Nikah Kontrak Jadi Cinta

Nikah Kontrak Jadi Cinta

BAB. 1

Tak tak tak

Suara langkah kaki dari wanita yang menghina high heels merah, dengan jaket senada dengan warna sepatu itu terdengar begitu cepat.

Sebuah undangan di tangannya, ada yang mengirimkannya. Undangan pernikahan kekasihnya dengan wanita lain.

Wanita cantik dengan bentuk tubuh semampai bak Kim Kardashian versi mungil itu bernama Rachel Richardson. Usianya 25 tahun, dia seorang designer. Dan dia baru saja kembali dari Prancis untuk menghadiri acara design di sana. Bukan hanya dari Prancis, dia bahkan baru tour keliling Eropa. Tapi sayangnya tour yang seharusnya berlangsung selama 2 bulan itu harus dia hentikan. Dan langsung kembali ke negara ini karena dia menerima sebuah undangan yang membuatnya sangat terkejut.

Seseorang mengirimkan padanya sebuah undangan yang ingin sekali dia hancurkan menjadi berkeping-keping.

Dengan langkah gontai dan mata sembab, Rachel ingin meminta penjelasan dari sang kekasih atas apa yang tertera di undangan yang akan di langsungkan esok hari itu.

Langkahnya yang terburu-buru itu terhenti ketika dia sampai di depan sebuah unit apartemen yang terakhir kali dia datangi adalah satu setengah bulan sebelum dia berangkat ke Italia.

Rachel menghela nafas sangat panjang. Dia menarik nafas dalam-dalam, tak ada apapun di pikirannya, hanya ingin menanyakan apakah undangan di tangannya itu benar adanya atau hanya ulah orang iseng saja yang memang kerap kali menginginkan hubungannya dengan sang kekasih bernama Raviansyah berakhir.

Jemarinya yang lentik menekan angka dengan kombinasi yang dia sudah hafal di luar kepala sejak 4 tahun yang lalu itu. Dan ketika dia menekan tombol enter, lampu indikator di bawah tombol itu berubah hijau dan pintu itu terbuka.

Dengan cepat Rachel membuka pintu itu. Tapi dia tidak menemukan Ravi di sana. Matanya mengedar ke seluruh ruangan, hingga dia mendengar suara seorang wanita yang berteriak, bukan... lebih tepatnya memekikkan suara yang sangat tidak nyaman ketika di dengar.

"Aghkkkk... Aghkkkk"

Undangan di tangan Rachel terjatuh begitu saja, tangan wanita cantik itu gemetaran. Karena selama ini kekasihnya tidak pernah membawa perempuan lain ke apartemen ini.

Apartemen ini adalah miliknya dah kekasihnya, mereka beli berdua. Rasanya sangat tidak percaya, ada wanita lain di sini.

Rachel yang berusaha berpikir kalau dia salah dengar, dan itu suara televisi di dalam kamar kekasihnya. Masih terus melangkah .

'Itu pasti suara televisi, iya.. itu pasti suara televisi' batin Rachel berusaha menguatkan dirinya sendiri.

Kekasihnya memang kerap kali mengajaknya menonton film seperti itu. Tapi Rachel selalu menolak karena selain tidak ada gunanya, Rachel pikir itu malah akan menimbulkan keinginan untuk melakukan hubungan yang tidak boleh sebelum menikah.

Langkah Rachel semakin lambat, ketika dia mendengar suara Ravi.

"Mengerangglah lebih keras lagi sayang, suaramu terdengar begitu seksii"

Mata Rachel terbelalak dan menutup mulutnya sendiri. Itu jelas suara Ravi. Air matanya lolos begitu saja, rasanya tak berani melihat apa yang terjadi di dalam kamar. Tapi dia harus memastikannya, dia harus mengetahui keberadaannya.

Brakkk

Rachel mendorong pintu kamar yang tidak terkunci itu. Dan air matanya mengalir deras melihat apa yang ada di depan matanya.

Ravi kekasihnya, sedang berada di atas tubuh seorang wanita yang juga dia kenal. Wanita itu dan Ravi tidak mengenakan sehelai benangpun. Kepala wanita itu sudah berada di ujung tepi tempat tidur, sambil mendongak wanita melihat ke arah Rachel dengan senyuman yang Rachel tidak mengerti.

