NovelToon NovelToon
Wifi Couple

Wifi Couple

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Auraliv

Albar tak bisa terpisahkan dengan Icha. Karena baginya, gadis itu adalah sumber wifinya.

"Di zaman modern ini, nggak ada manusia yang bisa hidup tanpa wifi. Jadi begitulah hubungan kita!" Albar.

"Gila ya lo! Pergi sana!" Icha.

Icha berusaha keras menghindar Albar yang tak pernah menyerah mengejar cintanya. Bagaimana kelanjutan cerita mereka?

*Update setiap hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auraliv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 - Saat Wifi Hilang

Hari itu, sesuatu terasa… aneh.

Biasanya, sejak turun dari angkot, Icha sudah siap menghela napas panjang karena tahu Albar akan muncul dari balik gerbang sekolah dengan senyuman menyebalkan dan lelucon wifi-nya yang basi. Tapi pagi ini, gerbang sepi. Tidak ada Albar. Tidak ada tulisan karton. Tidak ada teh manis dadakan.

Hening.

Icha sempat menoleh ke belakang, memastikan. Siapa tahu Albar telat. Tapi sampai ia masuk kelas dan duduk, tempat duduk di belakangnya tetap kosong.

“Tumben banget, ya?” gumam Dinda yang ikut memperhatikan bangku kosong itu.

Icha pura-pura tidak peduli. “Ya udah bagus dong. Akhirnya dia sadar juga kalau dia ganggu.”

Dinda menyipitkan mata. “Lo… gak senang banget kayaknya?”

Icha mengangkat bahu. “Lega sih. Gak ada yang ngikutin. Gak ada yang manggil-manggil gue ‘sumber wifi’. Bebas.”

Tapi entah kenapa, kata ‘bebas’ terasa hampa.

Istirahat pertama. Icha dan Dinda ke kantin seperti biasa, duduk di bangku pojok.

Dan lagi-lagi, sesuatu terasa… sepi.

Tak ada suara khas Albar yang biasanya teriak dari kejauhan. Tak ada teh manis nyasar di meja. Bahkan, tak ada mata yang memperhatikan diam-diam dari jauh.

Icha akhirnya bertanya, “Din, lo liat Albar gak?”

Dinda mengangkat alis. “Kata anak kelas sebelah, dia di belakang gedung tua. Sendirian. Katanya lagi main gitar bareng si Rio.”

“Main gitar?”

“Tumben ya… biasanya dia sibuk stalking lo.”

Icha diam. Tangannya memainkan sendok, membalik-balik nasi goreng tanpa benar-benar lapar.

Dinda menatapnya tajam. “Lo kangen?”

“Enggak!”

“Beneran?”

“…Enggak banget.”

Tapi suaranya terdengar lemah.

Sementara itu, di balik gedung tua, Albar duduk bersandar di tembok, memetik gitar pinjaman Rio. Lagu yang dia nyanyikan… mellow. Suara khasnya yang biasanya ceria kini terdengar dalam dan berat.

Rio duduk di samping, mengangguk-angguk pelan mengikuti irama.

“Bro, ini lagu lo sendiri?” tanya Rio.

“Hmm.”

“Galau banget. Biasanya lo nyanyi lagu-lagu aneh tentang sinyal dan modem.”

Albar tersenyum pahit. “Kayaknya sekarang gue putus koneksi, bro.”

“Bar…”

“Aku capek, Yo. Dua tahun ngejar cewek yang gak pernah kasih sinyal balik. Gue pikir selama ini cukup asal gue ada. Tapi ternyata enggak. Sekarang malah ada Rayan. Dia… sempurna.”

Rio menghela napas. “Jadi lo nyerah?”

“Gue cuma… mau kasih dia ruang. Kalau memang selama ini kehadiran gue bikin dia sesak, mungkin saatnya gue hilangin notifikasi.”

Rio menepuk bahunya. “Lo tahu gak? Kadang sinyal baru bisa diterima… pas kita berhenti spam koneksi.”

Hari-hari berikutnya, suasana kelas berubah drastis.

Albar datang telat. Duduk di bangku belakang. Diam. Tidak menyapa siapa pun. Tidak menyodorkan teh manis ke Icha. Bahkan, saat Rayan mengajak Icha ngobrol dan tertawa di bangku depan, Albar hanya menunduk, fokus pada bukunya—atau pura-pura begitu.

Icha, di sisi lain, mulai merasa ada yang aneh dalam rutinitasnya.

Pulang sekolah, dia jalan ke halte sendiri. Tak ada Albar yang mengikutinya dari belakang sambil ngelawak. Tak ada yang menawarkan payung saat hujan turun gerimis. Tak ada yang membuatnya mengomel sepanjang jalan.

Dan itu… justru mengganggu.

Di kamarnya malam itu, Icha termenung.

Dia membuka galeri HP. Di salah satu foto yang tidak sengaja tertangkap saat karyawisata, ada bayangan Albar di belakang, membawa kantong kresek isi cemilan dan botol minum. Wajahnya konyol. Tapi… familiar.

“Kenapa tiba-tiba sepi gini, sih?” gumam Icha pelan.

Seolah-olah ada lubang yang dulu dia kira menjengkelkan… tapi ternyata mengisi.

Dinda mengirim pesan.

Dinda: “Baru dapet kabar, Albar ikut lomba musik antar sekolah. Latihan full seminggu. Mungkin itu kenapa dia gak kelihatan.”

Icha mengetik balasan, lalu menghapus. Ulang lagi. Hapus lagi.

Akhirnya, ia hanya menjawab:

Icha: “Oh.”

Satu kata. Tapi dadanya terasa penuh.

Untuk pertama kalinya, Icha sadar.

Mungkin, walaupun menyebalkan…

Albar itu memang gangguan. Tapi dia juga satu-satunya kebisingan yang membuat hidupnya terasa hidup.

1
Sari Kumala
bucin ini
Kristina Sinambela
keren
Kristina Sinambela
keren ceritanya
Kristina Sinambela
bagus seru
Kristina Sinambela
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!