NovelToon NovelToon
Petaka Jelangkung

Petaka Jelangkung

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / TKP / Hantu / Tumbal
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

Sekelompok remaja yang agak usil memutuskan untuk “menguji nyali” dengan memainkan jelangkung. Mereka memilih tempat yang, kalau kata orang-orang, sudah terkenal angker, hutan sunyi yang jarang tersentuh manusia. Tak disangka, permainan itu jadi awal dari serangkaian kejadian yang bikin bulu kuduk merinding.

Kevin, yang terkenal suka ngeyel, ingin membuktikan kalau hantu itu cuma mitos. Saat jelangkung dimainkan, memang tidak terlihat ada yang aneh. Tapi mereka tak tahu… di balik sunyi malam, sebuah gerbang tak kasatmata sudah terbuka lebar. Makhluk-makhluk dari sisi lain mulai mengintai, mengikuti langkah siapa pun yang tanpa sadar memanggilnya.

Di antara mereka ada Ratna, gadis pendiam yang sering jadi bahan ejekan geng Kevin. Dialah yang pertama menyadari ada hal ganjil setelah permainan itu. Meski awalnya memilih tidak ambil pusing, langkah Kinan justru membawanya pada rahasia yang lebih kelam di tengah hutan itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nenek?

Malam itu, Ratna mendadak tak bisa tidur. Kamar terasa gerah, sementara suara kipas angin mendominasi, menelan detak jam yang sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Ia mencoba menghubungi Naya untuk ada teman bercerita, tapi nomornya tak aktif.

Ratna mengambil buku komik yang baru dipinjam dari perpustakaan kota. Biasanya, membaca cukup efektif untuk menenangkan diri dan mendatangkan kantuk. Benar saja, baru beberapa lembar, matanya mulai terasa berat.

Namun buku itu jatuh dari tangan. Suasana kamar begitu hening. Baru sekitar satu jam terlelap, Ratna mulai gelisah. Dalam mimpinya, ia berada di tengah situasi mencekam: ibunya berdiri di tengah kobaran api. Meski puluhan tahun telah berlalu, ingatan itu tetap menghantui.

"Mama... Mama!" teriak Ratna.

"Pergi, Ratna! Pergi!" sang mama membalas teriakan itu. Ratna menangis ketakutan, sekaligus cemas melihat ibunya berusaha memadamkan api. Dari belakang, seseorang menariknya, mencoba membawa pergi.

Ia menolak. Mengibas tangan beberapa kali, tapi tetap dipaksa keluar dari ruangan itu. Api yang sudah melahap setengah permukaan dinding menjatuhkan lemari kayu. Tubuh ibunya tertindih.

Tiba-tiba, Ratna membuka mata. Namun mimpi menyeramkan itu seolah belum berakhir. Di hadapannya, sosok wanita berambut panjang menindih tubuhnya. Wajahnya penuh luka borok, tubuhnya kurus kering, dan setengah dagingnya terkelupas.

Rambut panjang itu menjuntai, menutupi wajah Ratna. Tubuhnya gemetar, tetapi terasa begitu kaku. Yang bisa digerakkan hanyalah kepalanya. Ia berusaha menghindari tatapan makhluk itu, memalingkan wajah ke arah lain yang dirasa aman, meski ketakutan menyelimuti setiap inci tubuhnya.

Terdengar suara aneh dari napas sosok menyeramkan itu. Wajahnya mendekat dengan cepat, seolah ingin menguasai seluruh tubuh Ratna. Tak ada yang bisa ia lakukan selain terus beristigfar dalam hati.

Ratna langsung terjaga saat dering alarm ponsel menggema. Ia bangkit dari tempat tidur dengan napas tersengal. Meski waktu tidur terasa singkat, ternyata kejadian tadi berlangsung lama, sampai-sampai sudah hampir menjelang Subuh.

Buru-buru, Ratna turun dari ranjang. Ia harus mandi, menyiapkan seluruh keperluan sekolah, dan berpakaian. Tak terasa, jam menunjukkan pukul 07.00. Dengan tergesa, ia keluar dari gerbang kos.

Matanya menyipit saat melihat seorang wanita tua berdiri di depan jalan, menengadahkan tangan. Sorot matanya tampak sayu, membuat Ratna merasa iba. Ia bertanya, "Nenek, sudah makan?"

Sang nenek menggeleng. Ratna yang iba segera mengeluarkan dua lembar uang lima ribu rupiah. Setidaknya, uang itu cukup untuk sarapan meski hanya sebungkus nasi kuning.

Namun setelah menerima uang itu, sorot mata sang nenek berubah tajam, menatap Ratna dengan intens. Jarinya menunjuk wajah Ratna sambil berteriak, "Hentikan sebelum kamu mati!"

"Loh, Nenek, kenapa?" tanya Ratna, bingung dan takut.

"Hentikan! Jangan jadi manusia jahat! Hentikan!"

Karena ketakutan, dan beberapa orang sudah mulai menatapnya, Ratna memilih pergi. Ia meninggalkan sang nenek, yang masih meracau dengan kata-kata tak jelas.

