Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Pagi itu Arion terbangun di ranjangnya, namun tidak sendiri, tapi dengan Wanita yang semalam ia temukan di bar.
SARAH (19, mahasiswi Arsitektur, berambut gelap, energik, dan dikenal suka bersenang-senang), terlelap pulas di sampingnya tanpa pakaian, Arion menatap wajahnya yang damai, tanpa emosi khusus, Ini hanyalah salah satu cara ia mengisi kekosongan cara ia menegaskan kekuasaannya.
Ia bangkit perlahan tubuhnya yang atletis bergerak mulus di bawah selimut tipis. Sarah menggeliat, tangannya secara refleks meraih ke arah Arion, namun Arion sudah melangkah menjauh.
Ia membuat kopi, mencoba memfokuskan pikirannya. Pertemuan dengan Luna di taman kampus kembali terlintas Lalu kilasan ciuman Violet yang menuntut, Konflik-konflik ini mengikis ketenangannya, meninggalkan rasa ganjal yang tak biasa.
Kenzie datang tak lama kemudian, tatapannya menyiratkan kekhawatiran.
"Dion kau ada di mana tadi malam? Aku mencarimu"
Arion hanya mengangkat bahu. "Mengurus hal-hal" Ia tidak perlu menjelaskan, Kenzie sudah pasti tahu.
"Ada masalah baru" kata Kenzie serius memecah keheningan pagi "Ada lagi yang mati"
Mata Arion menyipit, Ada rasa dingin yang menjalar di tulang punggungnya.
"Siapa?"
"ADAM (19 mahasiswa Sastra, anggota geng Serigala Hitam, dikenal pendiam dan suka menulis puisi)"
"Dia ditemukan tewas di belakang perpustakaan tadi pagi, Punggungnya ditikam berkali-kali, ini bukan perkelahian biasa, Ini pembunuhan yang disengaja" Kenzie berhenti, meneguk ludah.
"Polisi kembali turun tangan, Kali ini mereka serius, Ada Dekan dan Rektor juga yang terlihat panik, mencoba meredam berita ini"
Arion merasakan sentakan di perutnya, Adam adalah anggota Serigala Hitam yang tidak terlalu terlibat dalam perkelahian, lebih dikenal sebagai pengamat, Mengapa dia?
"Rex sudah tahu?"
"Sudah, Dia seperti banteng gila sekarang, Dia merasa yakin kita pelakunya" Kenzie menatap Arion dengan cemas
"Ini akan jadi neraka"
Arion terdiam, Kematian pertama bisa jadi kecelakaan, Kematian kedua adalah pola.
"Neraka memang sudah dimulai" gumam Arion.
Arion memutuskan untuk pergi ke lokasi kejadian untuk mencari tahu sendiri, Ia menyelinap di antara kerumunan mahasiswa dan garis polisi yang mengelilingi area belakang perpustakaan.
Aroma parfum bercampur bau tanah basah dan samar-samar bau besi dan darah.
Dari kejauhan ia melihat Rex berdiri, wajahnya merah padam, tinjunya terkepal, Mata Rex yang penuh kebencian bertemu dengan mata Arion.
Tatapan itu bukan hanya berisi kemarahan, tapi juga rasa sakit yang mendalam dan ancaman pembunuhan, Rex mengangkat jari tengahnya ke arah Arion, mengabaikan polisi yang ada di sana.
Arion mengabaikan Rex, Pandangannya mencari Luna, Ia menemukannya di dekat pepohonan, sedikit menjauh dari kerumunan dengan buku sketsanya.
Luna tidak menggambar kejadian saat ini melainkan menatap kosong ke arah perpustakaan, Ada kesedihan yang mendalam di matanya, kerutan halus muncul di dahinya yang jernih.
Arion menghampiri Luna, Ada dorongan kuat dalam dirinya untuk mendekat, untuk berbicara dengannya.
"Kau baik-baik saja?" tanyanya suaranya secara otomatis merendah.
Luna menatapnya, matanya yang gelap dan dalam memandang Arion
"Tidak ada yang baik-baik saja di sini" Suaranya rendah, serak, namun jelas.
"Dia,, dia sering duduk di sana, menulis, Dia adalah orang yang baik, Dia tidak pantas mati seperti itu" Luna menunjuk ke arah belakang perpustakaan, jari telunjuknya gemetar.
"Kau mengenalnya?" Arion bertanya, terkejut dengan kedekatan Luna pada Adam.
