Rachel, mendapatkan kiriman undangan kekasihnya dengan wanita lain. Saat ingin meminta penjelasan, sang kekasih malah sedang berselingkuh. Patah hati, dia memilih pergi ke klub malam. Namun seorang pria yang dia kenal, adalah mantan kekasih wanita lain itu datang padanya. Memberinya tawaran yang mengejutkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 4
"Gak ada ya gak ada! Tuh telinga apa pajangan sih? Aku bilang Rachel gak ada di sini, udah sana! Kamu itu juga gak punya otakk ya Ravi? Kamu mikir dong! Kamu itu pacarnya Rachel, kenapa malah nikah sama Hani? Angga jadi patah hati kan?" sungut Amelia pada Ravi.
Amelia adalah ibu kandungnya nya Angga, tapi dia bukan ibu kandungnya Rachel. Amelia tahu kalau Angga sudah lama suka pada Hani. Tapi dulu wanita paruh baya itu tidak menyetujui hal itu, malah cenderung bersikap kasar pada Hani.
Namun setelah Hani, menjadi seorang designer, lulus kuliah S2 dengan baik dan punya sebuah butik. Amelia mulai menyetujui dan mendukung Angga dekat dengan Hani. Meski semua juga sudah tahu kalau Sagara ada di balik semua kesuksesan Hani.
Amelia bahkan pernah mengatakan pada anaknya itu, kalau tidak apa-apa. Tikung saja, selama janur kuning belum melengkung. Tidak tahunya, malah dia juga menerima undangan itu, undangan pernikahan Hani dan Ravi.
Sedangkan Amelia juga tahu, kalau Ravi sudah bertahun-tahun menjalin hubungan dengan Rachel. Dan sudah di restui oleh Hery Richardson Adiwijaya juga, ayah Rachel. Tapi kenapa malah Ravi menikah dengan Hani, yang merupakan menantu idaman Amelia sekarang, karena memang kemana-mana pakai mobil sendiri dan barang-barang mewah.
"Aku minta maaf Tante, tapi semuanya terjadi begitu saja..."
"Halahhh, mana ada Ravi. Bullshit kalau kata Angga. Mana ada yang terjadi begitu saja, kamu itu satu setengah bulan yang lalu masih ke rumah ini kan? ngapelin Rachel, bawa martabak telor, sama apel murahan kesukaan Rachel itu kan? kenapa Rachel tugas ke luar negeri kamu malah bisa-bisanya selingkuh sama Hani?" tanya Amelia lagi.
Ravi menundukkan kepalanya, dia sebenarnya sangat malu. Tapi semua terjadi begitu saja, dan saat ini Hani sedang hamil anaknya. Lalu dia harus bagaimana? Kalau masalah cinta, Ravi tentu saja masih sangat mencintai Rachel, wanita yang bahkan tidak pernah dia sentuh meski sudah menjalin hubungan selama 4 tahun.
Rasa cinta dan kagum pada wanita yang mandiri, jujur dan pekerja keras. Yang membuatnya bangga menjadi kekasihnya. Tapi kenyataan Hani hamil anaknya, tidak bisa dia pungkiri. Dan dia juga harus bertanggung jawab, bagaimanapun juga anak itu tidak bersalah.
"Aku minta maaf Tante, tapi tolong ijinkan aku masuk. Aku ingin bertemu dengan Rachel..."
Brakkk
Amelia malah menutup pintu, dan berteriak dari dalam rumah.
"Rachel gak ada di rumah, dia berantem sama Angga. Dia bawa kopernya pergi, sana pergi. Dasar pria tukang selingkuh"
Teriak Amelia dari dalam rumah, dan selanjutnya tidak ada suara lagi yang terdengar oleh Ravi yang masih berada di luar rumah Hery Richardson Adiwijaya.
Ravi mengusap wajahnya kasar, sesungguhnya dia sangat khawatir pada Rachel. Apalagi tadi dia dengar, Rachel habis bertengkar dengan Angga.
Tapi Ravi juga bingung mau cari kemana. Setahu dirinya, ruang lingkup kehidupan Rachel itu ya hanya apartemen mereka, rumah ayahnya, dan perusahaan tempat dia bekerja.
Rachel tidak punya banyak teman, dan temannya hanya Hani. Dan tak mungkin Rachel ke apartemen Hani.
"Aku harus cari kamu dimana, Chel?" tanya Ravi bergumam sendirian.
Hari semakin larut, Rachel masih berjalan sambil menarik kopernya entah mau kemana. Tadinya tujuannya adalah pergi ke salah satu hotel dekat tempat kerjanya, tapi niat itu dia urungkan karena sudah ada yang tahu keberadaannya. Dia adalah Sagara. Karena tadi dia sempat mengatakan tujuannya pada Sagara.
