TERDAMPAR DI PONDOK JANDA PERAWAN

  Seorang pria setengah baya yang berumur sekitar 50 an datang mendekati ketiganya.

" ada apa ini, kenapa ribut ribut " ucap pria itu.

" ini tuan, mas ini mau menjual jam tangan dan cincin nya "

pria itu mengerutkan dahinya saat melihat jam tangan yang ada di atas etalase kaca.

pria itu mengambil jam tangan dan kemudian melihatnya lebih intens, sejenak pria itu menatap dio dan Pak Lurah secara bergantian kemudian melihat jam tangan dan cincin berlian itu kembali.

" Dari mana kamu mendapatkan barang-barang ini" kata pria setengah baya itu.

" itu semua milik pribadi saya" ucap Dio.

pria setengah baya itu menatap Intens pada dia dan merasa curiga karena barang-barang yang dibawa oleh Dio bukanlah barang barang murahan, barang itu memiliki harga yang fantastik.

" Apa kamu yakin, aku bisa melaporkanmu jika kamu berbohong"

akhirnya dio menjelaskan apa merk jam tangan itu dan dibelinya di mana Dengan harga berapa dan juga cincin berlian itu terdapat juga inisial namanya Dan Dia memesannya di pembuat perhiasan terkenal di Paris.

" berapa kamu jual " tanya pria itu.

" 500 juta untuk jam tangan itu, itu adalah separuh dari harga belinya, untuk cincinnya itu berlian asli aku taruh di harga satu miliar " .

mendengar itu karyawan dan pak lurah yang berdiri di sampingnya langsung terkejut dan menatap dio dengan tak percaya.

sedangkan si pemilik toko perhiasan itu nampak tak terkejut, karena ia tahu tentang berlian.

" Aku Ambil yang jam tanganya, tapi jangan lupa surat suratnya kirim ke sini "

" Dio mengangguk dan kemudian ia memasukkan cincin nya ke dalam saku celana.

" Apa benar cincin dan jam tanganmu itu seharga segitu nak fandi " tanya pak lurah.

" Harga sebenarnya 1,2 miliar pak lurah " semakin terkejut saja pak lurah.

" terus kalung yang di pakai hanifah itu..." ucap pak lurah.

Dio tersenyum tipis " harganya hampir 2 M " mata pak lurah kembali terbelalak.

" Sebenarnya siapa pria ini, kalau di lihat dari parasnya dan barang yang di miliki, dia pastinya bukan orang sembarangan " ujar pak lurah sambil menatap dio yang sedang menerima uang dari penjual emas itu, transaksi itu di lakukan di dalam ruangan pemilik toko emas itu.

setelah menerima uang itu Dio langsung mengajak pak lurah untuk membeli sebuah motor, dua ponsel dan pakaian untuk dirinya dan hanifah, dan juga membeli bahan bahan makanan, dan untuk pak lurah dio membelikan ponsel yang lebih bagus dari milik pak lurah sebelumnya.

" Jangan nak fandi ini sangat mahal" dio hanya tersenyum tipis, dan tetap memberikan ponsel itu ke pak lurah tanpa ada bantahan.

Akhirnya mereka kembali ke desa dengan menaiki motornya sendiri sendiri, perjalanan yang hampir di tempuh selama 3 jam itu akhirnya tiba di depan rumah pak lurah.

" pak ..saya titip sepedanya Hani, saya akan jemput hani di sekolah, ini sudah mau petang " ucap dio pada pak lurah dan berterima kasih telah mengantarkan dirinya ke kota.

pak lurah menatap kepergian dio dengan hati yang penuh pertanyaan, siapa pemuda itu sebenarnya.

Dio tadi sempat bercerita sedikit tentang dirinya, kenapa dia bisa sampai di desa ini dan ia juga ingin menyelidiki tentang siapa yang telah mencoba untuk membunuhnya.

