lift terbuka. Lebih banyak pasukan keluar, senjata terarah siap tembak. Mereka terkepung di lorong sempit lantai 7. Depan musuh, belakang tembok, samping jurang jendela.

​"Ray-ssi..." Hana memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit luar biasa. Penglihatannya berkedip-kedip.

​Dunia di mata Hana berubah menjadi gambar cetak biru (blueprint) raksasa. Dia bisa melihat seluruh struktur gedung ini. Dan dia menyadari sesuatu: Gedung ini adalah data. Dan data bisa diubah.

​[SISTEM 2.0 MENDETEKSI BAKAT UNIK.]

[Nama: Choi Hana.]

[Profesi Asli: Arsitek.]

[Profesi Baru: REALITY ARCHITECT (Arsitek Realitas).]

[Skill Terbuka: 'Redraw' (Gambar Ulang).]

​Hana menatap tembok beton yang memblokir tangga darurat itu. Di kepalanya, dia membayangkan sebuah pintu. Dia "menggambar" pintu itu dalam pikirannya.

​"Minggir!" teriak Hana.

​Ray dan Ujang menoleh kaget. Hana maju, mengangkat tangannya yang bersinar biru muda, dan menyentuh tembok beton padat itu.

​"Buka," perintah Hana.

​ZING!

​Beton itu bergetar, lalu melunak seperti tanah liat digital. Partikel-partikel beton bergeser, memutar, dan menyusun diri kembali. Dalam sekejap mata, sebuah lorong baru terbentuk menembus tembok itu—lorong yang seharusnya tidak ada secara fisika.

​"Apa?!" Ray melongo. "Sejak kapan kau bisa melakukan itu?"

​"Aku... aku hanya memindahkan ruang tamu tetangga unit 706 ke samping," jawab Hana dengan napas terengah. "Ayo masuk!"

​Mereka bertiga melompat masuk ke lorong baru itu tepat saat hujan peluru energi menghantam tempat mereka berdiri tadi.

​Mereka kini berada di "ruang antara". Ini bukan tangga darurat biasa. Hana telah menghubungkan lantai 7 langsung dengan... lantai 3.

​Mereka meluncur turun di sebuah perosotan lantai miring yang Hana buat secara instan.

​WUSH!

​Mereka mendarat berguling di koridor lantai 3 yang sepi.

​Ujang berdiri, menepuk debu dari bajunya. Dia menatap Hana dengan pandangan baru—rasa hormat. "Nona, kau lebih berguna daripada tukang kunci manapun. Bisakah kau membuat jalan langsung ke lobi?"

​Hana menggeleng lemah, hidungnya mimisan sedikit. "Kepalaku sakit. Memindahkan struktur butuh... mana? Atau stamina? Aku tidak tahu. Aku hanya bisa melakukan perubahan kecil."

​"Itu sudah cukup," kata Ray, menyeka darah di hidung Hana dengan ujung lengan jaketnya. "Kau luar biasa, Hana."

​Tiba-tiba, lantai di bawah mereka bergetar hebat.

​[PERINGATAN!]

[Admin Kang Min-Ho sedang mencoba melakukan 'Override' (Pengambilalihan Paksa) pada struktur gedung.]

​Suara Min-Ho menggema dari speaker interkom di dinding.

​"Cerdik sekali, Sayangku. Kau menjadi Arsitek? Cocok sekali. Tapi mari kita lihat apa kau bisa keluar dari kotak yang menyusut."

​Koridor lantai 3 mulai bergerak. Dinding-dinding di kiri dan kanan mulai bergeser mendekat, hendak menjepit mereka menjadi sandwich manusia. Langit-langit mulai turun.

​"Dia mencoba meremukkan kita!" teriak Ujang, menahan dinding kiri dan kanan dengan kedua tangan kekarnya. Otot-ototnya menegang maksimal, tapi motor hidrolik gedung itu terlalu kuat.

​"Hana!" panggil Ray. "Lakukan sesuatu!"

