Ayunda Maharani seorang Siswi yang baru saja lulus sekolah SMU, telah di jebak oleh Ibu dan juga kakak tirinya, dan Ayunda di paksa menyerahkan malam pertamanya dengan seorang Duda kaya.
Demi membiayai Ayahnya yang terbaring lemah di Rumah Sakit, kini Ayunda terpaksa dan rela melakukan semua itu
Seorang duda yang telah di vonis mandul ini akhirnya nekat mengikuti rencana dari Neneknya. Dengan meminum ramuan dari sahabatnya sang Nenek, akhirnya Leon mencobanya dengan seorang wanita bayaran yang sudah dipersiapkan oleh Neneknya.
Akan kah ramuan tersebut berhasil membuat cucu satu-satunya dari generasi terakhir keluarga Argantara memiliki seorang keturunan? Padahal sebelumnya Leon pernah menikah dengan wanita yang dicintainya selama lima tahun lamanya dan pernikahannya harus kandas karena sang istri telah berselingkuh di belakangnya.
Mampukah Ayunda menjadi obat penawar luka hatinya Leon, dan memberikan kebahagiaan untuknya dan juga keluarga Argantara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Restu
Setelah Ayunda memberikan alamat rumahnya, Leon tersenyum senang. Selama dalam perjalanan keduanya tampak hening tak ada percakapan samasekali.
Tak lama, mobil berbelok ke arah Swalayan, dan Leon meminta Ayunda untuk turun dari dalam mobil.
"Loh, kok turun di sini, Tuan?" tanyanya heran.
Namun Leon samasekali tak bergeming, ia malah meraih tangan Ayunda lalu menggenggamnya dengan erat. Ayunda lebih memilih pasrah, ia takut kata "Di pecat" kembali terlontar dari mulut seorang Leonard Argantara.
Saat di dalam Swalayan, Leon membawa dua buah troli. "Kau bawa satu troli itu, dan aku bawa troli yang ini!" perintahnya sambil menunjuk ke arah troli yang berada di sampingnya.
Kemudian mereka berdua berjalan secara berbarengan, Leon pun memasukan aneka belanjaan kedalam troli tersebut, kemudian setelah kedua troli penuh, ia meminta pihak dari Swalayan untuk membawa troli belanjaan tersebut ke arah meja kasir dan Leon kembali menggenggam tangan Ayunda, Ayunda sempat melirik sejenak dengan ekor matanya ke arah Leon
'Kenapa Tuan Leon terus saja tersenyum? Sebenarnya dia sedang merencanakan apa sih? sungguh mencurigakan!' batinnya malah berpikir yang tidak-tidak.
Selesai berbelanja di swalayan, akhirnya Leon bergegas pergi menuju alamat rumahnya Ayunda, sedangkan belanjaan yang lebih dari lima kantong kresek tersebut sengaja ia tinggal, Ayunda sempat keheranan di buatnya.
Beruntungnya kondisi jalan saat ini tidak macet, dan kini mobil yang di tumpangi oleh Leon dan juga Ayunda tiba di depan gang sempit yang hanya bisa di lalui oleh kendaraan roda dua saja.
Leon sempat menghela napas sejenak saat melihat Ayunda tinggal di kawasan daerah yang kumuh, dimana rumah penduduk di sekitar sini begitu padat dan dengan jenis bangunan semi permanen.
'Ck...aku tak akan membiarkan Ayunda dan calon anakku tinggal di tempat seperti ini, pasti akan banyak kuman dan bakteri!' batinnya tak rela.
Dengan langkah yang pelan, Leon mulai menelusuri jalan sempit dan banyak air yang tergenang di jalan menuju arah kontrakan nya Ayunda, jalan tersebut begitu becek dan mengeluarkan aroma tidak sedap yang menusuk di hidung.
Ayunda melirik Tuannya dengan ekor matanya, kemudian ia menghentikan langkahnya sejenak.
"Tuan yakin mau mengantarku sampai rumah? Sebaiknya Tuan kembali saja ke mobil dan Tuan tidak perlu repot-repot begini!" ucapnya sambil menatap dalam Leon.