" setelah ini bawalah hanifah pergi jauh dari desa ini " gumam pak lurah.

mawar yang melihat bapak nya masuk ke dalam dengan menentang tas berlogo toko ponsel langsung mendekati bapaknya.

" bapak beli ponsel baru ? " tanya mawar.

Pak lurah hanya menggeleng dan kembali meneruskan langkahnya nya.

" Bapak .." teriak mawar.

" Terus itu ponsel siapa? dan kemana hari ini bapak pergi dengan si suami wanita murahan itu " seru mawar.

" jaga mulutmu itu mawar, jangan suka mengolok olok hanifah seperti itu, kamu itu juga perempuan "

" terus saja belain dia, biar dia semakin keras kepala, dan semakin di atas angin" .

Pak lurah menghela nafasnya " kenapa kamu terus membenci hanifah, jodoh itu sudah ada yang mengatur mawar "

" kalau saja hanifah tidak merebut tunanganku, mas hafid saat ini akan masih hidup, mawar sama mas hafid akan hidup bahagia saat ini " seru mawar.

" sudahlah nak...semua sudah berlalu jangan memupuk kebencian, kamu akan sakit sendiri " ucap pak lurah dan kemudian berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Mawar menatap punggung ayahnya, tangannya mengepal erat.

" bapak selalu saja melindungi hanifah, di sini aku yang anakmu pak, aku yang terluka, aku yang tersakiti, hanifah sudah merebut calon suami mawar, dan membawanya pergi" gumam mawar.

" Aku tak akan membiarkan mu hidup bahagia, aku akan merebut suamimu, agar kamu tahu bagaimana rasa sakit ku saat itu " ucap mawar.

***

Hanifah terkejut saat melihat Dio menjemputnya dengan motor baru dan ada beberapa tas belanjaan yang terkait di motor itu .

" Mas ini motor siapa, mana sepeda hani?" tanya hanifah.

" Naiklah, nanti aku ceritakan di di rumah, ayo keburu malam " ucap Dio.

" Ayo ...." kata Dio lagi yang melihat hanifah masih berdiri di tempatnya.

Dio menarik tangan Hanifah dan menyuruh nya untuk duduk di kursi belakang motornya.

Dio segera menyalakan motornya dan melajukan dengan kecepatan sedang.

" gini kan gak capek han ...dan cepat sampai di rumah " ucap Dio sambil mencari tangan Hanifah di belakang dan setelah menemukan tangan hanifah dio segera menariknya dan meletakkan di pinggangnya.

"pengangan biar nggak jatuh, kalau sampai kamu lecet, bisa di bantai aku sama hantu mantan suamimu itu " ucap dio .

Hanifah langsung memukul punggung dio dengan tangan satunya.

Di perjalanan hanifah dan dio bersenda gurau dan sesekali terdengar tawa hanifah yang renyah saat dio menceritakan perjalanannya ke kota tadi.

mereka tak menyadari ada sosok putih yang mengikuti mereka dari belakang, sosok itu tersenyum tipis melihat kebahagiaan mereka.

terlihat matahari perlahan sudah menenggelamkan sinarnya, suasana sudah terlihat gelap, saat motor dio melewati pematang sawah yang di tanami pohon tebu yang sudah mulai tinggi, tiba-tiba ada beberapa orang pemuda yang keluar dari balik tanaman tebu dan menghadang mereka dengan membawa senjata tajam.

Dio menghentikan motornya, dan menyoroti para pemuda itu dengan lampu motornya, hari ini memang dio berpamitan ke kota dengan pak lurah, dan dio menyuruh hanifah menunggunya di sekolahan, dio tak menyangka perjalanan ke kota menghabiskan hampir tiga jam lebih saat berangkat begitu juga waktu balik.

" Ada apa mas..." ucap Hanifah pelan saat motor dio berhenti.

Hanifah melongok ke arah depan, dan hanifah langsung terkejut saat melihat ada empat orang pemuda yang salah satunya ia kenal dengan membawa clurit dan parang.

" Kang Abdul..." ucap Hanifah pelan.

.######