Dan setelah makan tadi, Sagara bersikeras mengantarkannya. Rachel yang butuh tempat untuk sendiri, dan ruang untuk sendiri tidak mau di ganggu oleh Sagara. Apalagi pria itu selalu saja mengatakan hal-hal tentang Hani dan Ravi. Kepala Rachel rasanya mau pecah mendengarnya.
Sementara dia hanya butuh sendiri, menangis sepuas hatinya, mencurahkan semua isi hatinya yang begitu pilu, sakit dan tersayat-sayatt.
Tapi jalanan malam dekat tempat hiburan itu sangat sepi. Daerah itu adalah kawasan tempat hiburan, klub malam dan diskotikk banyak sekali ada di tempat itu. Tapi hanya ada mobil hilir mudik saja, jarang ada pejalan kaki yang lewat.
Seperti menegaskan kalau yang datang ke tempat itu adalah orang jauh. Bukan penduduk yang tinggal tak jauh dari pemukiman itu.
Rachel menghentikan langkahnya dan mendongak ke arah langit. Gelap dan tak ada bintang satu pun.
"Bahkan langit pun mendung" gumamnya pelan.
Tapi yang namanya malang, tidak ada yang tahu juga.
Brakkk
Ngueeeng
"Aduh" pekik Rachel yang kemudian terjatuh ke lantai paping yang ada di pinggir jalan.
Dan kopernya sudah di bawa pergi oleh dua pesepedamotor yang melaju sangat kencang meninggalkannya setelah menarik kopernya dan mendorongnya sampai jatuh.
Rachel berdiri dengan kesal dan memandang ke arah dua pencuri yang sudah tak tampak lagi oleh pandangannya itu.
"Aghkkkk" Teriaknya kesal.
Air matanya kembali mengalir, tapi dia tidak berteriak meminta bantuan.
"Kenapa harus di jambret di sini hah?" tanya nya sambil berteriak.
Padahal orang yang mencuri kopernya juga sudah tidak terlihat.
Dan Rachel juga tidak meminta bantuan, pada siapapun. Tidak berteriak maling juga, tapi malah mengoceh sambil berteriak tanpa henti.
"Woiii, kenapa di jambret sekarang? Kenapa tidak tadi di depan bandara? Hah?"
Rachel menjeda omelannya karena harus menarik nafas dalam-dalam untuk melanjutkan emosinya.
"Atau di depan restoran tadi. Aku sudah capek membawanya dari depan restoran. Dasar perampok menyebalkan. Hah, kenapa semua pria menyebalkan..."
Rachel menjeda ucapannya dan mengulurkan tangannya ke depan. Memeriksa apakah air yang terasa menetes di kepalanya itu air hujan, atau kesialannya hari ini lebih lengkap lagi dengan burung lewat yang memberinya hadiah juga berupa kotorannya.
Tapi setelah memeriksa, ternyata itu air hujan. Bahu Rachel terlihat naik turun seperti mengela nafas lega.
"Setidaknya bukan kotoran burung" katanya pelan.
Rachel menoleh ke arah dan kiri. Dia bukan mau mencari taksi. Tapi Rachel sedang berusaha mencari tempat hiburan mana yang kira-kira bisa dia datangi. Karena memang dia belum pernah pergi ke tempat seperti itu sebelumnya.
"Nah, yang itu saja. Banyak mobil yang parkir, setidaknya minuman di sana tidak mungkin minuman oplosaann kan" ucapnya yang langsung melangkah pergi ke sebuah klub malam yang terlihat ramai karena banyak mobil terparkir di depannya.
Dan ternyata, semua yang di lakukan oleh Rachel tadi tak luput dari pengawasan seorang pria yang sedang mengawasinya dan mengikutinya memang.
Sagara, pria itu khawatir pada Rachel. Karena dia juga merasakan perasaan hancur yang sama. Sayangnya Rachel tidak mau di antar. Tapi Sagara masih sangat khawatir dan dia mengikuti Rachel.
Sejak tadi, Sagara terus geleng-geleng kepala dan mengernyitkan kening beberapa kali melihat tingkah Rachel.
"Di rampok bukannya meminta bantuan orang dan berteriak maling, malah mengomel dan marah kenapa tidak sejak tadi di rampoknya. Jangan-jangan gara-gara patah hati, dia jadi tidak waras. Kasihan sekali dia!" gumam Sagara yang kembali mengemudikan mobilnya menuju klub malam yang di datangi Rachel.
***
Bersambung...