"Aarrkkhhhhh... sudahlah kau diam saja, jangan kebanyakan ngoceh, ayo percepat langkahmu agar kita bisa segera sampai!"
Ayunda hanya bisa menghela napasnya, ketika Leon sudah berkata seperti itu.
'Dasar manusia keras kepala, huft!' keluh Ayu dalam hati.
Para tetangga yang berada di sekitar kontrakan Ayunda, mulai memperhatikan mereka berdua
"Hei Ayu, kau datang sama siapa? Bening bener tuh cowok, pinter banget lo cari gebetan!" tegur Cing Nelan si pemilik warung yang rumahnya tidak jauh dari kontrakan Ayunda.
Ayunda sepertinya tak menanggapinya, ia hanya membalasnya dengan sebuah senyuman, yakni senyuman terpaksa karena merasa dongkol
Hampir para tetangga memperhatikannya, dan menatap aneh dirinya.
Akhirnya Ayunda dan Leon tiba di depan kontrakan.
Leon sempat tertegun saat melihat kondisi rumah petak Ayunda yang begitu kumuh dan juga sempit.
"Aih...ini rumah atau kandang Ayam Yu? Kau bisa tinggal ditempat seperti ini?" tanyanya sampai tak berkedip.
Mendengar Tuan Leon berkata seperti itu, Ayu terlihat kesal, apalagi Leon menyebut rumah kontrakannya seperti kandang Ayam, darahnya serasa mendidih, kalau yang berbicara bukanlah Bos besarnya, sudah dipastikan Ayunda akan langsung mengomelinya.
Tak lama seorang pria paruh baya membuka pintu, dan Ayunda buru-buru menghampiri pria tersebut dan memanggilnya dengan sebutan Ayah.
Leon yang mendengarnya pun, ia bergegas ikut menghampiri.
Pak Panji sempat terdiam sejenak saat melihat sosok Leon Argantara berada di hadapannya.
"M maaf anda ini siapa ya?" tanya Pak Panji masih menatap heran.
Kemudian Leon mengulurkan tangannya untuk bersalaman, dan Pak Panji pun meraihnya dengan senang hati
"Perkenalkan Pak, nama saya Leonard Argantara, calon menantunya Bapak!" jawabnya dengan rasa percaya diri
Deg!
Ayunda sampai menganga ketika Leon berkata seperti itu, sedangkan Pak Panji ia terpaku karena tak percaya dengan apa yang telah ia dengar.
"C calon m menantu!" ucapnya sampai terbata.
"Betul Pak, saya adalah calon suaminya Ayunda, putri Bapak!" jawabnya kembali
Pak Panji sampai memijit pelipisnya dan ia pun segera menyuruh Leon dan Ayunda masuk kedalam rumah, karena banyak para tetangga yang pandangannya tertuju kepada mereka. Lalu pintu rumah tertutup dengan rapat, dan para tetangga yang kepo akan pria yang bersama Ayunda mulai membubarkan diri.
"Mpok, tadi dengar tidak pria tampan yang bersama si Ayu ngomong apaan?" tanya Mpok Juleha.
"Iye Mpok, aye denger kok, hebat bener Ayunda si bocah bau kencur bisa dapat cowok ganteng bin tajir kaya gitu, kalau masih ada stok kaya gitu, aye gak bakalan nolak deh!" balas Mpok kokom.
"Heleh...bang Juki mau elo kemanain woy!"
"Kelaut aje, ha..ha..ha!"
"Sialan Lo, awas ya gue aduin sama laki Lo!"
"Eits...jangan dong Mpok!" jawab Mpok Kokom sampai menepuk jidat.
Kini Leon duduk bersebelahan dengan Ayunda.
Sedangkan Pak Panji dengan seriusnya menatap keduanya.
"Maaf Tuan Leon, apakah anda serius berkata seperti itu? Tolong jangan anda permainkan perasaan putriku, kami ini hanyalah orang miskin, sedangkan anda, lihatlah penampilan anda sangat jauh berbeda dengan kami yang hanya rakyat jelata, dan pasti keluarga anda pun tak mungkin setuju memiliki menantu seperti Ayunda!" jawaban dari Pak Panji tak sedikitpun menggoyahkan niatnya, Leon tetap akan terus maju untuk mendapatkan restu dari calon Ayah mertuanya.