"Agkhhh, mas kenapa berhenti? lanjutkan mas, kamu sangat kuat dan perkasa" kata wanita itu dengan tidak tahu malunya berkata seperti itu padahal Rachel ada di sana.

Saat Ravi ingin beranjak dari tubuh wanita bernama Hani itu. Tangan Ravi di pegang kuat oleh Hani.

"Mas, jangan pergi. Kamu tidak pakai baju loh" kata Hani yang pada akhirnya membuat Ravi tersadar kalau dia tidak bisa menghampiri Rachel dalam keadaan seperti itu.

Hancur sudah hati Rachel, dengan begitu mudahnya pria yang sudah menjalin kasih dengannya selama empat tahun mengatakan secara tidak langsung jika hubungan mereka sudah berakhir, saat berada di atas tubuh seorang wanita yang merupakan sahabatnya sendiri.

Rachel tidak mau jadi penonton momen menjijikan itu. Ternyata benar, undangan itu benar. Rachel berlari keluar dari kamar itu dan dari apartemen itu.

Dia merasa begitu bodoh. Sampai di sebuah gang kecil dia berjongkok dan menangis. Dia bekerja keras, demi pria yang dia cintai itu. Demi masa depan mereka. Dia ingin mencapai karir yang bagus supaya kehidupannya dan Ravi menjadi baik di masa depan.

Rachel berjongkok meluapkan semua emosinya, amarahnya, rasa kecewanya. Segalanya. Bagaimana bisa, semua ini terjadi di saat dia merasa kalau Ravi adalah pria yang tepat untuknya.

Kisah cinta mereka selama empat tahun musnah dan hancur begitu saja. Hanya karena dia meninggalkan kekasihnya selama satu setengah bulan, dan itu untuk masa depan mereka.

Tangisan itu pecah, seiring dengan kebisingan jalan raya yang memang sedang ramai saat siang hari.

"Teganya kamu mas, teganya kamu..." lirih Rachel di sela isak tangisnya.

Rachel hanya bisa menunduk, karena hatinya yang hancur, kekuatannya untuk menatap dunia rasanya juga sudah hilang.

"Mbak, ya ampun. Saya cari kemana-mana. Itu tasnya masih di mobil taksi saya!" Kata seseorang yang membuat Rachel pada akhirnya harus menyeka air matanya.

Rasanya dia benar-benar sesak dan ingin berteriak. Bahkan untuk menangis saja dia tidak punya ruang dan waktu.

Rachel langsung berdiri, sambil menyeka air matanya yang membasahi wajahnya dengan tangannya.

"Maaf pak, tolong antarkan saja ke jalan Mangga" kata Rachel yang pada akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya saja.

Sepanjang perjalanan, di dalam taksi Rachel berusaha untuk tidak menangis. Tapi bahkan air matanya terus mengalir begitu saja tanpa dia bisa kendalikan.

Apa yang dia lihat di apartemen Ravi tadi begitu menyakiti hatinya, perasaannya hancur, cintanya di khianati dan tanpa dia tahu apapun, karena Ravi masih terus menghubunginya sampai kemarin.

Rachel benar-benar merasa seperti orang bodoh. Sangat bodoh. Dan saat dia memikirkan hal itu air mata kembali menetes di wajahnya.

"Sudah sampai mbak" kata supir taksi.

Rachel kembali menyeka air matanya, dia turun dari mobil dan membayar taksi itu.

Wanita itu menghela nafas melihat rumah yang selama ini dia berada di dalamnya hanya karena sang ayah dan adik laki-lakinya Sony yang masih SMA. Sejak ibunya meninggal, Ayahnya menikah lagi dengan bibinya sendiri, adik ibunya karena amanat sang ibu dan membawa seorang anak laki-laki yang usianya hanya beda 2 tahun lebih tua dari Rachel.

Begitu dia membunyikan bel, seseorang terlihat membuka pintu dan langsung melemparkan surat undangan yang sama pada Rachel.

"Makanya kalau punya pacar di jaga, lihat apa yang sudah pacarmu lakukan pada wanita yang aku suka!" Pekik Angga, kakak tiri Rachel yang membuat Rachel ingin sekali melemparkan koper yang dia bawa ke wajah Angga.

***

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!