"Kamu akan mati, Nak. Jangan sakiti mereka," gumam nenek itu, terkekeh, sebelum kemudian menghilang begitu saja.

......................

Ratna tiba di gerbang sekolah dan segera melangkah cepat ke area dalam. Ia menengok kanan-kiri dengan waswas. Pagi ini, ia merasa ada sesuatu yang mengawasinya. Pertemuan dengan orang-orang aneh semalam masih membekas, menambah rasa takutnya. Rasanya, segala hal kini menakutkan bagi Ratna. Bayangan kejadian semalam terus menghantui pikirannya. Selama ini, meski sering melihat hal-hal aneh, tak ada yang mendekat dengan begitu ekstrem. Kosan pun selama ini terbilang aman dari gangguan seperti itu.

Ratna mencoba menenangkan diri. Ia takut jika hari ini pikirannya tak bisa fokus menyerap pelajaran. Ia lekas menuju kelas, tetapi di tangga, ia mendadak bertemu Kila dan Kevin. Seketika, langkahnya membeku.

Kila dan Kevin turun dari lantai atas, menatap Ratna dengan pandangan sinis. Namun, mereka tak melakukan apa pun—hanya berjalan melewati Ratna yang terdiam. Meski begitu, Ratna bisa merasakan emosi terpendam dari kedua orang itu. Tubuhnya sampai merinding.

"Tumben nggak ngapa-ngapain," desis Ratna, menatap punggung mereka yang kian menjauh.

Ia melanjutkan langkah, menapaki anak-anak tangga hingga sampai di kelas. Ratna meneguk air yang dibawanya dari rumah. Kelas memang masih sepi, apalagi pelajaran pertama hari itu adalah olahraga. Belum apa-apa, ia sudah merasa lelah.

Beberapa menit kemudian, bel masuk berdering. Semua siswa yang belum mengenakan seragam olahraga diperintahkan segera berganti pakaian. Ratna, yang baru memakai kaus di balik jaket, harus menuju kamar mandi terlebih dahulu untuk mengenakan celana olahraga.

Gadis itu bergegas, meski takut akan dijahili oleh geng Kevin ketika berada di toilet. Namun, selama ia mengganti rok, geng anak-anak nakal itu tak muncul. Ratna sampai keheranan.

"Bersyukur aja, Rat. Kayaknya ini akhir dari penderitaan kamu," gumamnya, sambil keluar dari bilik toilet. Ia dan siswa lain buru-buru mengambil barisan di lapangan basket. Sang guru sudah bersiap memberikan arahan untuk pelajaran fisik hari ini.

Anak perempuan dipisah dengan anak laki-laki. Mereka berbanjar saling berhadapan karena akan bermain lempar bola. Namun sialnya, Ratna malah berhadapan dengan Kila. Ia mulai mencurigai sesuatu dari Kila, terlihat dari delik matanya yang tajam.

"Kadang, aku bingung sama mereka. Kenapa kayak benci banget sih sama aku?" gumam Ratna dalam hati. Ia menoleh ke arah Kevin, Bobi, dan Agam yang sejenak tadi melirik ke arahnya dari kelompok para cowok.

"Oke. Satu, dua, tiga!" seru sang guru memberi arahan. "Lempar sekuat mungkin, dan tangkap dengan genggaman kuat juga!"

Kila tersenyum licik. Ia mengambil ancang-ancang dan melempar bola basket ke arah Ratna dengan cukup kencang. Ratna tersentak ketika berhasil menangkapnya, meski tangannya sedikit terasa ngilu.

Senyum Kila di depan sana tampak mengejek. Ratna pun melempar bolanya. Karena arahan sang guru harus dilakukan dengan lemparan kuat, ia pun melakukannya sesuai aturan. Namun, Kila justru terjengkang setelah berhasil menangkap bola.

"Aduh, sakit…!" seru Kila, menahan tangannya dan membiarkan bola menggelinding. Pak guru dan beberapa siswa segera mendekat untuk membantunya.

Ratna hanya terbengong. Ia melempar bola dengan kekuatan yang biasa saja, tidak sampai berlebihan, tapi kenapa Kila bisa sampai terjengkang?

"Minta maaf nggak, lu!" sentak Kevin.

"Aku nggak sengaja. Aku pelan kok barusan," bela Ratna. Anak-anak perempuan yang sebagian masih berbaris saling menatap, meski tak terlalu memperhatikan karena masing-masing memiliki pasangan. Hanya saja, mereka tahu kalau Ratna, si Lemah, tak mungkin sengaja melakukan hal itu.

"Paling akal-akalan Kila," bisik seorang siswi pada temannya.

"Ya sudah. Kevin, antar Kila ke UKS."

"Baik, Pak," sahut Kevin, segera menuntun Kila dan menjauh dari lapangan.

Sementara itu, sang guru menegur Ratna agar lebih berhati-hati saat berolahraga. Jika bukan dirinya yang cedera, bisa saja orang lain yang terluka. Mendengar ceramah itu, Kevin dan Kila saling bertukar senyum puas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!