NovelToon NovelToon
Ketika Dunia Kita Berbeda

Ketika Dunia Kita Berbeda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:503
Nilai: 5
Nama Author: nangka123

Pertemuan Andre dan fanda terjadi tanpa di rencanakan,dia hati yang berbeda dunia perlahan saling mendekat.tapi semakin dekat, semakin banyak hal yang harus mereka hadapi.perbedaan, restu orang tua,dan rasa takut kehilangan.mampukah Andre dan fanda melewati ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nangka123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17:Hari paling bahagia

Seluruh keluarga sudah memasuki kamar masing-masing. Ibu Andre dan dan adiknya berada di kamar tamu, sedangkan Andre kini sekamar dengan Fanda.

Di dalam kamar, suasana terasa hangat sekaligus canggung. Fanda duduk di tepi ranjang, jemarinya meremas selendang tipis yang masih melingkar di bahunya. Hatinya berdebar, mengingat kembali semua kenangan yang pernah mereka lewati bersama.

Perlahan Andre melangkah mendekat. Ia duduk di samping Fanda, menatap wajah istrinya itu dalam-dalam lalu tersenyum hangat.

“Sayang… mulai malam ini kamu resmi jadi pendamping hidupku. Aku janji bakal jaga kamu, dalam keadaan apa pun,” ucapnya lembut.

Mata Fanda mulai berkaca-kaca. Ia mengangkat wajahnya dan tersenyum pelan.

“Aku juga janji, Mas… aku akan selalu ada di sampingmu, baik suka maupun duka.”

Andre mengecup dahi fanda dengan penuh kasih sayang. Beberapa detik kemudian Keheningan memenuhi kamar. Hanya ada suara napas mereka berdua yang terdengar.

Perlahan, Andre menyentuh pipi Fanda. Sentuhan itu terasa hangat dan menenangkan, seolah semua jarak di antara mereka menghilang.

Tatapan mata mereka bertemu, dan tanpa kata keduanya saling mendekat.

Ciuman lembut pun terjadi, penuh rasa dan perasaan yang selama ini terpendam.

Beberapa saat kemudian, Andre menatapnya dalam diam.

“Mulai sekarang... aku janji akan selalu menjagamu,” bisiknya lirih.

Fanda tersenyum, air matanya menetes pelan.

“Aku percaya... karena hatiku sudah jadi milikmu,” jawabnya tulus.

Malam itu menjadi saksi janji cinta mereka berdua,hanya dua hati yang akhirnya menemukan rumahnya.

Keesokan paginya, cahaya matahari menembus tirai tipis kamar,  Fanda terbangun perlahan, dan mendapati Andre sudah menatapnya sambil tersenyum lembut dari sisi ranjang.

“Pagi, Sayang…” ucap Andre pelan.

Fanda langsung menutupi wajahnya dengan selimut, pipinya memerah.

“Mas… jangan lihat aku terus, aku jadi malu…”

Andre terkekeh kecil, menarik selimutnya perlahan.

“Kenapa harus malu? Sekarang kamu istriku, kan?”

Fanda menunduk, tersenyum malu. Ada rasa canggung, tapi juga kebahagiaan yang sulit dijelaskan.

“Mas…” bisiknya lirih, “aku bersyukur banget, semua ini nyata.”

Andre mengangguk, lalu menggenggam tangan Fanda dengan lembut.

“Aku juga, Sayang. Mulai sekarang kita jalani semuanya berdua. Aku janji nggak akan pergi ke mana pun.”

Mereka saling menatap, dan dalam tatapan itu tersimpan janji yang lebih dalam.

Tepat ketika mereka masih menikmati suasana pagi, terdengar ketukan lembut di pintu kamar.

“Fanda, Andre… ayo sarapan dulu, sudah ditunggu di meja,” suara lembut Bu Rita,ibunya Fanda, terdengar dari luar.

Fanda langsung panik dan menegakkan tubuhnya.

“Aduh, Mas… gimana ini? Ibu pasti tahu kita bangun kesiangan.”

Andre tertawa kecil, mencoba menenangkan istrinya.

“Ya wajar lah, namanya juga pengantin baru,” katanya sambil tersenyum jahil.

Fanda memukul pelan lengan suaminya. “Mas jangan ngomong gitu ah, malu tau!”

Beberapa menit kemudian mereka turun ke ruang makan. Ibunya Andre dan Rani sudah duduk di meja, sementara Bu Rita sibuk menuangkan teh untuk semua orang.

Begitu melihat keduanya datang, Rani langsung menyeringai lebar.

“Wah, akhirnya pengantin baru muncul juga! Lama banget tidurnya, ya,” candanya.

Fanda langsung salah tingkah, wajahnya memerah, sementara Andre cuma tersenyum.

“Namanya juga pengantin baru, dek…”

sahut Pak Hendra, ayah Fanda, sambil tertawa kecil.