Luna mengangguk perlahan "Tidak dekat, Tapi aku sering melihatnya, Dia suka menulis tentang penderitaan, Mungkin dia tahu sesuatu, Sesuatu yang orang lain ingin tutupi"
"Tahu tentang apa?" Arion bertanya, intuisinya berteriak, Kematian Adam jelas bukan kebetulan.
Luna menggeleng, matanya masih menatap kosong ke kejauhan.
"Aku tidak tahu, Tapi aku merasa ada sesuatu yang jauh lebih gelap di balik semua ini, Bukan hanya perkelahian geng, ini intrik yang membusuk dari dalam."
Arion merasakan sentakan lain dari Kata-kata Luna membenarkan intuisinya sendiri, Ia menatap Luna, dan untuk pertama kalinya, ia melihat lebih dari sekadar wanita misterius, Ia melihat seorang sekutu, Seseorang yang memiliki kepekaan dan pemahaman yang sama dengannya, tetapi dengan cara yang jauh lebih murni.
"Aku akan mencari tahu" Arion berjanji, nada suaranya berubah serius, mengandung janji yang jarang ia berikan.
Luna menatapnya dan untuk pertama kalinya, ada secercah harapan di matanya yang memudar, Sebuah tatapan yang mengusik sesuatu di dalam diri Arion.
"Hati-hati Arion, Orang yang melakukan ini, dia bukan hanya kejam, Dia licik, Dan dia ada di antara kita"
Arion berjanji, hatinya seakan luluh pada Luna, seperti orang yang sedang jatuh cinta tapi rasa nya bukan juga.
......................
Arion dan Kenzie mulai menyelidiki secara informal, Mereka berbicara dengan beberapa anggota Garuda, mencari informasi tentang Adam, namun nihil, Tidak ada yang tahu apa-apa tentang Adam atau siapa yang mungkin membunuhnya, kecuali reputasinya sebagai seorang penyendiri.
Kenzie menemukan sesuatu yang menarik.
"Beberapa hari sebelum kematian Adam, dia terlihat sangat panik, Dia sempat mendatangi seseorang dari fakultas Sastra, Dia sempat berbisik tentang adanya Dokumen itu"
"Sastra?" Arion teringat pada Serena, pemimpin Ular Hijau, yang juga dari Sastra. Dan Violet, mantan kekasihnya juga dari Psikologi, yang memiliki banyak koneksi di berbagai fakultas.
"Aku akan mengurus ini" kata Arion.
"Dion kau mau menemui siapa?" Kenzie curiga.
Arion hanya tersenyum tipis, sebuah seringai yang tidak sampai ke matanya.
"Mantan kekasihku Violet, Dia punya mata dan telinga di mana-mana, Dan dia pasti akan senang melihatku lagi"
Kenzie menghela napas, sebuah pertanda ia tahu persis apa yang akan terjadi,
"Kau tahu ini akan jadi masalah"
Arion tak menjawab, Kali ini ia mengabaikan nama Luna yang baru saja ia perjuangkan, Godaan dari Violet terlalu kuat, terlalu akrab, Ia perlu informasi, dan Violet adalah jalannya.
Arion pergi menemui Violet, Ia tahu Violet sering menghabiskan waktu di studio musik kampus, tempat ia suka melampiaskan emosinya dan benar saja Ia menemukannya di sana, sedang memainkan piano dengan penuh gairah, nadanya kelam dan emosional, mencerminkan gejolak dalam dirinya.
Violet berhenti bermain saat merasakan kehadiran Arion, Ia menoleh, matanya berkilat gembira dan penuh kemenangan.
"Oh Arion, Akhirnya kau datang juga, Aku tahu kau tidak akan bisa menolakku terlalu lama" Ada senyum puas di bibirnya.
Violet bangkit dari bangku piano, berjalan ke arah Arion dengan gerakan yang anggun namun penuh perhitungan. Ia langsung melingkarkan tangannya di leher Arion, mendekatkan wajahnya hingga Arion bisa merasakan napasnya yang hangat
"Apakah kau merindukan sentuhanku? Seperti aku merindukanmu? Kita tahu bagaimana rasanya saat kita bersama bukan?" Bisiknya, suaranya serak dan menggoda.
Arion membiarkannya, Ini adalah tarian yang ia kenal baik, sebuah permainan kekuasaan di mana ia sering kali menjadi dalang, namun kali ini, ia merasa sedikit terseret.
