Maheswara merasakan sesuatu yang berdiri di bagian bawah tubuhnya ketika bersentuhan dengan wanita berhijab itu. Setelah delapan tahun dia tidak merasakan sensasi kelaki-laki-annya itu bangun. Maheswara pun mencari tahu sosok wanita berhijab pemilik senyum meneduhkan itu. Dan kenyataan yang Maheswara temukan ternyata di luar dugaannya. Membongkar sebuah masa lalu yang kalem. Menyembuhkan sekaligus membangkitkan luka baru yang lebih menganga.
Sebuah sajadah akan menjadi saksi pergulatan batin seorang dengan masa lalu kelam, melawan suara-suara dari kepalanya sendiri, melawan penghakiman sesama, dan memenangkan pertandingan batin itu dengan mendengar suara merdu dari Bali sajadahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caeli20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Aku Mencintaimu
Hana baru saja meletakan tas nya di atas meja di kamar kostnya. Hari ini jam mengajarnya cukup padat, hanya jeda istirahat.
Hana menge-scroll hp nya sembari berbaring di kamar nya. Dia sedang berhalangan jadi tidak menjalankan sholat.
Mata Hana melihat pesan teks baru. Dia membuka pesan itu. Fotonya bersama Maheswara saat di mobil tadi
Ini pasti nomornya Mahes. (Hana).
Hana menyimpan nomor Maheswara.
Hana memandang foto itu lagi.
"Aku belum bisa membuka pintu hatiku seutuhnya padamu, Mahes. Terlalu banyak rahasia kelam dalam hidupku. Aku tidak mau kecewa karena penolakan mu nanti. Biarlah kita seperti ini saja dulu," gumam Hana.
"Tapi dia mencintaimu. Ingat setiap perlakuannya begitu manis dnlan lembut terhadapmu," tiba-tiba Sena muncul di sudut ruangan.
"Aku pikir semua laki-laki akan begitu pada wanita jika ada maunya. Tapi begitu yang diinginkan nya sudah diperoleh, sikap manis dan lembut itu akan berubah tawar dan kasar," gumam Hana.
**
Dokter Farid baru saja masuk ke dalam rumah.
"Ayaaahhh," seru Ayra berlari ke arah dr. Farid.
Dokter Farid tersenyum lebar sambil merentang sebelah tangannya. Tangan yang satunya lagi menentang tas kerjanya.
"Ayra sudah mandi?," Dokter Farid mencium kepala Ayra dalam dekapannya.
"Sudah. Tadi pake shampo yang bau strawberry. Ayra gak suka yang bau orange,"
"Ya sudah, nanti belinya strawbery saja. Gak usah beli orange,"
"Ayra masak untuk ayah,"
"Oh ya, gak capek tiap hari masak untuk ayah?,"
"Gak dong. Ayah gak capek tiap hari kerja cari uang untuk Ayra, kan?,"
"Ohh, tentu tidak. Ayah malah senang bekerja,"
"Nah itu, Ayra juga begitu. Ayra gak akan capek masak untuk ayah. Ayo liat masakan Ayra," Ayra menarik tangan dr. Farid.
"Ayoo, ayah juga sudah lapar, tidak sabar,"
Dokter Farid mengikuti langkah putrinya dengan tawa bahagia.
Mudah-mudahan makanan hari ini usus friendly. Kemarin dia masak pentol yang kalau dilempar ke kucing, kucingnya pasti pingsan. (dr. Farid).
**
Maheswara menepikan mobilnya. Setengah jam lagi dia tiba di rumahnya. Dia teringat Hana belum membalas pesan foto yang dikirimnya.
Maheswara menekan panggilan ke nomor 'Calon Istriku emoticon hati putih dua'.
"Waalaikumsalam, dimana?," Maheswara berusaha berujar selembut mungkin.
"Di kost," jawab Hana singkat.
"Aku sebentar lagi tiba di rumah,"
"Alhamdulillah,"
"Iya, Alhamdulillah," suasana jadi canggung,
"Ehhm, Hana, sudah makan?,"
Pertanyaan macam apa itu Maheswara. Kamu kayak anak SMP yang baru pacaran. (Maheswara).
"Sudah. Mahes?,"
"Sudah, tadi singgah makan di rest area. Tapi ini sudah lapar lagi soalnya sepanjang jalan hujan,"
"Hati-hati bawa mobilnya. Jangan ngebut-ngebut,"
Hati Maheswara melonjak mendapat perhatian kecil dari Hana.
"Siapp, ibu bos," Maheswara terkekeh.
"Hana...,"
"Ya?,"
"Aku mencintaimu,"
Hana hening.
"Tidak usah dijawab. Biar aku saja yang akan selalu mengatakannya. Hana cukup diam saja. Yang penting Hana tidak pergi dari sisiku," lanjutnya, "Nanti ku telpon lagi ya,"
Panggilan berakhir.
"Kenapa rasanya seperti baru pertama kali jatuh cinta," gumam Maheswara.
Sebelum melanjutkan perjalanannya, dia mengganti wallpaper layar depannya dengan foto selfie mereka berdua.
**
Hana terdiam sejenak. Dia tidak harus membalas apa untuk kata-kata manis dari Maheswara.
"Ya Allah, kalau dia adalah jodoh ku dekatkanlah. Tapi kalau bukan, jangan biarkan hati ini terikat padanya. Jauhkanlah kami," doa Hana.
**
"Ahhh, ayah kenyang," ujar dr. Farid seraya mengusap-usap perutnya.
"Yeaayy," Ayra bertepuk tangan.
"Tuan, sudah mau ditaruh?," bibi mendekat pada dr. Farid sambil setengah berbisik.
"Jangan dulu. Sebentar saja. Aku menunggu Bunda," ujar dr. Farid setengah berbisik juga.
Bibi mengangguk. Dia menunggu dulu untuk menghidangkan makan malam sesuai petunjuk dr. Farid. Dokter Farid tidak ingin mengecewakan Ayra yang hari ini belajar membuat cenil warna warni yang teksturnya seperti makan karet gelang. Mana sepiring penuh lagi. Tapi dr. Farid tetap menghabiskannya agar Ayra tidak kecewa.
"Assalamualaikum," ujar Ratna Dewi baru pulang. Wajahnya lesu dan terlihat kelelahan.
Ayra berlari ke arah bundanya dan mencium tangan,
"Ayra, sepertinya sudah jam belajar kan," ujar dr. Farid, "Ayo masuk kamar, belajar ya,"
"Iya ayah," Ayra berlari ke lantai dua.
Dokter Farid menoleh pada istrinya sembari menarik kursi di sampingnya agar istrinya duduk di situ.
Ratna Dewi duduk dengan wajah lesu.
Dokter Farid memijat pundak istrinya, tidak langsung bertanya apa-apa. Dia membiarkan Ratna Dewi mengatur napasnya dulu.
Ratna Dewi memperbaiki posisi duduknya.
"Bunda baru balik dari pesantren," Ratna membuka pembicaraan.
"Sudah bicara dengan Ibu Nyai?,"
"Sudah. Bunda sudah cerita semuanya. Bu Nyai akan membantu untuk mencari informasi,"
Dokter Farid mengusap pundak istrinya,
"Bunda telah berusaha. Selebihnya ikhtiar saja. Allah yang menentukan jalan," dr. Farid memperlihatkan senyumannya pada Ratna, "Bunda mandi dulu lalu kita makan malam. Ayah masih lapar tadi baru makan cenil rasa karet gelang, hehe,"
Ratna Dewi tersenyum kecil mendengarnya. Dia sudah tahu itu pasti kerjaan Ayra.
psikologi mix religi💪