Sedangkan Ayunda, kali ini lebih memilih diam, dan membiarkan Ayahnya yang berbicara sebagai perwakilannya, Ayunda pun hanya bisa menundukkan kepalanya, kali ini ia merasa gugup.
Leon sempat menghela napas, ia mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan yang sebenarnya, dan tentunya ini cukup beresiko. Akan tetapi Leon tetap teguh pada pendiriannya, ia harus memberi tahu semuanya, karena lambat laun perut Ayunda akan semakin membuncit dan tak bisa untuk di sembunyikan lagi.
"Ada alasan kuat yang membuat saya berkata seperti ini kepada anda Pak!" jawab Leon
"Panggil saya Pak Panji, Tuan Leon!" ucapnya memberitahu.
"Baik Pak Panji, mengapa saya sampai ingin menikahi putri Bapak, karena saat ini Ayunda sedang mengandung darah dagingku!" jawabnya cukup lantang.
Mendengar putri semata wayangnya tengah Hamil, Pak Panji langsung beranjak dari tempat duduknya, sedangkan Ayunda, tubuhnya menjadi beringsut, bahkan sampai gemetar, ia benar-benar takut Ayahnya akan murka padanya.
Kini netranya beralih ke arah putrinya yang masih duduk mematung dan kepalanya tertunduk.
"Ayunda Maharani, apakah benar apa yang telah dikatakan oleh Tuan Leon? Kau sedang hamil benih darinya?" tunjuk Pak Panji ke arah Leon.
Sambil menangis, pada akhirnya Ayunda mengakui semuanya kepada Ayahnya, ia menceritakan awal mula dirinya bisa sampai berbadan dua.
Pak Panji yang mendengar hal itu, ia langsung terduduk lemas, tubuhnya seolah tak memiliki tenaga lagi, dan tentunya ia tak sepenuhnya menyalahkan Ayunda, karena Ayunda melakukan semua ini demi bisa menyelamatkan nyawanya dan juga semua kejadian seperti ini akibat ulah dari mantan istri dan juga anak tirinya yang selama ini kerap kali menyiksa Ayunda.
Pak Panji sampai menjambak rambutnya sendiri.
"Ayunda Putriku, maafkan Ayahmu ini Nak, gara-gara Ayah kau harus menderita seperti ini, dan gara-gara Ayah juga masa depanmu hancur, sekarang kau harus menanggung semua derita ini karena Ayah, tolong maafkan Ayahmu yang tak berguna ini Nak!" akhirnya air matanya jatuh semakin deras, tangisnya pecah tak bisa ia tahan.
Ayunda yang melihat Ayahnya menangis seperti itu, ia buru-buru mendekat dan memeluknya.
"Ayah sama sekali tidak salah, akulah yang salah Yah! Tolong jangan pernah menyalahkan diri Ayah sendiri, hiks..hiks!"
Kini keduanya saling berpelukan sambil menangis tersedu, Leon yang menyaksikannya secara langsung, tanpa tersadar bulir bening keluar dari sudut matanya, dan ia buru-buru menyusut jejaknya.
'Ayunda Maharani, aku berjanji akan membahagiakan kamu dan juga Ayahmu, cukup sudah kau hidup penuh derita selama ini, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakitimu lagi.' batinnya bersungguh-sungguh.
Bersambung...
🌹🌹🌹🌹🌹
Hallo pembaca setiaku, yok kebut bacanya sampai bab 20, jangan sampai nabung bab ya, Author berharap retensi tidak sampai turun, karena ada yang belum baca sampai di bab ini 🙏😘
Terimakasih yang sudah mampir, lope you 🥰💕😘
Special edisi komik, khusus untuk kalian pembaca setiaku, semoga suka
ta patut ta patut
aihhhh i don't like you lah
mereka kan ga jadian kn Thor kenapa kaya di hianati sekali tuh cowok