NovelToon NovelToon
MAFIA'S OBSESSION

MAFIA'S OBSESSION

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Mafia
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)
Areta dipaksa menjadi budak nafsu oleh mafia kejam dan dingin bernama Vincent untuk melunasi utang ayahnya yang menumpuk. Setelah sempat melarikan diri, Areta kembali tertangkap oleh Vincent, yang kemudian memaksanya menikah. Kehidupan pernikahan Areta jauh dari kata bahagia; ia harus menghadapi berbagai hinaan dan perlakuan buruk dari ibu serta adik Vincent.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Setelah makan siang yang tenang itu, Vincent kembali menatap mata Areta dengan dalam.

Pertanyaan yang sama sejak di rumah sakit kembali muncul, kali ini dengan harapan yang lebih besar karena ada nyawa baru di antara mereka.

"Jadi setelah semua ini, apakah kamu sudah mencintaiku, Areta?" tanya Vincent dengan suara yang nyaris berbisik.

Areta terdiam, ia menatap Vincent cukup lama sebelum akhirnya perlahan menggelengkan kepalanya.

Hati Vincent terasa seperti dijatuhkan dari ketinggian.

Senyum yang sejak pagi menghiasi wajahnya seketika luntur.

Ia merasa, meski ia sudah memberikan dunia dan bahkan calon anak, hati Areta masih terkunci rapat untuknya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Vincent berdiri dengan bahu yang tampak lesu.

Ia berbalik dan melangkah masuk ke dalam kamar, mengunci diri di sana dalam kesedihan yang mendalam.

Di dalam kamar, Vincent hanya duduk termenung di tepi ranjang. Namun, di luar, Areta sebenarnya sedang menyiapkan sebuah kejutan kecil yang ia bantu siapkan bersama pelayan sejak tadi pagi.

Tok... Tok... Tok...

"Tuan, maaf mengganggu," suara seorang pelayan terdengar dari balik pintu, terdengar panik sesuai rencana Areta.

"Nyonya Areta, Nyonya pergi meninggalkan villa, Tuan!"

Vincent langsung tersentak. Amarah dan ketakutan bercampur menjadi satu.

Ia tidak peduli lagi dengan rasa sakit di dadanya.

Ia langsung membuka pintu kamar dengan kasar, siap untuk mengejar istrinya ke ujung dunia.

Namun, tepat di depan pintu, ia tidak menemukan jejak pelarian.

Di sana berdiri Areta, tetap cantik dengan senyum manisnya, memegang sebuah kotak hadiah kecil yang dihias dengan pita indah.

"Aku tidak pergi ke mana-mana, Vin," ucap Areta lembut.

Vincent terpaku, napasnya masih memburu. Areta melangkah maju, menatap mata suaminya yang masih tampak terluka.

"Maaf aku berbohong tadi. Aku hanya ingin memastikan sesuatu..." Areta menjeda kalimatnya, lalu membisikkan kata-kata yang paling ingin didengar Vincent selama ini.

"Aku mencintaimu, Vin. Sangat mencintaimu."

Mendengar itu, pertahanan Vincent runtuh. Rasa sedihnya menguap digantikan oleh gelombang kebahagiaan yang luar biasa.

Ia segera menarik tangan istrinya, menariknya ke dalam pelukan, lalu menggenggam jemari Areta dan menciumnya dengan sangat dalam dan penuh perasaan.

"Jangan pernah bercanda seperti itu lagi, Areta," bisik Vincent di sela ciumannya di tangan istrinya.

"Hampir saja aku gila karena mengira kehilanganmu."

Vincent perlahan membuka kotak hadiah yang diberikan Areta dengan tangan yang masih sedikit gemetar karena rasa haru.

Di dalamnya, sebuah kalung emas putih berkilauan tertata cantik.

Liontinnya berbentuk hati yang elegan, dan saat Vincent melihatnya lebih dekat, ia menemukan ukiran halus bertuliskan nama mereka berdua: Vincent & Areta.

Vincent terdiam cukup lama, jemarinya menyentuh permukaan logam dingin itu dengan lembut.

Baginya, kalung ini bukan sekadar perhiasan, melainkan simbol bahwa ia akhirnya berhasil memiliki tempat di hati istrinya.

"Kamu menyukainya?" tanya Areta dengan nada sedikit malu-malu, memperhatikan reaksi suaminya.

Vincent mendongak, matanya berkilat penuh emosi.

"Aku sangat menyukainya. Ini adalah hadiah paling berharga yang pernah aku terima selama hidupku, Areta."

Ia kemudian mengambil kalung itu dan memberikannya kembali kepada Areta sambil membalikkan tubuhnya sedikit.

"Pakaikan untukku. Aku tidak akan pernah melepaskannya."

Areta tersenyum, lalu dengan jemari lenturnya, ia mengalungkan perhiasan itu di leher tegas Vincent.

Begitu pengaitnya terkunci, Vincent berbalik dan langsung menarik Areta ke dalam pelukannya yang hangat.

"Terima kasih, Sayang," bisik Vincent di telinga Areta.

"Sekarang, bukan hanya namamu yang terukir di perhiasan ini, tapi cintamu juga sudah terukir permanen di hidupku."

Di bawah langit pulau yang mulai bertabur bintang, Vincent merasa hidupnya akhirnya lengkap.

Ia memiliki kekuasaan, ia memiliki istri yang mencintainya, dan kini, ia memiliki harapan baru yang sedang tumbuh di rahim istrinya.