Tawa pun pecah di meja makan. Suasana yang awalnya canggung berubah jadi hangat dan penuh kebersamaan. Sarapan sederhana pagi itu terasa istimewa, karena untuk pertama kalinya mereka menikmatinya sebagai keluarga besar yang kini benar-benar resmi bersatu.

Setelah makan, mereka berbincang ringan.

“Pak Hendra, Bu rita, saya berterima kasih sekali sudah mengizinkan saya dan Rani tinggal di sini. Tapi rencananya, saya dan Rani mau pulang hari ini.”

Bu rita langsung menimpali.

“Tidak perlu sungkan, Bu. Sekarang kita sudah keluarga, jadi tak apa kalau mau tinggal lebih lama.”

Andre ikut bicara,

“Ibu udah mau pulang?”

“Iya, Nak. Rani sudah harus masuk sekolah besok. Surat izinnya cuma tiga hari,” jawab ibunya lembut.

Andre mengangguk pelan. Pak Hendra lalu menambahkan

“Kami juga rencananya akan berangkat besok. Kantor di Eropa sudah terlalu lama ditinggalkan, jadi Ayah harus segera kembali.”

Fanda terlihat sedih.

“Kok cepat banget, Yah, Ibu juga?”

“Kalau ditunda, pekerjaan Ayah bisa terbengkalai. Kalian mau tinggal di rumah ini atau di apartemenmu, Fan?”

Fanda menatap Andre, lalu menjawab pelan.

“Di apartemen aja, Yah. Rumah ini terlalu besar untuk kita berdua.”

Pak Hendra mengangguk maklum.

“Oh ya, sudah. Kalian belum kepikiran mau bulan madu ke mana?”

Fanda tersenyum kecil.

“Belum, Yah. Di kantor lagi banyak kerjaan. Tadi Indah telepon, katanya ada beberapa dokumen penting yang harus aku tandatangani.”

Mereka semua tertawa kecil, lalu percakapan berlanjut ringan.

Beberapa jam kemudian...

Sebelum kembali ke kampung, Fanda mengajak Mertua dan adik iparnya pergi ke pusat perbelanjaan. Di sana, mereka membeli beberapa barang keperluan dan oleh-oleh.

Namun saat melihat harga-harga yang cukup tinggi, Mertuanya itu terlihat canggung.

“Mahal sekali, Nak… kita keluar saja, Ibu jadi takut lihat harga-harga di sini.”

Fanda langsung tersenyum, menenangkan.

“Nggak apa-apa, Bu. Nanti biar Fanda yang bayar. Sekarang kita kan sudah keluarga. Uangku, uang Mas Andre juga.”

Mertuanya menatapnya haru.

“Ibu jadi nggak enak sama kamu, Nak.”

Fanda hanya tersenyum lembut.

“Tidak usah merasa sungkan, Bu. Ibu sudah seperti ibu sendiri bagi Fanda.”

Mereka pun tertawa bersama, menikmati waktu singkat itu dengan penuh kebahagiaan. Setelah selesai, mereka pulang ke rumah dan menyiapkan barang-barang untuk keberangkatan

Waktu keberangkatan akhirnya tiba. Andre dan Fanda mengantar ibu dan adiknya sampai ke bandara.

Setibanya di terminal keberangkatan, Andre membantu menurunkan koper dari bagasi.

“Bahagia terus ya, Nak. Jangan biarkan masalah kecil merusak rumah tangga kalian,” pesan ibu Andre, menatap mereka berdua dengan mata berkaca.

Fanda ikut menangis.

“Iya, Bu… terima kasih sudah merestui kami.”

Andre memeluk ibunya erat, menunduk menahan air mata.

“Doakan aku, Bu. Aku ingin jadi suami yang baik.”

Ibu menepuk punggungnya lembut.

“Ibu selalu doakan kamu, Nak.”

Rani melambaikan tangan sebelum masuk ke ruang keberangkatan.

“Mas, Mbak Fanda! Jangan lupa video call, ya! Aku bakal kangen kalian!”

Mereka berdua berdiri berdampingan, melambaikan tangan sampai bayangan ibu dan adiknya menghilang di balik pintu bandara.

Andre menatap istrinya, tersenyum tipis meski matanya masih merah.

“Ayo, Sayang… kita pulang.”

Fanda mengangguk. Mereka berjalan berdampingan menuju parkiran, menyongsong hari-hari baru sebagai pasangan suami istri yang sah.

1
Nurqaireen Zayani
Menarik perhatian.
nangka123: trimakasih 🙏
total 1 replies
pine
Jangan berhenti menulis, thor! Suka banget sama style kamu!
nangka123: siap kak🙏
total 1 replies
Rena Ryuuguu
Ceritanya sangat menghibur, thor. Ayo terus berkarya!
nangka123: siap kakk,,🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!