​Hana memejamkan mata, melihat blueprint gedung lagi. Warna merah (kontrol Min-Ho) sedang menyebar, mengambil alih kendali. Hana harus mencari celah.

​Dia tidak bisa melawan kekuatan Admin secara langsung. Tapi dia bisa membelokkan aturannya.

​"Aku tidak bisa menghentikan dindingnya," kata Hana, matanya terbuka, bersinar biru terang. "Tapi aku bisa mengubah arahnya!"

​Hana menghentakkan kakinya ke lantai.

​[Skill: Orientation Shift (Ubah Orientasi)]

​KREK!

​Gravitasi berubah.

​Bagi Ray, Hana, dan Ujang, "bawah" bukan lagi lantai, melainkan jendela di ujung koridor.

​Mereka bertiga "jatuh" ke arah jendela seolah-olah itu adalah lubang sumur. Dinding yang menjepit kini menjadi "sisi kiri dan kanan" terowongan jatuh mereka.

​Mereka meluncur cepat melewati koridor, menjerit panjang.

​PYAR!

​Mereka menabrak kaca jendela di ujung koridor dan terlempar keluar dari gedung apartemen.

​Angin malam menyambut mereka. Mereka melayang di udara, jatuh dari ketinggian lantai 3 menuju jalanan aspal di bawah.

​"Pendaratan superheroooo!" teriak Ray.

​Ray menangkap Hana di udara, memeluknya erat, dan memutar tubuhnya agar punggungnya yang menghantam tanah (dilapisi Aura). Ujang, di sisi lain, mendarat dengan gaya cannonball menghancurkan sebuah mobil sedan yang parkir.

​BRAKK! ... DUAR!

​Ray berguling di aspal, melindungi Hana. Mereka berhenti tepat di depan sebuah toko roti yang tutup.

​"Aduh," rintih Ray. "Punggungku."

​Hana mengangkat kepalanya dari dada Ray. "Kita... kita hidup?"

​"Berkat kau memutar gravitasi tadi," Ray tersenyum meringis.

​Ujang keluar dari bangkai mobil yang penyok, meretakkan lehernya. "Transportasi yang buruk. Tapi efektif."

​Mereka melihat ke atas. Gedung apartemen tempat mereka tinggal tadi kini tampak mengerikan. Gedung itu berputar-putar, jendela dan pintu berpindah tempat secara acak seperti Rubik's Cube raksasa yang sedang dimainkan oleh hantu gila.

​Jika mereka masih di dalam, mereka pasti sudah tamat.

​Namun, masalah belum selesai. Di jalanan di depan mereka, puluhan drone tempur dan monster bayangan mulai berkumpul, tertarik oleh suara jatuhnya mereka.

​Lampu sorot helikopter menyinari mereka dari langit.

​[Misi Bertahan Hidup: Fase 1 Selesai.]

[Fase 2 Dimulai: Pelarian dari Kota.]

[Buronan: Jin Ray, Choi Hana, Ujang.]

​"Hana," kata Ray, membantunya berdiri. "Apakah kau bisa 'menggambar' mobil?"

​"Tidak," jawab Hana jujur. "Tapi aku bisa membuat jembatan kalau kita lari lewat atap."

​Ray menyeringai. "Itu lebih baik."

​Dia menatap Ujang. "Paman Ujang, kau bawa senjata berat?"

​Ujang merobek pintu mobil yang tadi dia hancurkan. "Sekarang punya."

​Mereka bertiga berdiri saling memunggungi, siap menghadapi gelombang monster di tengah jalanan Seoul yang kini telah berubah menjadi medan perang fantasi.

​Ray memegang tinju merahnya, Hana memegang tongkat baseball-nya (dengan mata biru menyala), dan Ujang memegang pintu mobil sebagai perisai.

​"Ayo kita cari jalan keluar dari kota gila ini," kata Ray.

1
FANS No 1
💪🔥🔥
Ray void
selamat membaca😁😁🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!