Vincent tersenyum misterius saat melihat Areta yang masih terharu dengan momen kalung tadi.

Ia mengecup kening istrinya, lalu membisikkan sesuatu yang membuat rasa penasaran Areta memuncak.

"Jangan hanya kamu yang memberiku kejutan, Sayang. Aku juga punya hadiah spesial untukmu," ucap Vincent dengan suara rendah yang menggoda.

Vincent mengeluarkan sebuah sapu tangan sutra berwarna gelap dari saku celananya.

"Boleh aku menutup matamu sebentar?"

"Vincent, apa yang kamu rencanakan?" tanya Areta sambil tertawa kecil, namun ia tetap membiarkan suaminya mengikatkan sapu tangan itu menutupi pandangannya.

"Percayalah padaku," bisik Vincent. Dengan sangat hati-hati, ia merangkul pinggang Areta dan menuntunnya keluar dari villa.

Areta melangkah perlahan, merasa aman karena tangan kokoh Vincent yang menjaganya agar tidak tersandung.

Mereka berjalan menyusuri dermaga kayu pribadi milik villa tersebut.

Bau air laut yang segar dan suara ombak kecil yang menabrak tiang-tiang dermaga mulai terdengar jelas.

"Pelan-pelan, satu langkah lagi dan berhenti," instruksi Vincent.

Vincent berdiri di belakang istrinya, lalu perlahan membuka ikatan sapu tangan itu.

"Buka matamu, Areta."

Areta mengerjapkan matanya, menyesuaikan diri dengan cahaya rembulan.

Di depannya, bersandar dengan megah di dermaga, sebuah kapal pesiar mewah (yacht) berwarna putih bersih berkilauan.

Di lambung kapal itu, tertulis dengan huruf emas yang cantik: "Queen Areta".

"Ini milikmu," ucap Vincent sambil memeluk Areta dari belakang, menumpukan dagunya di pundak istrinya.

"Kapal ini akan membawamu ke mana pun kau ingin pergi di dunia ini. Dan di dalamnya, aku sudah menyiapkan segalanya agar kau dan calon anak kita bisa bersantai tanpa gangguan siapa pun."

Areta menutup mulutnya dengan tangan, benar-benar tidak menyangka suaminya akan memberikan hadiah semegah itu.

"Vincent, ini terlalu berlebihan..."

"Tidak ada yang terlalu berlebihan untuk ratu di hidupku," potong Vincent tegas namun penuh cinta.

"Ayo, naiklah ke singgasanamu, Sayang," bisik Vincent lembut sambil membantu Areta menaiki tangga kapal pesiar Queen Areta.

Di dek paling atas, suasana sudah ditata dengan sangat sempurna.

Lilin-lilin kecil berkedip di atas meja yang penuh dengan hidangan lezat, dan angin laut malam yang sejuk membelai kulit mereka.

Vincent menarik kursi untuk istrinya, memberikan perhatian penuh yang membuat Areta merasa seperti wanita paling berharga di dunia.

Namun, tepat saat Vincent baru saja menuangkan jus buah untuk Areta, ponsel di saku jasnya bergetar kuat. Vincent melihat nama Jonas di layar.

Ia mengangkat telepon itu dengan ekspresi datar. "Ya?"

"Tuan," suara Jonas terdengar rendah namun mendesak.

"Kami mendeteksi sinyal dari salah satu pelaku penembakan. Bajingan itu ternyata bersembunyi di pulau yang sama dengan Anda, tepatnya di sisi barat hutan pantai. Sepertinya mereka tidak tahu Anda ada di sini, atau mereka sedang merencanakan sesuatu."

Rahang Vincent mengeras. Kilat kemarahan muncul di matanya, namun saat ia melirik Areta yang sedang tersenyum menatap laut, ia segera meredam emosinya.

Ia tidak ingin menghancurkan momen bahagia ini, apalagi membuat Areta yang sedang hamil merasa trauma atau ketakutan.

Vincent hanya tersenyum tipis ke arah istrinya, seolah tidak ada hal buruk yang terjadi.

"Lakukan," ucap Vincent pelan ke arah ponsel, memberikan perintah kode kepada Jonas.

"Siapkan regu bayangan sekarang juga. Kepung seluruh perimeter pulau. Jangan ada satu pun lalat yang bisa keluar masuk tanpa izinku. Dan ingat pastikan tidak ada suara apa pun yang sampai ke telinga istriku."

"Dimengerti, Tuan," jawab Jonas sebelum sambungan terputus.

Vincent meletakkan ponselnya kembali ke meja dan meraih tangan Areta, mengecup punggung tangannya dengan tenang seolah-olah ia tidak baru saja memerintahkan perburuan nyawa di hutan sana.

"Siapa yang menelepon, Vin?" tanya Areta sedikit curiga melihat ekspresi tenang suaminya yang tidak biasa.

"Hanya Jonas, Sayang. Dia hanya memastikan semua urusan bisnis berjalan lancar agar aku bisa fokus sepenuhnya kepadamu malam ini," jawab Vincent dengan nada yang sangat meyakinkan.

"Sekarang, makanlah. Aku tidak ingin anakku kelaparan karena ayahnya terlalu sibuk bekerja."

1
putrie_07
cinta gila😆😆😆😆
lanjut Thor💪😘
اختی وحی
ikut gemeter😄
اختی وحی
semangat thor,makin seru
my name is pho: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!