"Aku butuh informasi Violet, Tentang Adam Dan Dokumen itu"
Violet tertawa sinis, nada suaranya penuh tantangan.
"Kau ingin informasi? Harga informasiku mahal Arion, Sangat mahal Dan kau tahu apa yang aku inginkan."
Violet mulai menciumi leher Arion, bibirnya menuruni jakun Arion, meninggalkan jejak panas, Tangannya masuk ke dalam kemeja Arion, membelai dada bidangnya yang berotot, Jari-jarinya menari-nari di kulit Arion, memancing reaksi yang ia tahu Arion tak bisa tolak.
"Katakan padaku Arion, Apa yang kau inginkan? Dan apa yang akan kau berikan padaku sebagai gantinya?" Matanya menantang penuh dengan janji dan bahaya.
Arion merasakan tubuhnya merespons, sebuah reaksi naluriah yang sulit ia kendalikan, Hasrat lama yang familiar kembali membakar, dan membanjiri otaknya.
Namun di sudut pikirannya yang paling jauh, ada bayangan Luna melintas, Bayangan tatapan Luna yang tenang namun penuh kekecewaan, dan sentuhan Arion di tangan Luna beberapa jam yang lalu, Rasa bersalah mulai menggerogoti.
Ia mendorong Violet dengan lembut, namun tegas "Bukan itu yang aku maksud."
Violet mendesah kecewa, bibirnya mengerucut "Sayang sekali Kau sudah berubah Arion, Dulu kau tidak akan menolak sedetik pun."
"Aku tidak menolak aku hanya menundanya." Arion menyunggingkan senyum memikatnya mencoba menguasai kembali situasi.
"Tapi sekarang informasinya dulu, Siapa Adam? Apa yang dia cari?"
Violet menatapnya tajam, mencoba membaca wajah Arion.
"Adam dia adalah pecundang yang terlalu banyak tahu, Dia sempat bergosip dengan beberapa mahasiswi Sastra tentang adanya klub rahasia di kampus, Klub yang hanya diisi oleh petinggi-petinggi, Dan mereka punya banyak rahasia kotor termasuk tentang proyek pembangunan yang baru."
"Klub rahasia?" Arion mengernyit "Apa hubungannya dengan Adam?"
"Aku tidak tahu detailnya, Tapi dia terlihat panik setelah menguping pembicaraan mereka, Dia bilang dia punya bukti yang bisa menghancurkan reputasi beberapa dosen dan Dekan, Dan dia berencana menuliskannya dalam puisinya."
"Puisinya?"
Violet mengangguk "Ya Dia seorang penyair, Mungkin itu caranya untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak bisa ia katakan secara langsung tanpa membahayakan dirinya sendiri"
Arion mencerna informasi itu, Klub rahasia, Bukti, Puisi, Ini jauh lebih besar dari perkelahian geng, Ini tentang kehancuran reputasi, kekuasaan, dan mungkin, lebih banyak kematian.
Violet kembali mendekat, merangkul Arion erat, tubuhnya menempel erat pada Arion.
"Sekarang giliranmu, Kau sudah dapat informasinya Sekarang giliranmu untuk membayarnya"
Violet mencium Arion lagi, kali ini lebih menuntut lebih penuh gairah, mencoba menarik Arion sepenuhnya kembali ke pelukannya, Arion membalas ciuman itu, tangannya membalas pelukan Violet, membiarkan dirinya terseret dalam pusaran hasrat yang familiar, Konflik dalam dirinya membara namun sensasi fisik seringkali memenangkan pertarungan.
"Ini belum berakhir Arion" Violet berbisik di sela-sela ciuman mereka, suaranya penuh kemenangan
"Kita tidak pernah benar-benar berakhir, Aku tahu kau menginginkanku."
Arion merasakan konflik dalam dirinya, Sebagian dirinya ingin sepenuhnya menyerah pada Violet, pada kenikmatan yang familiar, Tapi sebagian lainnya yang baru, yang terusik oleh Luna, terasa nyeri dan bersalah.
"Aku akan kembali padamu Violet"
Arion berjanji, suaranya serak, Sebuah janji yang ia tahu mungkin hanya untuk menenangkan Violet, atau mungkin janji yang tak bisa ia tepati Nanti. Ia tahu ia harus pergi, Ia harus menemukan puisi-puisi Adam.